Usia Lanjut Yang Tetap Bernilai

Refleksi Pdt. Sri Yuliana dalam mengikuti Kursus Intensif Tentang Diakonia yang Transformatif di Denmark
Saya mengunjungi Frederica pada 24 Nopember 2010. Hingga 25 Nopember mempelajari tentang komunitas usia lanjut (elder peoples). Menurut kerangka sistem demokrasi, saya ingin mempelajari bagaimana kelompok lansia ini menjadi asset berharga dalam penguatan komunitas di negara kesatuan.
Pada 24 Nopember 2010, pkl 11.30-1500 waktu Denmark, saya mengunjungi “”Man’s Fishing Club” (sebuah klub memancing yang anggotanya adalah orang-orang usia lanjut). Saya mengunjungi museum telegraph bersama 12 teman-teman saya yang usia lanjut. Setelah mendengarkan cerita tentang telegraph di Denmark, selanjutnya kami makan siang bersama. Ini adalah makan siang yang istimewa, karena kami saling bercerita dan berbagi dalam satu suasana dan tempat yang menyenangkan. Terkadang seseorang berdiri, kemudian ia bercerita atau sekedar bergurau dengan joke-joke mereka. Mereka sangat bergembira, tertawa,tetapi suasana tetap serius dan mereka saling memberi perhatian satu sama lain. Kelompok usia lanjut ini melakukan pertemuan rutin setiap dua bulan sekali dengan aktivitas yang bervareasi seperti saling berkunjung, memancing bersama, diskusi, latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
Mereka adalah kelompok usia lanjut yang berusia antara 75 tahun lebih dan kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Mengapa mereka membentuk komunitas ini? Karena mereka ingin mencoba membuat orang-orang usia lanjut memiliki perasaan menghargai ketika mereka dapat melakukan sesuatu untuk yang lain. Sebagai contoh, mereka mendukung kegiatan dari organisasi yang lain, mereka bisa menjadi donatur untuk pendidikan, mendukung pusat kelompok usia lanjut dan juga mengadakan kegiatan minum kopi bersama orang-orang gelandangan dan anak jalanan. Meskipun mereka sudah berusia lanjut, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat produktif.
Tanggal 25 Nopember, saya mengunjungi “Local Center for Elder”, sebuah pusat komunitas lansia yang sebagian besar anggotanya adalah anggota “Man’s Fishing Club”. Mereka memiliki gedung yang besar dan luas. Setiap ruangan di gedung ini menyelenggarakan berbagai aktivitas. Ruang untuk berdansa, teknologi informasi, boutigue, merajut/menyulam, senam, prakarya, melukis, dan lain sebagainya. Orang-orang usia lanjut bisa datang setiap saat atau sesuai dengan kelas/aktivitas yang mereka suka. Pemerintah mendukung pengadaan gedung ini, layanan kesehatan, dan honor bagi beberapa staff dan pekerjanya.  Tetapi untuk beberapa aktivitas, tamu yang ingin bergabung harus membayar. Mereka memiliki ruangan untuk minum kopi bersama dan ruangan untuk berinteraksi satu sama lain. Dan mereka bisa menjual hasil kegiatan mereka tersebut.
Tujuan dari pusat kelompok usia lanjut ini adalah untuk menghadirkan kegembiraan di hidup mereka, meningkatkan pengetahuan mereka, latihan-latihan keterampilan, dan check up kesehatan. Dan juga membangun perkawanan dengan yang lain. Mereka punya hak untuk berbahagia dan bergembira dalam hidup mereka.
Dari perjalanan kelompok lanjut usia ini, satu hal yang bisa saya pelajari adalah tentang penghargaan atas hidup. Tentang bagaimana membuat hidup kita menjadi bernilai, usia bukanlah menjadi penghalang. Setiap orang bisa melakukan apa saja untuk membantu yang lain, dan kami bangga dalam aktivitas yang kami lakukan. Setiap orang memiliki kewajiban kepada komunitas dalam pembangunan kapasitas dan kepribadian. Saya belajar tentang bagaimana menempatkan orang-orang lanjut usia tidak menjadi kelas kedua dalam komunitas. Mereka bisa menjadi asset komunitas untuk meningkatkan civil sociaty. Melalui hasil pekerjaan tangan mereka, mereka bisa membangun peluang pasar untuk mereka sendiri. Mereka memiliki sumber pendapatan sendiri. Akhirnya, mereka dapat menjadi decision maker untuk kebijakan ekonomi dan sosial.
Setiap orang adalah pribadi yang bisa melakukan sesuatu untuk hidupnya.
Setiap orang memiliki hak personal untuk menikmati hidup, terlebih disaat usia lanjut.
Dalam refleksi saya, saya ingin menekankan bahwa civil sociaty (masyarakat sipil) sebagai landasan pemerintahan yang baik. Jika pemerintah sukses dalam program ini, menurut kerangka sistem demokrasi, untuk menguatkan komunitas, berarti pemerintah telah sukses menjadi pemerintahan yang baik. Termasuk komunitas usia lanjut, mereka adalah bagian dari civil sociaty yang memiliki hubungan dengan pemerintah, pasar, dan NGO (termasuk gereja).
