PENDAHULUAN
Action by Churches Together (ACT) adalah sebuah lembaga yang didukung oleh gereja-gereja protestan, Anglican dan Orthodox di Eropa dan lembaga yang terkait dengan pelayanan gereja yang bergerak di bidang pelayanan pemberdayaan (development), kemanusiaan (humanitarian) dan pendampingan (advocacy). Lembaga ini diprakarsai oleh Dewan gereja dunia (WCC) dan Federasi gereja Lutheran (LWF), bekerja di 140 negara dan melibatkan 33.000 staf di seluruh dunia. Selanjutnya organisasi ini bekerjasama dengan lembaga-lembaga local sebagai implementing program dan membentuk aliansi (ACT-Alliance). Selengkapnya mengenai organisasi ini dan bagaimana pelayanan di seluruh dunia diorganisir dan dilakukan dapat dilihat di www.actalliance.org
Di Indonesia, ACT-Alliance bekerjasama dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga pelayanan masyarakat terutama dalam pengarusutamaan (mainstreaming) pengurangan resiko bencana (DDR) dan adaptasi terhadap perubahan iklim (CCA). YEU (Yakkum Emergency Unit), YTBI (Yayasan Tanggul Bencana), DKH (Disaster Katastrophenhilfe) Indonesia, Lutheran World Service (LWF), Presbyterian Disaster Assistance (PDA), Church World Service (CWS) dan CRWRC-Indonesia adalah beberapa dari aliansi ACT-international yang berkarya di Indonesia yang selama ini kita kenal. Mereka tergabung dalam ACT-Alliance Indonesia Forum. HKBP, GKJ, GKI, GT (Gereja Toraja), adalah beberapa gereja local yang selama ini telah bekerjasama dalam melakukan pemberdayaan komunitas siaga bencana dan tahan perubahan iklim.
Masing-masing lembaga di atas atau gabungan diantara mereka kemudian juga bekerjasama dengan organisasi-organisasi rakyat setempat (CBO’s) dalam melaksanakan visi dan misinya. Organisasi rakyat setempat bisa merupakan organisasi tani, nelayan, pedagang dan sebagainya baik yang berdiri sendiri maupun yang diprakarsai oleh lembaga keagamaan apapun. Prinsip utamanya adalah kemandirian organisasi rakyat dan pemberdayaan komunitas. Di sinilah, beberapa gereja local berjumpa dengan ACT-Alliance, yaitu pada saat bersama melakukan karya pendampingan dan pemberdayaan pada komunitas local.
PROSES BERJALANNYA WORKSHOP
Lokakarya ini diawali dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Judo Purwowidagdo yang mempersiapkan peserta untuk melaksanakan proses belajar bersama ini sebagai ungkapan kesediaan manusia untuk terlibat dalam proses penciptaan yang terus dilakukan Allah agar dunia ini menjadi “amat baik”. Berdasarkan Kej. 1:26-31 peserta diajak untuk berefleksi bahwa manusia sejak dari semula diciptakan untuk mengenali dan memahami alam semesta sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya. Ketahanan untuk menghadapi resiko bencana dan perubahan iklim diperlukan agar manusia tetap bisa bertugas sebagai bagian penting dalam alam semesta ini.
Selanjutnya, dikumpulkanlah banyak harapan dan goal yang diungkap-kan baik oleh secretariat ACT-International, panitia pelaksana, mitra jaringan, dan seluruh peserta terhadap lokakarya kali ini. Dari keseluruhan harapan yang terkumpul dua hal yang paling menonjol adalah: pertama, tiap lembaga-jaringan-aliansi mempu hadir sebagai bagian dari komunitas serta memberikan dampak yang maksimal terutama bagi komunitas. Dengan penekanan bahwa maksimum impact yang diharapkan terwujud terutama perlu diukur dari kemampuan organisasi masyarakat (CBO’s) itu sendiri menghadapi resiko bencana dan perubahan iklim. Kedua, seluruh peserta workshop menyadari pentingnya dan berharap sepenuhnya bahwa acara ini dapat memicu semakin luasnya partisipasi dari semakin banyak lembaga. Baik lembaga gereja dan lembaga-lembaga berbasis pelayanan gereja. Dengan semakin banyak partisipasi diharapkan akan memotivasi semakin banyak organisasi rakyat untuk mengarusutamakan DRR dan CCA. Oleh karena itulah, diakhir workshop ini nantinya diharapkan dapat terumuskan sebuah rumusan ‘Sikap Bersama’ ACT-Alliance terhadap DRR dan CCA.
Proses workshop selanjutnya melalui seminar sehari dengan tiga topic bahasan dan narasumber yaitu :
- Overview of how important DRR (and CCA) to the Indonesian Government. Yang disampaikan oleh ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Syamsul Maarif. Dalam session ini juga ditegaskan betapa pentingnya peran tiap-tiap lembaga pemerintah maupun partners international (termasuk faith-based entities) yang memiliki basis pelayanan local untuk menguatkan masyarakat dalam DRR dan CCA.
- What is at stake regarding climate change in Indonesia and South East Asia in terms of DRR and CCA – from an academic lens. Projected implications – global and local. Disampaikan oleh Dr. Akhmad Faqih, Ph.D., yang adalah Head of Climate Modeling Devision dari University of Bogor. Dalam session ini ditekankan pentingnya keterlibatan academic multidisiplin dalam rangka pelaksanaan tiap-tiap program DRR dan CCA. Ada harapan besar agar hasil-hasil penelitian berkaitan dengan hal itu dapat segera diartikulasikan bagi pemahaman yang utuh di tengah masyarakat. Sekalipun tidak banyak disinggung, peran hasil penelitian social dan budaya (termasuk theology) terhadap kedua isu itu sangat penting bagi kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat menghadapi resiko bencana dan perubahan iklim yang semakin mudah dijumpai.
- What are the main opportunities and challenges of integrating DRR and CCA into the development agenda at national and regional levels. Disampaikan oleh Dr. Jonathan Lassa (Independent Researcher – Indonesia DRR and CCA activist). Dalam session ini ditegaskan betapa pentingnya mengarusutamakan DRR dan CCA dalam segala bentuk program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Kebijakan pemerintah terhadap pembangunan dan pemberdayaan di tingkat nasional, regional, maupun local penting memberikan perhatian terhadap kedua isu ini. Demikian juga dengan lembaga-lembaga pemberdayaan dan advokasi, termasuk lembaga keagamaan, perlu untuk mengarusutamakan kedua hal ini dalam tiap programnya bersama dengan masyarakat.
laporan yang sangat baik. sangat baik jika para pimpinan gksbs berkenan memikirkan kemungkinan masuknya isu DRR dan CCA daalam program-program gksbs. sebab, sebagai bagian dari komunitas global, gksbs tidak bisa menghindarkan diri dari pengaruh kehadiran bencana di muka bumi ini.
sangat baik jika para utusan seminar, workshop, pelatihan, konsultasi, dll juga membuat laporan seperti ini. sehingga pengetahuan yang diperoleh bisa dinikmati oleh banyak orang.
salam,
sugianto