Sinode Am Gereja-gereja Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo (SAG SULUTENGGO) mengutus 8 orang pelayan jemaat magang program diakonia di Sinode GKSBS. Tiga utusan hadir mulai sabtu dan minggu 6-7 september 2014, Pdt. Stanley, utusan dari Sinode Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG), Dkn. Mardianto Pasoi utusan Sinode Gereja Masehi Injili di Talaud (GERMITA), dan Pdt. Jendry Tukaeja utusan Sinode Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB).
Majelis Pekerja Sinode GKSBS menjadi tuan rumah untuk program magang aktivis gereja untuk diakonia. Program magang aktivis gereja ini merupakan program kemitraan 33 Sinode Gereja anggota PGI dengan Steering Commiittee Diakonia PKN – PGI. Program magang dimaksudkan untuk menumbuhkan dan membangun kerjasama antar gereja mitra PKN dalam mengembangkan kapasitas gereja dalam melayani atau berdiakonia.
Pdt. Riyadi Basuki sebagai ketua Departemen Peningkatan Kesejahteraan sekaligus Ketua SC Diakonia mengorganisasikan seluruh rencana program magang selama satu minggu dari tanggal 8 – 14 September 2014. Pada hari pertama agenda perkenalan dan orientasi di kantor Sinode GKSBS. Hari kedua mengenal lapangan GKSBS dengan Administrasi gereja, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Credit Union di GKSBS Bandarjaya. Hari ketiga mengenal pendekatan kepada isu dengan AI dan ABCD di kantor Sinode GKSBS. Hari keempat bersama dengan YABIMA dalam pertanian organik. Hari kelima, pengorganisasian Organisasi Berbasis Masyarakat. Hari keenam ke Taman Way Kambas. Hari ketujuh kembali ke tempat pelayanan masing-masing.
Bertempat di Kantor Sinode GKSBS di Jl. Yos Sudarso 15 Polos, Kota Metro, Lampung, agenda hari pertama, 8 September 2014, dimulai dengan perkenalan dan orientasi mengenai Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan yang dipandu oleh Pdt. Bambang Nugroho Hadi.
Majelis Pekerja Sinode GKSBS yang hadir dalam acara perkenalan ini, Pdt. Trijoko Hadi Nugroho (Ketua), Pdt. Christya Prihanto Poetro (Sekretaris), Pdt. Yohanes Fajar Handoyo (Bendahara) dan Pdt. Alfred Ruben Gordon Ta’ek (anggota). Demikian juga hadir para Ketua Departemen, Pdt. Riyadi Basuki (Dept. Peningkatan Kesejahteraan), Pdt. Aleksius Tri Hariyanto (Dept. Identitas dalam Pluralitas), Pdt. Bambang Nugroho Hadi (Dept. Peningkatan Kapasitas), Pdt. Sri Yuliana (Dept. Litbang).
Dalam acara perkenalan ini, para utusan sinode memperkenalkan nama diri dan profil keluarga, asal pendidikan, profil pelayanan di sinode pengutus, jumlah jemaat, jumlah pendeta. Setiap yang memperkenalkan diri menyebut tokoh kitab suci idola diantaranya: Yosua, Yakub, Yusuf, Simson, Daud, Yesus, Yohanes, Tomas, Paulus dan semua tokoh perempuan.
Pdt. Christya memperkenalkan lingkup pelayanan GKSBS dengan mempresentasikan profil konteks masyarakat di empat Provinsi di Sumatera Bagian Selatan yang beragam. Sebagai sekretaris MPS diberi mandat agar GKSBS hadir dalam konteks kemiskinan dan keberagaman masyarakat. Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan yang hadir di empat provinsi setia menjalankan tugas dan panggilannya untuk menjadi gereja yang berdiakonia melalui program-programnya. Setiap ketua departemen yang hadir menceritakan best practice pelayanan dengan dana yang terbatas dapat mencapai hasil yang lebih baik.
Bagian penting dalam proses orientasi awal ini adalah pertanyaan dari aktivis magang, bagaimana cara GKSBS melaksanakan program yang banyak ini, tentu banyak anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya? Demikian juga pertanyaan, bagaimana organisasi Sinode dijalankan sementara ketua Sinode dan Bendahara tidak full timer Sinode? Dari mana sumber keuangan untuk membiayai seluruh program yang memerlukan banyak anggaran, sementara anggaran GKSBS lebih kecil dari anggaran gereja kami, tolong beri kami penjelasan bagaimana pengelolaan dan sumber pendapatan? Bagaimana mungkin pekerjaan yang besar ini dapat dilakukan di gereja kami, karena dinamika di GKSBS tentang pendekatan membuat program gereja juga tidak mudah, terlebih kita akan mulai dari mana, apakah dari masalah atau dari apa yang sudah ada?
Melalui pertanyaan-pertanyaan di atas, sekretaris, ketua departemen mencoba menjelaskan, bahwa pengorganisasian memberi ruang seluas-luasnya kepada jemaat lokal untuk menyusun rencana, sehingga anggaran bisa dikerjasamakan antara jemaat, klasis dan sinode. Demikian pula kantor sinode memiliki Standar 0perasional Prosedur (SOP) tentang pembiayaan program. Dari bendahara memiliki RAPB Tahunan Sinode yang transparan dan dapat dibaca oleh setiap majelis jemaat dan siapa saja yang memerlukan. Untuk menghemat anggaran full timer lembaga sinode hanya sekretaris dan staf kantor. Hal yang penting dalam perencanaan program adalah penggunaan pendekatan Apreciative Inquiry (AI), Asset Based Community Development (ABCD) dan penerapan manajemen program berbasis hasil (Result Based Management). Untuk dapat melakukan semuanya itu GKSBS mengembangkan juga menyepakati nilai-nilai untuk mencapai hasil yang dikehendaki bersama.
Demikianlah bahwa proses ber-diakonia “ala” GKSBS yang telah berproses membangun sistem berbagi khususnya dalam menjalankan organisasi untuk memimpin, mempersatukan, memberdayakan dan mengelola aset sedikit banyak telah membentuk “cultur” GKSBS sebagai “roti” yang dapat dibagikan. Pdt. Jendry mengatakan tertarik pada tulisan di baju seragam GKSBS yang bertuliskan: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!”. Sekretaris mengakhiri dengan close statements: bahwa GKSBS ingin menjadi gereja yang berdiakonia oleh karenanya gereja terus berusaha memberdayakan diri, membangun jejaring dan melihat peluang agar diakonia menjadi milik banyak orang justru ketika gereja serba terbatas.
Acara hari pertama yang dijadwalkan berakhir jam 17.00 baru diakhiri dengan kegembiraan pada pukul 17.30. Demikian sekilas info hari pertama. (ChristyaPP).