MARKISA dan TERONG BELANDA — Bagian 1

Silakan dibagi
logo Gereja Batak Karo Protestan. diambil dari flikr.com
logo Gereja Batak Karo Protestan. diambil dari flikr.com

pengantar tulisan: artikel ini adalah sharing pengalaman dan cerita dari Bpk. Sugianto ketika beliau memfasilitasi penyusunan renstra Kebaktian Anak Kebaktian Remaja (KAKR) di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Beliau juga sedikit berbagi tentang profil GBKP, struktur dan konteksnya, agar bisa menambah bahan-bahan pembelajaran yang selama ini sudah ada pada diri kita masing-masing. Karena cukup panjang maka admin membagi dalam beberapa judul. 

 

Masa Depan GBKP adalah KAKR – KAKR adalah Masa Depan GBKP

 

Pada tanggal 7-10 April 2016, untuk yang ke dua kalinya saya diminta oleh Pengurus KAKR GBKP Moderamen memfasilitasi pembuatan rencana strategis KAKR (Kebaktian Anak Kebaktian Remaja) GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Kali pertama terjadi 2012 yang lalu. Tepatnya, untuk kali ini bukan membuat rencana strategis, melainkan mereview (meninjau) renstra yang dibuat 4 tahun yang lalu – yang pada Juni 2016 akan dikancahkan dan ditetapkan dalam Musyawarah Pelayanan KAKR GBKP. Melalui proses fasilitasi dan interaksi dengan para pelayan KAKR GBKP, saya diberi kesempatan untuk “mengintip” keindahan dan kekayaan Gereja Batak Karo Protestan.

Tulisan yang saya buat ini merupakan oleh-oleh untuk saudara-saudari di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKBS). Sebab, menurut saya, dari GBKP kita bisa belajar banyak hal dalam usaha hadir sebagai gereja. Musyawarah Pelayanan (Mupel) KA-KR GBKP merupakan forum tertinggi untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan KA-KR GBKP untuk 5 tahun mendatang.

Judul Bagian I ini merupakan slogan yang ditetapkan oleh peserta lokakarya pembuatan renncana strategis KAKR GBKP empat tahun yang lalu di Retreat Center GBKP, Suka Makmur, Sibolangit. Slogan itu puitis, indah dan memikat. Ini bagian dari kehebatan orang Karo – yang hidupnya lekat dengan seni. Orang Karo suka menyanyi dan bersuara merdu. Maka tidak heran, bicara pun orang Karo itu merdu. Bukan hanya puitis, indah dan memikat, slogan yang lahir dari penghayatan peserta lokakarya itu juga memperlihatkan bagaimana GBKP memaknai anak-anak dan pelayanan kepada anak-anak (anak dan remaja).

GBKP adalah gereja yang sangat serius dalam “menangani” anak-anak. Keseriusan ini nampak pada tanda-tanda berikut:

  • Diurus oleh badan khusus yang dibentuk mulai dari tingkat Sinode, Klasis hingga Runggun (Jemaat). Badan ini disebut dengan Pengurus KAKR GBKP. Pada tingkat Sinode disebut dengan Pengurus KAKR Moderamen. Diangkat, bertanggung jawab dan difasilitasi oleh Pengurus Moderamen. Moderamen itu – jika di GKSBS – mirip dengan Majelis Pimpinan Sinode GKSBS. Sedang Pengurus KAKR di tingkat Klasis diangkat, bertanggung jawab dan difasilitasi oleh Pengurus Majelis Klasis. Sedang Pengurus di tingkat Runggun diangkat, bertanggung jawab dan difasilitasi oleh Pengurus Majelis Runggun.Pengurus KAKR memiliki tugas pokok: memastikan pelayanan kebaktian anak dan kebaktian remaja berlangsung sebagaimana mestinya. Maka, dalam tugas pokok ini, Pengurus KAKR bertanggung jawab untuk pengadaan guru/pelayan, pengadaan kurikulum, pemberdayaan guru/pelayan, monitoring/supervisi, evaluasi dan pengadaan fasilitas (termasuk dukungan pelayanan untuk guru). Untuk memastikan apakah peran dan fungsinya berjalan atau tidak, Pengurus KAKR secara reguler, 3 bulan sekali melakukan rapat koordinasi. Orang bisa mengira bahwa Pengurus KAKR GBKP bergelimang dengan fasilitas dari gereja. Salah. Mungkin untuk daerah-daerah tertentu Pengurus KAKR mendapatkan dukungan fasilitas yang cukup. Tetapi kebanyakan peserta lokakarya – yang adalah para Pengurus KAKR – menjelaskan bahwa seringkali mereka harus mengeluarkan uang dari dompet sendiri untuk menghadiri rapat. Atau orang bisa mengira bahwa wilayah pelayanan GBKP “mudah”, sehingga kegiatan-kegiatan seperti itu bisa dilakukan dengan mudah. Ya, untuk daerah-daerah tertentu memang “mudah”. Ketika seorang vikaris memperlihatkan foto-foto pelayanannya, saya segera berkesimpulan bahwa wilayah pelayanan di GKSBS terlalu mudah bila dibandingkan dengan beberapa tempat di GBKP.