Dalam diagram demokrasi yang ideal, civil society menjadi pusat dalam negara kesatuan. Civil sociaty berada diantara pemerintah, pasar dan NGO. Civil sociaty memiliki kekuatan untuk menjaga keadaan tetap seimbang. Jadi, jika civil sociaty tidaklah kuat, maka salah satu bagian/komponen menjadi sangat dominan. Keadaan ini akan menciptakan ketidakadilan bagi komunitas.
Tetapi dalam prakteknya, khususnya negara berkembang, negara dan pasar memiliki pengaruh yang besar terhadap civil sociaty/komunitas. Dampak dari keadaan ini adalah civil sociaty tidak memiliki kekuatan dan pilihan dalam sistem pembangunan. Mereka tidak dapat melibatkan diri dalam sistem ekonomi dan sistem sosial. Sebagai contoh, ketika petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan kebijakan ekonomi bagi produksi pertanian mereka, mereka menjadi komunitas yang tak berdaya dalam kesatuan negara. Termasuk komunitas usia lanjut. Jika mereka tidak memiliki kekuatan untuk merubah situasi ini, mereka akan tetap menjadi kelas kedua dalam negara.
Sesuatu yang penting dalam refleksi saya ini adalah bagaimana membuka pemahaman pemerintah untuk memperhatikan kelompok-kelompok usia lanjut sebagai bagian dari civil sociaty dalam negara. Mereka memiliki hak untuk hidup dalam kehidupan yang saling peduli. Kita tidak bisa hanya menunggu mereka tutup usia tanpa melakukan apapun buat mereka. Ini termasuk kekerasan. Meskipun keluarga mereka mampu memeliharanya, mereka tetap membutuhkan aktivitas, teman, dan ruang untuk mengembangkan hubungan mereka dengan yang lain. Dan point utamanya adalah kelompok usia lanjut memiliki pengaruh yang kuat untuk mengendalikan sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem sosial dalam negara.
Bagaimana saya melaksanakannya?? Saya bisa mempengaruhi organisasi dimana saya berada, NGO dan pemerintah untuk memulai memikirkan hal ini demi pembangunan civil sociaty yang baik. Saya juga ingin menggunakan refleksi ini dalam komunitas saya untuk melibatkan orang-orang usia lanjut dalam kerja nyata. Karena mereka memiliki hak dan kemerdekaan untuk tujuan dan perinsip-perinsip masyarakat sipil. Jelasnya, kita bisa mempelajari lebih lanjut dalam Piagam Deklarasi Hak Asasi Manusia, artikel 29.1,2,3.

Saya mengunjungi Frederica pada 24 Nopember 2010. Hingga 25 Nopember mempelajari tentang komunitas usia lanjut (elder peoples). Menurut kerangka sistem demokrasi, saya ingin mempelajari bagaimana kelompok lansia ini menjadi asset berharga dalam penguatan komunitas di negara kesatuan.
Pada 24 Nopember 2010, pkl 11.30-1500 waktu Denmark, saya mengunjungi “”Man’s Fishing Club” (sebuah klub memancing yang anggotanya adalah orang-orang usia lanjut). Saya mengunjungi museum telegraph bersama 12 teman-teman saya yang usia lanjut. Setelah mendengarkan cerita tentang telegraph di Denmark, selanjutnya kami makan siang bersama. Ini adalah makan siang yang istimewa, karena kami saling bercerita dan berbagi dalam satu suasana dan tempat yang menyenangkan. Terkadang seseorang berdiri, kemudian ia bercerita atau sekedar bergurau dengan joke-joke mereka. Mereka sangat bergembira, tertawa,tetapi suasana tetap serius dan mereka saling memberi perhatian satu sama lain. Kelompok usia lanjut ini melakukan pertemuan rutin setiap dua bulan sekali dengan aktivitas yang bervareasi seperti saling berkunjung, memancing bersama, diskusi, latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
Mereka adalah kelompok usia lanjut yang berusia antara 75 tahun lebih dan kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Mengapa mereka membentuk komunitas ini? Karena mereka ingin mencoba membuat orang-orang usia lanjut memiliki perasaan menghargai ketika mereka dapat melakukan sesuatu untuk yang lain. Sebagai contoh, mereka mendukung kegiatan dari organisasi yang lain, mereka bisa menjadi donatur untuk pendidikan, mendukung pusat kelompok usia lanjut dan juga mengadakan kegiatan minum kopi bersama orang-orang gelandangan dan anak jalanan. Meskipun mereka sudah berusia lanjut, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat produktif.
Tanggal 25 Nopember, saya mengunjungi “Local Center for Elder”, sebuah pusat komunitas lansia yang sebagian besar anggotanya adalah anggota “Man’s Fishing Club”. Mereka memiliki gedung yang besar dan luas. Setiap ruangan di gedung ini menyelenggarakan berbagai aktivitas. Ruang untuk berdansa, teknologi informasi, boutigue, merajut/menyulam, senam, prakarya, melukis, dan lain sebagainya. Orang-orang usia lanjut bisa datang setiap saat atau sesuai dengan kelas/aktivitas yang mereka suka. Pemerintah mendukung pengadaan gedung ini, layanan kesehatan, dan honor bagi beberapa staff dan pekerjanya.  Tetapi untuk beberapa aktivitas, tamu yang ingin bergabung harus membayar. Mereka memiliki ruangan untuk minum kopi bersama dan ruangan untuk berinteraksi satu sama lain. Dan mereka bisa menjual hasil kegiatan mereka tersebut.
