Persiapkanlah Jalan Untuk Tuhan – Adven II

Sudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Apa reaksi saudara jika suatu hari, ketika anda sedang berada dikeramaian pasar, dan melakukan kegiatan kemasyarakatan, dan tiba-tiba seseorang datang dan berteriak: “Bertobatlah?” Mungkin saudara berpikir yang berteriak adalah seseorang yang kurang waras. Atau, saudara akan tertegun sejenak, menggangguk-angguk tanda setuju, karena saudara tahu dia benar, atau sekedar memperhatikan lalu melengos kemudian mengabaikannya.

Pada minggu kedua advent ini, Bacaan Firman Tuhan masih tentang perlunya kita mempersiapkan diri dalam menyongsong kedatangan Kristus. Menyongsong natal tidak hanya dengan mempersiapkan baju baru, furniture baru atau hiasan baru di rumah, perjalanan liburan dan sebagainya, tetapi juga bagaimana kita mengarahkan hidup agar tetap dalam firman dan ketaatan kepada Kristus.

Pada nats minggu ini setelah penjelasan riwayat kerajaan Romawi, Rasul Lukas satu-satunya yang menuliskan kelahiran Yesus Kristus dengan acuan keberadaan Kerajaan Romawi dengan pemerintahannya, langsung diutarakan bagaimana Allah memanggil Yohanes Pembaptis, dalam ayat 2 dikatakan: “datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun”, untuk menyampaikan berita keselamatan tersebut. Yohanes Pembaptis dipanggil Allah sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Kristus. Yohanes bagaikan seorang pengendara kendaraan pembuka jalan raya yang mendahului kedatangan Sang Raja. Dia menyeru-nyerukan ajakan pertobatan pada setiap orang yang dia temui, di seluruh daerah Yordan. Pada ibu-ibu, pada anak-anak, pada bapak-bapak, dan tentu saja pada orang Farisi dan Ahli Taurat yang ada di jalan-jalan sibuk mempertontonkan kehidupan keagamaan mereka.

Sudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Ada empat pesan yang dapat kita pelajari dalam mempersiapkan kedatangan Tuhan yaitu:

Pertama: Bertobatlah dan dibaptis

Menyongsong kelahiran Yesus pada saat itu pesannya adalah agar mereka bertobat. Pengertian bertobat dalam bahasa Yunani: “metanoia” adalah perubahan pikiran. Ini jelas menunjuk pada perubahan cara hidup lama atau berbalik 180 derajat dari kehidupan yang lama. Kata ini sering dipakai dalam kehidupan militer untuk perintah berbalik ketika berbaris. Kata ini sengaja dipilih, mengingat bahwa pembuka nats (ayat 1-2) ini berhubungan dengan para pejabat kerajaan maupun pejabat bait Allah Yahudi pada saat itu. Ada banyak penjelasan bahwa para pejabat ini tidak menggunakan kewenangannya untuk kebaikan Allah melainkan lebih kepada kebaikan diri sendiri. Dengan demikian pertobatan tidak ada pengecualian pada jabatan melainkan diminta dari semua orang yang sudah meninggalkan jalan Allah.

Perintah dibaptis tidak terlepas dari tradisi baptisan proselit yang melambangkan proses penerimaan sebagai warga Yahudi dari kebangsaan lain, sehingga merupakan status dan pribadi baru bagi mereka yang sudah mengalami baptisan proselit tersebut. Mereka yang tadinya bukan warga Yahudi kini dengan baptisan proselit menjadi warga Yahudi. Perlambang inilah yang dipakai Yohanes bagi mereka yang tadinya tidak di jalan Allah maka dengan baptisan diharapkan memiliki status dan kedudukan baru yakni orang-orang berjalan bersama Allah. Jadi apa yang dimaksudkan Yohanes bukan “baptisan proselit” yang bersifat lambang jasmaniah  melainkan “baptisan pertobatan” rohaniah yang mengalami perubahan batin dan cara  berfikir dalam melihat status dan tujuan kehidupan. Di sini faktor emosi tidak dominan melainkan faktor kesadaran yang bersumber dari Allah sebagai hal yang utama

Kedua: Allah akan mengampuni dosa

Buah dari pertobatan adalah pengampunan. Tidak adanya pertobatan maka pengampunan juga tidak tersedia. Kalimat dalam ayat 3: “…Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu,” Jadi dasar pengampunan haruslah pertobatan, bukan karena penyembahan atau perbuatan baik. Ini sangat ditekankan dan merupakan kunci iman Kristiani. Pintu pertobatan selalu terbuka sehingga pintu pengampunan juga menjadi sangat terbuka lebar.

