Memahami Thema & Sub-Thema GKSBS 2010-2015

Agar tema dan sub tema yang telah ditetapkan oleh Sidang X Sinode GKSBS menjiwai seluruh warga jemaat, maka sangat penting untuk menjemaatkannya. Logika yang mengatakan bahwa semestinya semua peserta Sidang X Sinode GKSBS melakukan penjemaatan, adalah logika yang dipaksakan. Sebab pada kenyataannya tidak pernah ada peserta Sidang Sinode yang melakukan penjemaatan mengenai hasil-hasil sidang maupun proses sidang. Ada banyak sebab. Dan sebab yang paling buruk adalah kenyataannya banyak peserta Sidang Sinode yang tidak sungguh-sungguh terlibat dalam sidang. Maka, jika menginginkan tema dan sub tema menjiwai seluruh anggota GKSBS, program penjemaatan atau sosialisasi tema dan sub tema menjadi sebuah keniscayaan

(Dkn.Sugianto)

Materi penjemaatan tema dan sub tema ini dirancang untuk kepentingan pembinaan GKSBS Sumberhadi dan jemaat-jemaat di lingkungan Klasis Sribhawono.

”Periksalah, berapa banyak roti yang ada padamu?”
Inspirasi kalimat tema GKSBS ini berasal dari kisah ’mujizat Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang’ (Mark 6: 38). Pesan mendasar dari kisah mujizat itu adalah hal (aset) yang nampak sangat sedikit, ketika diberkati atau ditaruh dalam alas berkat Tuhan bisa mendatangkan mujizat yang mencukupkan.
Tema yang ditetapkan oleh Sidang X Sinode GKSBS – nampaknya – ingin menanamkan keyakinan kepada anggota Jemaat GKSBS bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan sesuatu yang layak disyukuri dan dijadikan sebagai modal untuk berbagi berkat dengan sesama sehingga kemuliaan Allah bisa dinyatakan. Tema ini dengan kuat ingin mengajak anggota Jemaat GKSBS untuk menyadari bahwa keluhan bahwa ’kita tidak punya apa-apa, oleh sebab itu kita tidak bisa melakukan apa-apa’ tidak sesuai dengan kenyataan dan merupakan energi negatif yang menyebabkan berkat Allah tidak nampak.
Tema ini juga dengan kuat ingin mengajak anggota Jemaat GKSBS untuk menyadari dan mengembangkan nilai ”asketisme untuk berbagi” – sebuah nilai yang menjadi fondasi dan spirit terbangunnya gereja GKSBS. Tema ini juga bermaksud mendorong anggota Jemaat GKSBS untuk terbiasa melihat ke dalam diri dengan cara pandang yang apresiatif. Sehingga kita tidak hanya melihat masalah-masalah yang kita miliki, melainkan kita juga bisa melihat aset (berkat) yang sudah diberikan oleh Allah. Kesediaan melihat ke dalam dengan cara pandang yang apresiatif akan melahirkan sikap ”merasa cukup” dan keberanian bersyukur. Keberanian melihat ke dalam diri dengan cara pandang yang apresiatif, disamping melahirkan sikap ”merasa cukup” dan keberanian bersyukur, juga akan melahirkan rasa percaya diri. Perasaan cukup, rasa syukur dan percaya diri adalah energi positif yang akan mendorong hidup mengalir sebagai berkat bagi sesama dan semesta.

”Panggilan persaudaraan untuk hidup berbagi dan bermartabat dalam rumah bersama”

Sub tema yang dideklarasikan dalam Sidang X Sinode GKSBS ingin menyadarkan seluruh anggota Jemaat GKSBS bahwa perasaan cukup, rasa syukur dan percaya diri yang dihasilkan dari kesediaan memeriksa ke dalam diri secara apresiatif adalah dasar dari kesediaan untuk berbagi dan mengalami hidup yang bermartabat bagi penghuni ”Rumah Bersama”. Kesadaran yang ada dibalik ungkapan ini adalah bahwa hidup yang bermartabat adalah hidup yang berbagi, yang berbuah, yang memberi.

Langkah pertama: Periksalah!
Basis GKSBS adalah Jemaat. Pengertian jemaat ada dua. Pertama: warga/anggota jemaat. Kedua: institusi jemaat (setempat). Dengan pengertian ini, maka perintah untuk memeriksa diri adalah tertujukan baik kepada warga/anggota jemaat secara individual dan kepada jemaat dalam pengertian institusi.

Baik kepada warga/anggota jemaat maupun institusi jemaat harus diajukan pertanyaan panduan: apa yang kamu miliki dan apa yang ingin kamu bagikan kepada sesama atau semesta? Kepada warga jemaat pertanyaan panduan ini disampaikan kepada mulai dari anak-anak sampai dengan yang kakek-nenek.

