Pengantar
Gereja ada untuk menjalankan misi Allah. Berarti gereja ada bukan untuk dirinya sendiri. Gereja ada untuk menjadi “pemberi” agar karya penyelamatan atau Injil Kerajaan Allah dinyatakan. Tetapi berapa banyak gereja/jemaat/orang beriman yang hidup dalam kesadaran seperti ini? Praktek berjemaat (bergereja) seringkali menunjukkan bahwa gereja lebih sibuk mengurus dirinya sendiri daripada menjalankan misi Allah sebagaimana seharusnya. Tentu ini memprihatinkan. Tetapi yang lebih memprihatinkan adalah bahwa gereja seringkali tidak sadar bahwa hidupnya lebih terfokus pada dirinya sendiri. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi gereja/jemaat untuk mau secara teratur memotret kesadarannya dengan melihat kecenderungan hidup atau mengadanya. Kesadaran akan arah kecenderungan hidup (mengada) ini akan sangat membantu gereja untuk tetap mampu memperbaiki diri secara terus menerus sehingga dapat tumbuh terarah kepada panggilan hakikinya menjadi pewarta Injil Kerajaan Allah
Berikut ini disediakan model arah menggereja. Sebagaimana adanya, model adalah sebuah penyederhanaan terhadap realitas yang rumit. Semua model selalu dimaksudkan agar – dengan cara yang sederhana – orang bisa mendapatkan gambaran menyeluruh atas realitas. Dan setiap orang bisa membangun model sendiri-sendiri dalam memahami realitas.
Model arah menggereja yang disajikan ini memilahkan arah menggereja dalam 3 (tiga) model. Pertama, gereja dengan arah kecenderungan sebagai PENERIMA. Jika menggunakan teori modus mengada-nya Erich Fromm, model ini bisa disamakan dengan nekrofili (mencintai kematian). Gereja dengan kecenderungan sebagai PENERIMA hidup terarah pada diri sendiri seperti orang yang sakit, narsistis. Senang mempercantik gedung gereja dan hebat dalam acara-acara perayaan. Biasanya jemaat yang hidupnya terarah pada diri sendiri gampang sekali terjadi konflik yang tidak terkelola. Hal-hal sepele sudah cukup menjadikan warga jemaat bertengkar. Hal ini terjadi karena memang di jemaat tidak ada hal-hal besar yang bisa dibicarakan. Kedua, gereja dengan arah kecenderungan MODERAT atau biasa-biasa saja atau standar saja atau tidak ada yang luar biasa. Gereja dengan kecenderungan MODERAT ini biasanya ‘hidup segan mati tak hendak’, membosankan. Salah satu tandanya adalah warga jemaat banyak yang “merumput” di tempat lain. Ketiga, gereja dengan arah kecenderungan sebagai PEMBERI. Jika menggunakan teori modus mengada-nya Erich Fromm, model ini bisa disamakan dengan biofili (mencintai kehidupan). Gereja dengan arah kecenderungan sebagai PENERIMA hidupnya terarah ke luar, selalu memiliki alasan untuk memberi, membantu dan terlibat dalam kehidupan selayaknya orang yang sehat dan penuh motivasi. Kebanggaannya bukan pada bangunan atau meriahnya upacaya gereja, melainkan pada keterlibatannya yang sungguh-sungguh pada persoalan-persoalan kemanusiaan.
Untuk mengetahui arah menggereja dari jemaatnya, warga jemaat atau pimpinan jemaat bisa memeriksa 5 variabel yang disini disebut dengan g-Faktor (atau faktor gereja) – yang meliputi: Pertama, arah sukses yang dibanggakan; Kedua, arah sumber pendapatan jemaat; Ketiga, arah alokasi penggunaan uang jemaat; Ke-empat, arah program jemaat; Kelima, arah relasi pemimpin jemaat.
g-Faktor |
Penerima | Moderat |
Pemberi |
Arah sukses yang dibanggakan |
|
|
|
Arah sumber pendapatan jemaat |
|
|
|
Arah alokasi Penggunaan Uang Jemaat |
|
|
|
Arah program jemaat |
|
|
Diakonia yang bersifat transformatif: pendidikan/advokasi HAM, lingkungan hidup dan perjuangan lain yang mengarah pada usaha terjadinya perubahan struktural/sistemik. |
Arah relasi pemimpin jemaat |
|
|
|
Dkn.Sugianto (GKSBS Sumberhadi)
terimakasih atas tulisan yang sangat evaluatif, kritis dan inspiratif. saya yakin tulisan ini akan sangat membantu para pendeta (yang punya akses internet; sekarang semua HP bisa untuk akses internet), para majelis jemaat, dan semua aktivis GKSBS untuk meningkatkan pelayan.