Kesehatan Seksual Reproduksi sesungguhnya merupakan hak azasi bagi kaum perempuan. Maka, mestinya, Negara melalui pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin pemenuhan kesehatan seksual reproduksi bagi perempuan di Indonesia. Demikian disampaikan oleh Intanius Purbaningsih selaku Ketua Persekutuan Debora dalam sambutannya di acara Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dan Layanan Papsmear yang oleh Persekutuan Debora dan Persekutuan Perempuan GKSBS bekerjasama dengan RS. Mardi Waluyo, tanggal 28 November 2015 di GKSBS Sri Bhawono.
Penyuluhan kesehatan seksual reproduksi dan papsmear diikuti oleh seratus lima puluh lebih peserta dari berbagai tempat di wilayah Klasis Sri Bhawono. Kegiatan ini dihadiri bukan hanya warga gereja, melainkan juga kaum perempuan muslim. Menurut Intanius, Persekutuan Debora dan Persekutuan Perempuan GKSBS ingin menjadi jembatan dengan umat beragama lain melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat banyak. Lebih lanjut Iin, panggilan akrab Intanius, menjelaskan bahwa sebelum ini Persekutuan Debora dan Persekutuan Perempuan GKSBS pada September yang lalu menyelenggarakan Pelatihan Gender Dasar yang di-ikuti oleh kaum perempuan dari berbagai agama. Ada 60 perempuam terlibat sebagai peserta.
Dari tim penyuluh RS Mardi Waluyo yang diwakili oleh Bagian Extramural menjelaskan bahwa penyakit kanker leher rahim atau kanker serviks – sampai dengan saat ini – masih merupakan pembunuh nomer satu bagi kaum perempuan. Oleh karena itu kaum perempuan – terutama – yang sudah pernah melakukan hubungan seksual disarankan melakukan papsmear secara berkala. Dengan papsmear kita bisa mengetahui secara dini kemungkinan adanya gejala kanker serviks.
Pemeriksaan papsmear untuk saat ini masih relative mahal. Tetapi, RS Mardi Waluyo dalam kegiatan ini hanya mengenakan biaya Rp. 100.000,-
Terlihat dalam daftar antrian, peserta yang mengikuti papsmear sebanyak 58 orang. Ini pengalaman terbanyak yang pernah kami layani, tutur petugas dari RS Mardi Waluyo. Disamping diberikan materi penyuluhan kesehatan seksual reproduksi dan layanan papsmear, peserta juga diberi materi mengenai kekerasan pada anak – yang disampaikan oleh Pdt. Sugianto – yang sehari-hari sebagai relawan pada Yayasan Suyudi untuk advoksi hak anak dan pencegahan perdagangan orang.
Menurut Iin, kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan advokasi – meyakinkan Pemerintah Kabupaten Lampung Timur agar memberikan prioritas pemenuhan layanan kesehatan seksual reproduksi melalui kegiatan pendidikan, konseling dan layanan medis yang memadai bagi kaum perempuan di Lampung Timur. ***