SPIRITUALITAS DI BALIK JERUJI

Ini adalah transkrip percakapan antara Pdt. Henriette dan Pdt. Sugianto melalui telepon, 3 Februari 2017

Pdt. Sugianto di Tahanan Menggala

Pdt. Henriette :

Ini… jadi seperti saya kemarin bilang, saya lagi siapkan, apa.. bahan untuk periode praPaskah. Sebenarnya tujuannya kemarin untukku di Belanda, biar mereka juga ya support dengan dana, dengan doa dsb dan juga tahu tentang situasi disini soal Keadilan Agraria. Tetapi kata si Karel, bagus juga lho kalau diterjemahkan dan sekalian dipakai untuk disini dan untuk menolong dalam refleksi kembali soal keadilan agraria. Sebenarnya GKSBS mau melakukan apa terhadap itu? Jadi sayamembuat ya satu bahan PA satu renungan dan saya buat presenstasi yang sederhana berdasarkan yang tulisan itu tentang kronologis dan latar belakang konflik dan saya pikir apa lagi yang menarik ya… yah, saya sudah tahu. Wawancara pak Gie saja biar juga tahu tentang motivasinya dan sebagainya supaya ya dengan tujuan mudah-mudahan juga memotivasi orang untuk bergerak untuk tidak diam.Itu tujuannya saja.

Jadi, kalau saya boleh tanya. Hmm.. Ya,  karena, ya walaupun di GKSBS sudah banyak kenal sama Pak Gie tetapi di Belanda belum. Jadi mungkin bisa perkenalan diri dulu?

Pdt. Sugianto :

Hhm… Ya. Ok. Ini mau direkam?

Pdt. Henriette :

Ya, kalau boleh direkam. Saya juga sambil merekam, saya juga apa… mencatat..

Pdt. Gie :

Terus apa identitas yang harus diperkenalkan?

Pdt. Henrette

Ya.. itu maksudku biar aku tanya Pak Gie ini khususnya untuk yang mungkin pihak Belanda mau… mau apa saja masuk dalam hhmmm… identitas siapa itu Pak Gie… itu… perkenalan diri soal kerja, usia, keluarga, terserah apa saja yang mau dimasukkan…

Pak Gie :

Oh ya… saya kira… anu… karena saya melakukan ini sebagai Pendeta toh. Saya Pendeta Tugas Khusus di GKSBS Sumber Hadi, di Lampung Timur. Kemudian saya tinggalnya di Bandar Lampung. Di Bandar Lampung bersama dengan keluarga.

Kemudian, ya… Pekerjaan ini sudah saya lakukan sangat lama. Karena saya pernah melayani di Padang Ratu. Di Padang Ratu, saya pernah di sel di Kodim.. Hmm  karena juga membela masyarakat yang tanahnya diambil oleh perusahaan perkebunan.

Terus, kemudian saya di Padang Ratu mendirikan Koperasi Kredit. Credit Union. Namanya Koperasi Kredit Sehati. Bersama dengan warga jemaat,sekarang ini menjadi Koperasi yang besar sekali. Salah satu koperasi terbesar di Lampung.

Kemudian saya tahun 1997 saya pindah ke Jambi. Di Jambi, terus saya mendampingi juga masyarakat yang tanahnya dirampas oleh perusahaan di Taman Raja. Taman Raja itu di Tungkal.

Kemudian… Hhmm… Mendampingi juga korban trafficking di Jambi. Dan juga melakukan pendampingan terhadap suku anak dalam untuk memperjuangkan hak-hak Suku Anak Dalam atau orang rimba. Itu.

Ya… Kemudian saya di Aceh menjadi relawan untuk korban tsunami dan korban konflik. Itu 2006 sampai 2010.

Setelah itu pulang ke Lampung mendampingi masyarakat yang di Register 40 yang digusur untuk pembangunan Kota Baru (Jati Agung).

Kemudian juga mendampingi, para petani yang memperjuangkan tanah di register 45. Membentuk bersama dengan Pak Rahmat, itu membentuk serikat petani merdeka…

Oh ya… yang di Kota Baru membentuk organisasi petani yang namanya Organisasi Gabungan Petani Lampung.

Kemudian mendampingi masyarakat yang tanahnya dirampas oleh Bangun Nusa Indah Lampung (BNIL).

