Pada tahun 1939, datanglah ke daerah Lampung tepatnya di desa Wonosari; sepasng suami-isteri yang beragama Kristen bernama Sastrasuharjo. Beliau sebenarnya berasal dari desa Ngembes, Wonosari –Gunung Kidul. Sebagai keluarga yang berpegangan hidup dalam iman Kristen, maka hasrat mereka untuk berbakti kepada Tuhan Yesus(melalui kebaktian di gereja) adalah hal yang utama .Namun saying, pada waktu itu didesa Wonosari (Lampung), beliau belum menemukan seorangpun yang beragama Kristen apalagi tempat ibadah yang disebut gereja.
Walaupun demikian justru kedatangan Sastrasuharja ke Wonosari (Lampung) menjadi perintie yang diutus oleh Allah untuk meneburkan benih Firman Tuhan dan Ijil, sehingga terwujudlah Gereja Kristen Sumatera bagian Selatan (GKSBS) Wonosari sampai sekarang ini.
PERSEKUTUHAN KECIL YANG MENJADI CIKAL BAKAL GKL WONOSARI
Selang beberapa waktu keluarga Sastrasuharja tinggal di Wonosari , maka datnglah pula ke Wonosari keluarga Pontjorianto yang berasal dari desa Sewugalar, kecamatan Panjatan- kulon Progo. Kedatangan keluarga Pontjorinato merupakn jawaban Tuhan atas kerinduan Sastrasuharja untuk mendapatkan saudara seiman, yang dari segi usia memang lebih muda dari pada Sastrasuharja.
Selanjutnya ditemukan juga saudara seiman yang lain, yaitu Purnama yng berasal dari Kediri-Jatim dan bertempat tinggal di bedeng 22; bekerja sebagai tenega kerja DPU(perbaikan jalan).
Dari ketiga keluarga, yaitu: Sastrasuharja, Pontjorianto, dan Purnama inilah timbul niat yang besar untuk menemukan Gereja. Melalui usaha yang tak kenal putus asa dank arena kasih Allah akhirnya mereka menemukan gerejan du bedeng 11G; kemudian di Purwadadi dan Margarejo( masih dalam wujud rumah biasa). Dua diantara ketiga gereja tersebut menyelenggarakan kebaktian minggu secara bergilir (seminggu di Purwadadi dan seminggu berikutnya di Margareja. Namun, biarpun harus menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki dan tempat ibadahnya bergiliran ketiga kelurga tersebut menunjukan kesetiannya.
Kemudian ada angin segar berhembus, atas petunjuk salah seorang saudara seiman, yaitu Abiyatar Mardiusodo dan atas bantuan Zendeling Kortenus serta Kekenius; dapat didirikan sebuiah tempat kebaktian sederhana di bedeng 23, dengan meminjam pekarangan Jayakarsa. Dengan demikian, tempat ibadah menjadi lebih dekat.
Adanya gereja di bedeng 23 tidak berlangsung lama. Oleh sebab itu, maka tempat pindahkan ibadah itu diangkat dan dipindahkan ke Wonosari. Warga Kristen Wonosari dapat beribadah di desanya sendiri. Atas kesetiaan dan ketaatan serta ketekunan ketiga keluarga dibawah asuhan Sastrasuharja tersebut, mereka menjadi umat yang diberkati. Semakain hari TUhan menambahkan jumlah umatNya di Wonosari.
GEREJA KRISTEN LAMPUNG WONOSARI DALAM PERKEMBANGANNYA
Dalam sejarah perkembangan Gereja Kristen Lampung Wonosari; ada beberapa peristiwwa yang menjadi tonggak sejarah, antara lain:
- Pada tanggal 02 Pebruari 1942, menjadi hari yang bersejarah karena hari itu dating pendeta utusan yang pertama atas diri Pdt. Yohanes Suparmo Harjowasito dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) untuk menatalayani gereja-gereja Kristen di wilayah Sumatera Selatan. Beliau pada saat bertempat tinggal di Metro. Dan pada waktu itu baru ada 2 (dua) kelompok umat Kristen yang sudah layak disebut sebagai jemaat dewassa, yaitu gereja Metro dan Batanghari. Jemaat Wonosari termasuk pepantan dari gereja Metro. [ada tahun-tahun itu umat tuhan yang akhirnya terhimpun dalam tubuh jemaat Wonosari ditemukan, diantaranya : Yonadi dan Lasarus (Bd 22), keluarga Ngatiman dan Todiwirya (Bd 28) dan ditambah lagi dengan beberapa anak yang lahir.