Semua itu tentunya didahului oleh penyesalan atas apa yang sudah dilakukan yakni tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita diminta bagaikan anak kecil yang menyesali perbuatannya dan kembali ke Bapa untuk diberi pengampunan. Oleh karena itu hanya mereka yang mengalami perubahan batin dan cara berfikir sajalah yang dapat menerima pengampunan.. Kita sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja mungkin acapkali mendukakan hati Allah. Tetapi Allah yang Mahakasih siap sedia dan bersukacita apabila ada anak-anakNya yang bertobat dan memohon pengampunan atas jalan salah yang telah ditempuh.

Ketiga: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan

Perintah mempersiapkan jalan untuk Tuhan ibarat mempersiapkan kedatangan seorang Raja. Kita masih ingat atau bisa bayangkan apabila seorang pejabat tinggi akan datang menemui atau bertandang ke rumah kita. Maka kita perlu mempersiapkan jalan-jalan yang demikian bagus dan indah sehingga dapat menyenangkan hati pejabat tersebut. Demikian jugalah kiranya Kristus Sang Raja yang akan datang menemui kita.  Sebagai bagian dari warga baru yang bertobat dan diberi pengampunan, kita diminta berpartisipasi dalam mempersiapkan jalan untuk Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya (ayat 4). Ini sesuai dengan nubuatan nabi Yesaya (Yes 40:3-5). Kita juga bisa membayangkan jalan-jalan di Israel pada masa itu tidaklah rata beraspal, melainkan hanya batu dan tanah dengan kontur permukaan aslinya yang berbukit-bukit. Karena itu perintah “Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan” merupakan perintah yang relevan dan harus diikuti. Gunung bukit seperti kesombongan dan lembah seperti kekecewaan di sini menjadi rintangan dosa dari cara hidup lama, dan jalan berliku dan berlekuk-lekuk seperti godaan kenikmatan dan hidup yang tidak berserah merupakan dosa yang harus diratakan agar sesuai dengan arah jalan Tuhan.

Keempat: Semua orang akan melihat keselamatan

Jalan lurus berita keselamatan itu tidak harus kita terima begitu saja. Ada tanggungjawab agar apa yang sudah diberikan oleh Tuhan berupa pertobatan dan pengampunan itu dapat juga dinikmati oleh semua orang. RahmatNya yang murah itu melalui kedatangan AnakNya Yesus Kristus haruslah diberitakan dan dikumandangkan setinggi-tingginya agar semua orang dapat melihat penawaran dan jalan keselamatan tersebut. Ini perintah Allah melalui Yohanes kepada kita yang sudah menerima berita tersebut.

Pertobatan haruslah menghasilkan buah yang tetap. Kondisi pertobatan tidak situasional atau temporer. Kita bukanlah ibarat “anjing” peliharaan yang dituntun untuk  selalu datang makan ketika lonceng dibunyikan, melainkan sikap kita seyogianya berdasarkan kesadaran bahwa jalan yang salah dan bengkok itu harus diluruskan karena tidak berkenan kepada Allah. Hal ini tidak mudah, sama dengan kegiatan menggambar, adalah mudah membuat garis lengkung dan berbelok di atas kertas. Tapi cobalah membuat garis lurus, maka diperlukan ketelatenan dan kerja keras agar garis lurus itu dapat kita hasilkan. Demikian juga dalam kehidupan, membuat hidup yang “bengkok-bengkok” sangat mudah, berbuat dosa sangat gampang, tetapi membuat dan menjaga hidup yang lurus tidaklah mudah, tetapi dengan ketekunan dan pertolongan Tuhan, semua itu menjadi mudah.

Sudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Suara kenabian yang sudah kita dengar melalui Yohanes Pembaptis haruslah kita renungkan dalam menyongsong kedatangan Kristus kedua kali. Suara tersebut perlu terus-menerus diserukan karena sangat dibutuhkan oleh setiap insan manusia. Sudahkan kita bertobat?; Sudahkah kita merasa memiliki hidup baru yang diampuni dosa-dosanya; Sudahkan kita mempersiapkan jalan yang lebih lurus dan rata dalam menyongsong kedatangan Yesus Kristus Sang Raja?; Sudahkan hidup kita berbuah sehingga semua orang dapat melihat keselamatan yang kita terima dari Tuhan Yesus? Selamat Menyongsong Kedatangan-Nya!

 

oleh Pdt. Yohanes Eko Prasetyo dalam Sumber Air Hidup GKSBS

Silakan dibagi