Begitu…

Tetapi saya juga aktif di pendampingan dan advokasi untuk buruh migran di Lampungjuga aktif untuk mendampingi dan advokasi korban trafficking. Hmm..  Bersama dengan Suster Katarina dan kawan-kawan mendirikan jaringan masyarakat menentang perdagangan orang.. Ya…

Kemudian saya juga aktif untuk meyelenggarakan pendidikan politik untuk rakyat.

Jadi…. Fasilitator untuk perdamaian di Lampung Selatan.

Ya…Kemudian di kegiatan penelitian saya terlibat di beberapa penelitian mengenai konflik di Lampung.

Pdt. Henriette

Jadi singkatnya: banyak sekali ya pendampingan masyarakat. Daftarnya luar biasa.

Pdt. Gie

Biasa saja sih sebenarnya. Sebenarnya yang mungkin ingin saya katakan. Ini sudah menjadi bagian dari hidup saya. Jadi, mendampingi masyarakat yang diperlakukan tidak adil, kemudian yang dipinggirkan, termaginalkan sudah menjadi bagian hidup saya. Entah sebagai pendeta atau tidak. Entah saya dibayar atau tidak. Itulah yang saya kerjakan.

Ehm… jadi dalam banyak hal. Saya melakukan kegiatan-kegiatan ini yang beresiko ini tidak ada yang nyuruh dan tidak ada yang bayar. Saya lakukan sendiri saja. Itu… Terus… Sekarang saya tinggal di rumah Tahanan, Menggala. Haha…

Pdt. Henriette

Rumah baru ya…. Terus apa yang memotivasi pak Gie untuk lakukan ini, Justru untuk mendampingi orang yang susah.. orang yang tidak diperakukan adil… yang termaginalisir.. apa motivasinya?

Pdt. Gie

Motivasinya. Kalau motivasi itu sesuatu yang mendorong saya ya… Saya… nggak tahu ya… Jadi… saya tidak punya penjelasan itu jujur. Jadi saya tidak punya penjelasan tetapi otomotas saja ketika melihat itu saya melakukan..

Itulah sebabnya Yet… Sekalipun saya di penjara, karena tadi saya ingin melakukan sesuatu sudah otomatis gitu dalam diri saya. Maka ketika di penjara inipun ini saya tidak bisa diam untuk melihat hal-hal yang tidak adil!

Saya tetap saja melakukan sesuatu yang menurut saya bisa membuat keadaan ini menjadi lebih adil, lebih damai. Itu yang saya lakukan disini juga. Jadi…

Misalnya membantu kawan-kawan yang juga berjuang untuk hakatas tanah mereka. Yang kayak gitu tuh…

Pdt. Yet

Maksudnya… jadi ada orang disana juga yang memperjuangkan hak-hak tanah?

 

Pdt. Gie

Ada… Banyak yang kasusnya seperti kita… kasusnya seperti kita ada… jadi dari mesuji…

Pdt. Yet

Dan alasan mereka dipenjara juga karena soal tanah?

Pdt. Gie

Cuma… apa… peristiwanya aja berbeda dengan kita. Kalau mereka misalnya yang dari Mesuji itu karena mereka marah. Gitu… ya… karena mendapat hak plasma mereka diambil… lalu mereka marah lalu merusak begitu… Kalau kita kan tidak, ini memperjuangkan secara sadar. Jadi…lalu kita bantu juga mereka.

Itu… terus… ya… kawan-kawan yang diperas disini juga kita lindungi. Ketika di Polda, yang diperlakukan dengan kekerasan juga kita lindungi… maka sel kita menjadi sel yang lebih damai… dimana kekerasan tidak boleh dilakukan… misalnya sekarang ini… kita mencoba membuat sel yang bebas rokok… bebas narkoba.. itu disel saya… tapi ya sulit… tapi lumayanlah dibandingkan dengan sel yang lain… gitu… orang tidak boleh merokok diruangan,itu satu hal. Karena merokok bentuk kekerasan juga terhadap yang lain yang tidak merokok… karena itu mengitimadisi juga yang tidak merokok… yang tidak merokok bisa ketakutan terkena dampak buruknya dari rokok. Gitu…

Pdt. Yet

Kalau boleh tanya yang tadi Pak Gie bilang ya ini sesuatu otomatis, jadi tidak… ya… melihat sesuatu terus pak Gie melakukannya, jadi tidak ada motivasi lebih dari situ, itu sudah ya… jadi bagian dari hidup ya… itu saja… otomatis. Ndak ada motivasi khusus atau gimana? Ndak ada?