- Tanggal 11 November 1955, kelompok Wonosari diresmikan menjadi jemaat dewasa dengan nama Gereja Kristen lampung Wonosari. Peristiwa ini menjadi kengangan yang seharusnya tidak boleh dilupakan oleh warga jemaat wonosari sebagai “Hari Kelahiran Gereja Kristen Lampung Wonosari” pada saat kelahirannya statistic yang ada menunjukkan :
- Guru Injil : 1 orang (Bp. Sastrasuharjo)
- Tua-tua : 4 orang
- Diaken : 3 orang
- Dewasa Laki-laki : 65 orang Perempuan : 59 orang
- Anak-anak laki-laki : 60 orang Perempuan : 54 orang
- Total 247 jiwa
- Jumlah kelompok yang termasuk wilayah GKL Wonosari ada tiga, yaitu : Wonosari, Besuki (Gantiwarno) dan Tanggulangin.
- Pada tahun 1956, pada saat periode ini gereja Kristen Lampung Wonosari berkembang dengan munculnya kelompok-kelompok yang baru yang susul menyusul, diantaranya :
- Kelompok Seputih Raman, ada warga Kristen pindahan dari Jaww sebanyak 22 KK atau 107 jiwa
- Rejo Basuki 7 (RB7)
- Moroseneng, tumbuh kelompok kecil umat Kristen yang merupakan pindahan desa wonosari (Lampung), yaitu : Ngatissan, Iskak dan Mardiya Suoarta serta wiryadi dari Jawa.
- Pada tahun 1958;Tuhan selaku gembala yang baik selalu menghimpun domba-domba gembalaNya. Hal tersebut nyata, pada tahun 1958 tumbuh lagi kelompok baru yang lain, yaitu :
- Raman Gunawan (RG)
- Raman Endah (RE)
- Raman utara (RU)
- Raman Fajar (RF)
- Raman Nirwana (RN)
Karena makin meluasnya daerah pelayanan, dengan jarak yang sangat jauh serta sarana transportasi yang kurang memedai (sepeda), maka GKL Wonosari mengalami kewalahan. Oleh karena itu, pada bulan Juli 1958 sidang Majelis GKL Wonosari memutuskan untuk mempersekutukan kelompok-kelompok tersebut dalam wadah jemaat dalam klasis tersendiri.
Pada waktu itu, bersamaan dengan meluasnya daerah pelayanan; pada tahun 1957 Pdt. J.S. harjowasito telah menerima tugas untuk menjadi utusan ke Pematang Siantar. Namun demikian Tuhan segersa mengirimkan hambaNya yaitu : Pdt. R. Siswodwijo untuk membimbing perkembangan gereja-gereja dan kelompoknya wilayah Sumater Selatan, termasuk GKL Wonosari.
Pada tahun 1961;di Sidorejo kecamatan Gunung Sugih tumbuh kelompok baru dibawah rintisan Bp. Andreas. Dan tidak lama kemudian dilayanai baptisan terhadap 6 orang dewasa dan 13 orang anak-anak. Selanjutnya kelompok ini juga masuk wilayah pelayanan GKL Wonosari. Disana ditunjuk seorang tua-tua dan seorang diaken.
Pada tahun 1962, dalam tubuh jemaat GKL Wonosari terdiri atas 5 (lima) pepantan , yaitu : Wonosari, Gantiwarno, Tanggul angin, Moroseneng dan Sidorejo.
ANAK-ANAK/KELOMPOK-KELOMPOK GKL WONOSARI MENJADI DEWASA
Tuhan membentuk dan membangun gerejaNya di dunia ini untuk menjadi gereja yang diutus memberitakan Injil Tuhan bagi dunia. Itulah yang mendorong dan menyemangati pepantan yang menjadi wilayah pelayanan GKL Wonosari untuk bertumbuh menjadi gereja yang dewasa dan missioner. Maka secara berturut-turut tergoreslah tinta emas pendewasaan kelompok-kelompok wilayah pelayanan GKL Wonosari menjadi gereja dewasa, antara lain :
- Pada tanggal 05 November 1966; Moroseneng bergabung dengan Kota gajah menjadi gereja dewasa.
- Pada tangal 01 November 1967, Tanggulangin dan Sidorejo bergabung menjadi satu gereja dewasa. Dengan penggabungan dan pendewasaan kelompok-kelompok itu akibatnya; GKL Wonosari sendiri menjadi semakin kecil. Kelompoknya hanya tinggal 2 (dua) saja yaitu : Wonosari dan Gantiwarno. Karena itulah keberadaan GKL Wonosari sebagai gereja dewasa menjadi goyah; sampai pada suatu pemikiran agar gereja Wonosari kembali menjadi kelompok lagi dan menginduk kepada GKL Metro. Memang Nampak adanya kejanggalan sebab GKL wonosari memperanakkan banyak kelopok yang kemudian menjadi dewasa, ironisnya GKL Wonosari selaku induk harus kembali menjadi kelompok.
Tetapi rupanya Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah melebihi apa yang dipikirkan dan direncanakan manusia. Dengan tidak diduga-duga muncul umat baru pilihan Tuhan di Wonosari (35B), yang jumlahnya cukup banyak sehingga syarat kedewasaan jemaat ditinjau dari jumlah warga masih dapat dipertahanakan hingga mengijak usianya ke 56 (2010).