Laporan Situasi dari Mentawai

Silakan dibagi

Pada tanggal 5 Nopember 2010, tim relawan dari Gerakan Kemanusiaan dan Solidaritas Bagi Sesama (GKSBS) telah mendarat di Sikakap setelah berlayar selama 12 jam. Setelah 1 hari mengalami penundaan keberangkatan,mereka akhirnya berhasil naik kapal barang dari Padang menuju Mentawai. Bersama mereka juga teman-teman relawan dari GenAssist,Yayasan Tanggul Bencana Indonesia (YTBI) dan kru liputan dari TransTV. “ombaknya sangat besar.bahkan ini ada beberapa penumpang yang sudah mabuk laut”. demikian dilaporkan Pdt.Yunius Irwanto dari atas kapal.

Setelah sampai di Sikakap, mereka langsung menuju kantor Sinode Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM). Pada hari itu juga mereka melanjutkan assesment menuju dusun Asahan di Pagai Utara dengan menggunakan perahu bermotor selama 2,5 jam perjalanan. Di kepulauan Mentawai memang nyaris tidak ada jalan darat. menurut berita yang kami kutip dari vivanews.com, jalan darat yang dibangun dengan anggaran pemerintah hanya ada 1 jalan aspal yang ada di Tuapejat,Sipora. Itupun hanya sepanjang 10 kilometer. Selebihnya,jalan-jalan di sana dibangun dari swadaya masyarakat adat. Kebijakan pemerintah inilah yang menyebabkan mereka bermukim di pinggiran pantai karena transportasi yang ada sebagian besarnya mengunakan transportasi laut.

“Dusun Asahan adalah dusun penampungan pengungsi dari dusun-dusun yang ada di pinggir pantai.kampung mereka tersapu bersih oleh tsunami saat gempa terjadi”. demikian diungkapkan Pdt. Tulus Silitonga,tim assesment dari GKSBS. Mereka yang mengungsi bergabung dengan masyarakat Asahan. 1 rumah ditempati sekitar 2-3 keluarga. “jarak dusun mereka ke Asahan sekitar 3 KM. rencana mereka kedepan akan membangun perkampungan baru di samping dusun Asahan”. Demikian diungkapkan tim relawan lebih lanjut.

Saat ini,mereka sangat membutuhkan perlengkapan memasak,selimut,alas tidur dan tenda.di samping kebutuhan sehari-hari seperti sabun,penerangan dan sebagainya. (laporan dari tim assesment GKSBS di Mentawai)