Selain menghadirkan narasumber, peserta Studi teologis perkawinan Kristen yang dihadiri oleh pendeta dan calon pendeta GKSBS tanggal 18-19 Nopember 2014 yang lalu juga melakukan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) yang masing-masing adalah kelompok doktrinal, kelompok sosial etis, kelompok pastoral, kelompok spiritual dan kelompok lain-lain. Dalam kelompok tersebut, semua mendiskusikan pertanyaan pemandu: 1). Pengertian Pernikahan. 2). Tujuan Pernikahan. 3). Pelaku Pernikahan. 4). Nilai-nilai Teologis Pernikahan dan 5) Perceraian.
Studi ini merupakan ruang belajar dan mengkritisi bersama pemahaman teologis mengenai perkawinan Kristen yang berkembang seiring kemajuan zaman di lingkungan Sinode di GKSBS. Dari beberapa kelompok ini, ada beberapa hasil diskusi yang bisa menyentuh kesadaran kita dan di seputar perkawinan Kristen. Dari kelompok Pastoral misalnya, mereka menyatakan bahwa pernikahan adalah sebuah pilihan sadar untuk menjalani komitmen membentuk sebuah keluarga yang merupakan persekutuan yang menyeluruh antara dua insan untuk saling melengkapi, berbagi, menerima dan meneruskan karya Allah dalam kehidupan. kata kunci yang ingin dikemukakan adalah “pilihan sadar”. Pelaku pernikahan adalah manusia (atas prakarsa Allah dan lembaga terkait. penyebutan umum “manusia” dalam kelompok pastoral ini sepertinya berbeda pada umunya pernikahan adalah antara laki-laki dan perempuan. Kemudian tentang perceraian, kelompok pastoral ini menuliskan hasil diskusinya sebagai berikut : Perceraian adalah Pilihan terakhir setelah segala upaya untuk mempertahankan keutuhan keluarga dilakukan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan pada kesadaran akan segala konsekuensi yang akan dihadapi.
Diskusi-diskusi tersebut semakin berkembang ketika Mgr. Yohanes Harun Yuwono dari Keuskupan Tanjung Karang – dibantu oleh Rm. Apolo – memaparkan pemahaman Gereja Katolik mengenai perkawinan dan tinjauan kritis terhadap Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang disampaikan oleh Bp. Grace Purwo Nugroho, SH selaku praktisi hukum.
“Keluarga adalah Sarana Memahami Allah”, demikian salah satu poin dari paparan Mgr. Yohanes Harun Yuwono. “Keutuhan rumah tangga bukan sekedar merupakan ungkapan janji kesetiaan suami – istri, melainkan juga merupakan ungkapan keagungan nilai dan martabat manusia. Manusia merupakan ungkapan dan gambar Allah dan karena itu seperti kesetiaan Allah mengungkapkan ke-allah-an-Nya; keutuhan dan kesetiaan keluarga dan kesetiaan relasi-relasi anggota-anggota keluarga mengungkapkan predikat manusia sebagai makhluk Allah; sebagai “kekasih” Allah, sebagai makhluk yang bermartabat mulia”. Mgr lebih lanjut mengatakan, “Jika dalam keluarga kita tidak dapat memelihara keutuhannya, maka kita akan kesulitan menghayati Allah dan iman kita kepada Allah”. Perceraian merupakan wujud keegoisan manusia yang ingin melawan atau lari dari Allah. Tanpa keluarga, dunia sesungguhnya akan mengalami kehancuran. Tanpa keutuhan keluarga, tidak bisa dibayangkan adanya Gereja di masa depan. Tugas Gereja dalam hal ini adalah menawarkan Kristus yang mencintai keluarga.
Bp. Grace Purwo Nugroho, SH memberi penjelasan menganai perkawinan ditinjau dari sudut pandang hukum yang merupakan hak setiap warga negara. “Tetapi dalam hal ini, Negara membutuhkan kehadiran agama (lembaga agama) sebagai alat untuk melegitimasi pencatatan perkawinan, tetapi dalam konteks perceraian, Negara seolah-olah tidak membutuhkan pertimbangan teologis dalam memutuskan perceraian oleh pengadilan. Demikian juga sebaliknya, atas nama iman (mempertahankan ajaran agama) dan keluarga, banyak orang-orang Kristen yang bercerai dengan status janda/duda tetapi menjalani hidup bersama tanpa menikah. Di sinilah peran Gereja dalam menyikapi pergulatan mengenai perkawinan yang tidak pernah ada habisnya di muka bumi ini. Melalui ajaran agama mengenai perkawinan, Gereja harus bisa mengisi ruang-ruang kosong yang tak terjawab oleh hukum dalam praktek kehidupan”.
di sudut-sudut hati semua manusia ada satu harapan bagi manusia itu untuk merasakan kasih sayang…
if we love each other and there is no confuse in our hearth so we can make dreams come true… I believe