Tujuan dari pusat kelompok usia lanjut ini adalah untuk menghadirkan kegembiraan di hidup mereka, meningkatkan pengetahuan mereka, latihan-latihan keterampilan, dan check up kesehatan. Dan juga membangun perkawanan dengan yang lain. Mereka punya hak untuk berbahagia dan bergembira dalam hidup mereka.
Dari perjalanan kelompok lanjut usia ini, satu hal yang bisa saya pelajari adalah tentang penghargaan atas hidup. Tentang bagaimana membuat hidup kita menjadi bernilai, usia bukanlah menjadi penghalang. Setiap orang bisa melakukan apa saja untuk membantu yang lain, dan kami bangga dalam aktivitas yang kami lakukan. Setiap orang memiliki kewajiban kepada komunitas dalam pembangunan kapasitas dan kepribadian. Saya belajar tentang bagaimana menempatkan orang-orang lanjut usia tidak menjadi kelas kedua dalam komunitas. Mereka bisa menjadi asset komunitas untuk meningkatkan civil sociaty. Melalui hasil pekerjaan tangan mereka, mereka bisa membangun peluang pasar untuk mereka sendiri. Mereka memiliki sumber pendapatan sendiri. Akhirnya, mereka dapat menjadi decision maker untuk kebijakan ekonomi dan sosial.
Setiap orang adalah pribadi yang bisa melakukan sesuatu untuk hidupnya. Setiap orang memiliki hak personal untuk menikmati hidup, terlebih disaat usia lanjut.
Dalam refleksi saya, saya ingin menekankan bahwa civil sociaty (masyarakat sipil) sebagai landasan pemerintahan yang baik. Jika pemerintah sukses dalam program ini, menurut kerangka sistem demokrasi, untuk menguatkan komunitas, berarti pemerintah telah sukses menjadi pemerintahan yang baik. Termasuk komunitas usia lanjut, mereka adalah bagian dari civil sociaty yang memiliki hubungan dengan pemerintah, pasar, dan NGO (termasuk gereja).
Dalam grafik demokrasi yang ideal, civil society menjadi pusat dalam negara kesatuan. Civil sociaty berada diantara pemerintah, pasar dan NGO. Civil sociaty memiliki kekuatan untuk menjaga keadaan tetap seimbang. Jadi, jika civil sociaty tidaklah kuat, maka salah satu bagian/komponen menjadi sangat dominan. Keadaan ini akan menciptakan ketidakadilan bagi komunitas.
Tetapi dalam prakteknya, khususnya negara berkembang, negara dan pasar memiliki pengaruh yang besar terhadap civil sociaty/komunitas. Dampak dari keadaan ini adalah civil sociaty tidak memiliki kekuatan dan pilihan dalam sistem pembangunan. Mereka tidak dapat melibatkan diri dalam sistem ekonomi dan sistem sosial. Sebagai contoh, ketika petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan kebijakan ekonomi bagi produksi pertanian mereka, mereka menjadi komunitas yang tak berdaya dalam kesatuan negara. Termasuk komunitas usia lanjut. Jika mereka tidak memiliki kekuatan untuk merubah situasi ini, mereka akan tetap menjadi kelas kedua dalam negara.
Sesuatu yang penting dalam refleksi saya ini adalah bagaimana membuka pemahaman pemerintah untuk memperhatikan kelompok-kelompok usia lanjut sebagai bagian dari civil sociaty dalam negara. Mereka memiliki hak untuk hidup dalam kehidupan yang saling peduli. Kita tidak bisa hanya menunggu mereka tutup usia tanpa melakukan apapun buat mereka. Ini termasuk kekerasan. Meskipun keluarga mereka mampu memeliharanya, mereka tetap membutuhkan aktivitas, teman, dan ruang untuk mengembangkan hubungan mereka dengan yang lain. Dan point utamanya adalah kelompok usia lanjut memiliki pengaruh yang kuat untuk mengendalikan sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem sosial dalam negara.
Bagaimana saya melaksanakannya?? Saya bisa mempengaruhi organisasi dimana saya berada, NGO dan pemerintah untuk memulai memikirkan hal ini demi pembangunan civil sociaty yang baik. Saya juga ingin menggunakan refleksi ini dalam komunitas saya untuk melibatkan orang-orang usia lanjut dalam kerja nyata. Karena mereka memiliki hak dan kemerdekaan untuk tujuan dan perinsip-perinsip masyarakat sipil. Jelasnya, kita bisa mempelajari lebih lanjut dalam Piagam Deklarasi Hak Asasi Manusia, artikel 29.1,2,3.

Denmark, 5 Desember 2010

Silakan dibagi