Di kepengurusan KAKR Moderamen, Pengurus Moderamen menugaskan Pendeta Tugas Khusus – yang bekerja penuh waktu untuk mendampingi, menjadi penghubung antara Pengurus KAKR GBKP Moderamen dengan Pengurus Moderamen. Mengingat bahwa keberadaan Pendeta Tugas Khusus ini sangat membantu efektifitas pekerjaan Pengurus, dalam Renstra 2016-2021, KAKR GBKP menargetkan untuk memperjuangkan ada 6 Pendeta Tugas Khusus KAKR GBKP yang akan mendampingi Pengurus KAKR Klasis di 6 Klasis.

Pengurus Moderamen (versi GKSBS: MPS) bukan hanya menunjuk PTK untuk mendampingi Pengurus KAKR GBKP Moderamen, melainkan juga mengapasitasi PTK yang ditugaskan. Pdt. Oklin Jovalina br Tarigan – yang saat ini ditugaskan adalah seorang pendeta yang mumpuni. Dukungan Moderamen yang serius nampak dengan memberikan kesempatan kepada Pdt. Oklin belajar persekolah-mingguan di berbagai negara, baik di Eropa mapun Asia.

  • Guru KAKR diangkat dengan SK oleh Majelis Runggun. Pelantikan dilakukan dalam ibadah hari Minggu menggunakan pratelan yang ditetapkan oleh Sinode GBKP. Tanggal 10 April bertepatan hari Minggu. Merupakan hari terakhir lokakarya. Oleh panitia saya diajak ibadah di GBKP Asrama Kodim, Kaban Jahe. Disamping menikmati suara merdu jemaat GBKP, saya mendapat kesempatan menyaksikan pelantikan seorang guru KAKR dan pelantikan Pengurus KAKR GBKP Runggun GBKP Asrama Kodim. Setelah pelantikan dan pemberkatan oleh pendeta, jemaat memberikan persembah sebagai bentuk dukungan terhadap mereka yang telah diutus untuk melayani anak-anak.Seorang guru KAKR diangkat sekali untuk selama-lamanya. Ia akan berhenti jika meninggal atau minta berhenti. Guru KAKR tidak digaji. Mereka relawan. Tetapi mereka dihormati dan diberdayakan secara berkelanjutan.

Baik adanya Pengurus yang khusus mengurusi KAKR maupun guru/pelayan yang diperlakukan seperti saya gambarkan di atas, gereja memiliki orang-orang – yang bukan anggota Majelis – yang fokus pada pelayanan anak dan remaja. Fokus pelayanan ini mengakibatkan para pelayan, baik pengurus maupun guru, secara sistematis terbangun rasa memiliki yang kuat terhadap dunia pelayanan anak dan remaja. Suasana rasa memiliki yang tinggi ini sangat terlibat dalam proses lokakarya, baik lokakarya I (2012) maupun II (2016). Mereka nampak sehati, senasib dan sangat menghayati pekerjaan pelayanan mereka. Mereka menguasai detil persoalan anak, kebaktian anak dan kebaktian remaja. Dalam diri mereka saya melihat rasa tanggung jawab penuh terhadap “nasib” anak-anak GBKP.

Melihat apa yang ada di GBKP, diam-diam saya cemas dengan nasib anak-anak GKSBS yang hanya diserahkan pelayanannya pada jemaat setempat. Semakin cemas lagi ketika saya mendengar ada pejabat MPS GKSBS yang mengatakan bahwa ‘MPS GKSBS tidak memiliki tanggung jawab untuk memberdayakan kaum perempuan, pemuda dan anak-anak’.

  • PIARA (Pekan Iman Anak dan Remaja). PIARA merupakan pertemuan akbar KAKR GBKP. Pertemuan diselenggarakan 5 tahun sekali. Selama 6 hari anak-anak dan remaja GBKP berkumpul di Retreat Center GBKP, Sukamakmur, Disamping untuk menghayati persaudaraan dan kebersamaan sebagai anak-anak GBKP, dalam pertemuan itu juga di-isi dengan acara ibadah, PA, pengembangan kreatifitas, pentas budaya, ceramah, dll. Pada PIARA 2015, Moderamen GBKP mendatangkan pembicara dari Korea Selatan dan Inggris.

Penyelenggaraan PIARA ditangani langsung oleh Moderamen GBKP. Sebagaimana biasanya, PIARA 2015 dihadiri lebih dari 10 ribu anak. Pemerintah Jokowi mengirimkan Menko Polhukam, Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Sekretaris Kabinet  Andi Widjojanto. Biaya PIARA ditanggung bersama-sama oleh peserta. Peserta dari Klasis Riau-Sumbar mengirim 4 bis utusan. Sementara dari Klasis Jakarta-Banten mengirimkan 2 pesawat penuh. Pertemuan KAKR GBKP merupakan momentum yang sangat dinanti-nantikan oleh anak-anak dan para pelayan KAKR GBKP sebagai sebuah perayaan kebersamaan. [ bersambung…]