Tema : Gereja Yang Peduli dan Berbagi (2 Korintus 8:13-15)
Bulan Mei dirayakan oleh gereja-gereja di Indonesia sebagai Bulan Oikoumene, berkaitan dengan hari lahir PGI yang jatuh pada 25 Mei. Tahun ini PGI berusia 66 tahun, yang menunjukkan bahwa arak-arakan gerakan oikoumene gereja-gereja di Indonesia telah menjalani usia yang tidak lagi muda. Pada kesempatan ini, kita merayakan rahmat Tuhan yang telah memungkinkan gereja-gerejaNya bertumbuh bersama, berupaya menyemaikan kebaikan dan damai sejahtera bagi semua, sebagaimana amanat Berita Injil. Kita menyambut dengan rasa syukur peningkatan komunikasi dan semangat persaudaraan yang semakin terjalin dengan baik di antara gereja-gereja dari berbagai latar belakang, hal yang merupakan wujud kesaksian gereja sebagai tubuh Kristus yang satu. Begitu juga kita syukuri kerjasama yang semakin berkembang di antara gereja-gereja dan semua anak bangsa dalam menjawab tantangan-tantangan bersama dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita.
Namun, kita tak boleh cepat berpuas diri. Sebab persoalan terus-menerus hadir, bahkan tantangan semakin meningkat. Kita masih terus prihatin. Banyak gereja masih mengalami gangguan dan pelarangan beribadah, kemiskinan dan ketidakadilan masih terus membayangi, paham radikalisme yang menjadikan kekerasan sebagai cara menyelesaikan persoalan semakin menguat, kerusakan ekologis makin tak terbendung, korupsi masih sulit dibasmi, peredaran narkoba makin tak terkendali, dan perdagangan manusia justru semakin marak.
Situasi ini makin diperparah oleh kecenderungan menguatnya gaya hidup individualistis. Banyak orang semakin tidak peduli dengan orang lain dan apa yang terjadi di sekitarnya. “Sejauh tidak menggangu diri saya, maka bukan urusan saya”, begitu komentar yang sering kita dengar. Orang makin merasa nyaman hidup sendiri, dan tidak rela keluar dari zona kenyamanannya. Orang lain akan menjadi penting sejauh dia menguntungkan. Relasi antar manusia lalu menjadi relasi ekonomis, bukan lagi relasi sosial alami yang saling membutuhkan. Orang menjadi sibuk mengurus urusannya sendiri, berjuang meraih dan menumpuk materi, kuasa dan kedudukan bagi kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap hidup ini tidak jarang bermuara pada keserakahan yang mematikan kehidupan bersama.
Gereja pun sedikit banyak terkena pengaruh nilai-nilai dan gaya hidup seperti ini, misalnya, gereja masih berkutat pada urusan internal. Acap kepedulian terhadap persoalan gereja tetangga masih sangat minim. Ironis bahwa berita Injil menuntut pengikut Kristus untuk hidup dalam persekutuan yang saling peduli dan berbagi, namun tidak jarang kita saksikan masih adanya kesenjangan ekonomi-sosial di dalam jemaat, antar jemaat dan antar denominasi. Jika demikian, gereja pun bisa saja tidak peduli terhadap masalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial dalam masyarakat kita.
Gejala ini sangat serius. Kepekaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bersama dapat semakin tergerus. Dalam konteks ini, Tema Bulan Oikoumene Tahun 2016 dipilih, yakni “GEREJA YANG PEDULI DAN BERBAGI” yang diinspirasi oleh pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam 2 Korintus 8:1-15.
Acapkali kita hanya mau memberi dari kelebihan kita dan hanya ketika situasi kita tanpa gangguan. Paulus menyaksikan pelayanan kasih yang dilakukan oleh jemaat Makedonia yang memberi bukan dari kelebihannya, tapi justru dari kemiskinannya; bukan dari kenyamanannya tapi justru dari tengah-tengah tekanan dan penderitaan yang mereka alami. Dengan rela dan dalam rasa sukacita yang meluap, mereka memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka (ayat 1-5). Perikop ini, menunjukkan bahwa peduli dan berbagi adalah dua nilai penting dalam kehidupan persekutuan, keduanya tidak bisa dipisahkan. Peduli adalah sebuah sikap; dan berbagi adalah sebuah tindakan. Kepedulian menunjukan kesadaran bahwa kita terikat bersama-sama dengan orang lain dalam satu kehidupan bersama karena kita hidup dalam bumi yang satu. Kepedulian seperti ini yang adalah wujud pelayanan kasih hanya mungkin kita lakukan dalam iman kepada kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kita menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (ayat 9). Dalam kepedulian seperti itulah, kita lalu harus memberi (baca: berbagi). Berbagi semestinya bukan semata-mata digerakkan oleh rasa kasihan hendak meringankan beban orang lain, bukan juga agar kita makin popular, tapi “supaya ada keseimbangan” (ayat 13 dan 14). Keseimbangan berarti harmonis dalam perbedaan.
Gereja diutus ke dalam dunia untuk hadir dan bersaksi melalui gaya hidupnya yang peduli dan rela berbagi sebagaimana yang diteladankan oleh Kristus. Bersama-sama dengan semua yang peduli pada kelanjutan kehidupan yang adil dan sejahtera di bumi ini, marilah kita mengusahakan sebuah kehidupan yang lebih baik dan harmonis. Sebuah dunia dimana “kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” Peduli dan berbagi menggarisbawahi sebuah pengakuan iman bahwa kita saling membutuhkan.
Selamat Merayakan Bulan Oikoumene! Tuhan memberkati.
Jakarta, April 2016
Atas nama Majelis Pekerja Harian PGI
Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang (Ketua Umum) Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum)
DOWNLOAD —-> Liturgi Bulan Oikoumene 2016