Sebenarnya hal menyampaikan pertanyaan ini adalah sebuah kegiatan pastoral gereja. Mengapa menyampaikan pertanyaan ini merupakan kegiatan pastoral? Sebab pada kenyataannya tidak semua orang bisa menjawab pertanyaan itu. Apalagi menjawabnya dengan benar dan otentik. Bagi yang tidak bisa menjawab sudah barang tentu menjadi pe-er gereja (Majelis Jemaat) untuk menuntunnya sehingga anggota jemaat itu pada akhirnya mampu memberikan jawaban. Dan bagi yang mampu menjawabnya dengan benar adalah tanggung jawab Majelis Jemaat untuk menyediakan saluran-saluran agar keinginan untuk berbuah, berbagi itu bisa diwujudkan dengan sukacita.

Agar dapat bekerja dengan efektif, Majelis Jemaat – nampaknya – harus memiliki komisi/panitia khusus yang mengurusi soal data dan perencanaan. Nampak dari sini bahwa Majelis Jemaat di lingkungan Sinode GKSBS sesungguhnya merupakan ujung tombak dari implementasi tema dan sub tema Sinode GKSBS 2010 – 2015.

Langkah kedua: Sediakan saluran!
Jika sudah tersedia informasi, tugas Majelis Jemaat adalah mengolah data dan membuat saluran-saluran yang bisa dimanfaatkan oleh warga jemaat untuk mewujudkan keinginannya berbagi. Sudah tentu saja bahwa kegiatan berbagi yang ada, entah di kelola langsung oleh Majelis Jemaat, entah dikelola sendiri oleh warga jemaat secara mandiri harus dimonitor dan dievaluasi dengan metode yang benar.

Sudah pasti bahwa tidak semua saluran harus dikelola oleh Majelis Jemaat. Bahkan warga jemaat harus didorong untuk mengelola sendiri saluran-saluran yang mereka pilih sendiri. Peran Majelis Jemaat dalam hal ini adalah memperkuat kapasitas warga jemaat dalam bidang-bidang yang relevan.

Langkah ketiga: Rayakan!
Jika setiap warga jemaat, baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok, maupun bersama-sama dalam kesatuan jemaat atau jemaat sebagai institusi telah melakukan kegiatan-kegiatan yang menjadi ekspresi hidup berbagi, niscaya dibutuhkan wadah untuk merayakan. Perayaan akan bisa berfungsi peneguhan dan kegembiraan. Perayaan ini bisa menjadi semacam perayaan sebuah “panen” bagi jemaat Tuhan.

Kapasitas yang dibutuhkan oleh Majelis Jemaat adalah :

  • Menjemaatkan tema dan sub tema sehingga warga jemaat bisa mengerti dengan baik.
  • Memandu jemaat, baik individual maupun kolektif untuk memetakan atau mengidentifikasi “roti” yang telah dimiliki dan ingin dibagikan.
  • Memandu jemaat baik individual maupun kolektif untuk membuat program yang cocok dan berkualitas.
  • Memonitor program-program yang dilakukan oleh jemaat.
  • Memandu kegiatan evaluasi atas program-program yang telah dilakukan.
  • Merancang perayaan.

Sudah barang tentu – untuk saat ini – belum semua (Majelis) Jemaat memiliki kapasitas seperti diatas. Oleh karena itu diperlukan program-program pemberdayaan. Dalam hal ini MPK dan MPS GKSBS harus berperan.

Peran MPK dan MPS GKSBS
Peran MPK dan MPS GKSBS memperkuat kapasitas Majelis Jemaat agar mampu menjalankan tugas pastoralnya secara efektif. Disamping memperkuat kapasitas Majelis Jemaat, peran MPK dan MPS GKSBS adalah memfasilitasi berkembangnya komunikasi dan jaringan (keterhubungan) antar jemaat dan antar klasis. Keterhubungan ini disamping bersifat fungsional (warga/jemaat/klasis bisa saling tukar dan membantu dalam bidang ketrampilan dan pengetahuan) juga bersifat substansial (warga/jemaat/klasis dapat mengalami secara nyata terhubung dalam kebersamaan sebagai gereja GKSBS).

Secara sistematis peran MPK/MPS GKSBS adalah:

  1. Memberdayakan.
  2. Mempersatukan (mendatangkan rasa bersatu).
  3. Memberikan inspirasi (menyediakan sumber inspirasi).

Oleh karena sumberdaya yang terbatas, maka setiap MPK dan MPS GKSBS perlu menetapkan prioritas serta membangun tim kerja yang efektif.

21 Nopember 2010

Sugianto

Silakan dibagi

1 thought on “Memahami Thema & Sub-Thema GKSBS 2010-2015

  1. sebuah faith-based organisation di era globalisasi ini memang perlu untuk berani terus menerus merefleksikan misinya. apa yang telah dirumuskan dalam tema dan sub tema GKSBS merupakan hasil dari refleksi kontekstual. semakin banyak usaha untuk membuatnya relevan dan fungsional di tengah-tengah jemaat tentu akan memperkaya pembaharuan iman kita di kancah perjuangan keselamatan bagi bumi ini. trimakasih.

Comments are closed.