Pdt. Gie :

Nggak… Ndak ada… jadi, saya juga… ehm… apa ya… kadang-kandang kalau ada orang menjelaskan sesuatu yang dilakukan, katakanlah perbuatan baik. Ini untuk Yesus atau untuk apa… Saya tidak punya penjelasan seperti itu ya…

Terserahlah… yang saya lakukan ini untuk Yesus atau untuk apa… saya ndak tahu. Tapi itulah… gitu…

Itu yang terjadi pada diri saya.

Karena, hhmm… ini bukan tanpa pergumulan Yet ya… karena saya kan sejak kecil sudah diajari , jadi kita harus hidup untuk Yesus, untuk Kristus ya… lalu maka kita harus melakukan hal-hal baik, juga alasannya harus jelas untuk itu…

Nah, terus saya berpikir juga… kalau orang Islam untuk apa melakkan itu juga … gitu ya… toh banyak juga orang Islam yang berbuat baik… orang Budha yang juga berbuat baik. Nah.. ehm … saya akhirnya memahaminya tidak seperti itu… Jadi saya melakukan ini kalau orang melakukan sesuatu yang baik karena ada kewajiban, maka saya pahamikewajiban itu datangnya itu… datangnya dari luar, bukan dari dalam…

Nah, kalau datangnya itu dari luar itu akan jadi beban bagi saya… nah maka itu pasti akan salah… itu motivasi pasti akan salah karena itu akan tidak memerdekakan saya.. tidak membuat diri saya merdeka… mestinya kalau saya melakukan hal baik, itu hal membuat diri saya semakin merdeka… menjadi semakin hebat… nah itu yang benar… mestinya begitu…

Saya coba setelah… dalam perjalanan hidup saya, saya menemukan ayatnya di Yohanes berapa itu…Jadi, kalau kamu, bunyinya begini kalau kamu meminum air ini maka air ini akan berubah menjadi mata air yang memancar di dalam hidupmu, di dalam dirimu sampai pada kekekalan nanti (HJN: Yoh. 4:14).

Jadi, kalau orang tidak melakukan sesuatu yang baik, itu kesimpulan saya. Barangkali dia memang belum pernah meminum air itu.

Maka, saya berusaha bagaimana saya bisa mendapatkan anugerah untuk air itu. Nah… dan  saya yakin, yang disebut air itu adalah Tuhan sendiri. Ya… Keselamatan itu sendiri.

Kalau saya sudah membiarkan diri saya diberi minum oleh air itu, maka otomatis saya akan melakukan sesuatu yang memancarkan, yang mencerminkan dari keberadaan dari Air itu. Gitu…

Jadi, perbuatan baik itu atau apa yang saya kerjakan oleh lain mungkin dianggap baik atau apa… ya, maka itu sesuatu yang otomatis saja. Saya tidak bisa mengendalikan.

Tidak bisa mengendalikan, saya tidak bisa mencegah. Itu. Yang bisa saya cegah… adalah saya menutup keran. Yang mengalir pada diri saya, tetapi selama saya belum menutup keran yang mengalir dalam diri saya… maka keran yang keluar dari diri saya juga akan mengalir terus menerus.

Naih… itu. Akhirnya pemahaman saya begitu.

Maka kalau saya menjelaskan soal apa… katakanlah ‘’kewajiban’’ orang harus berbuat baik. Penjelasan saya seperti itu, sebenarnya perbuatan baik itu…. Sebenarnya…. pada diri seseorang itu otomatis. Ndak ada orang yang sanggup melakukan perbuatan baik, jika itu bukan dari Tuhan.

Kalau dia melakukan yang bukan dari Tuhan maka dia melakukan kemunafikan dia melakukan kepalsuan, yang hanya sebentar lagi saja akan terbongkar, karena dia akan menjadi sumber penderitaan bagi dia. Bagi dia tak akan tahan mengalami tekanan-tekanan…

Pdt. Yet

Supaya apa… supaya saya nggak keliru, maksudnya dengan otomatis kalau memang tetap terkait dengan metaphor itu tadi, karena otomatis…  itu karena keran itu terbuka, bisa air itu datang dari Tuhan dan hanya jadi kebaikan ada kepada semua orang tergantung orangnya menutup keran itu atau tidak?… itu maksudnya otomatis?

Pdt. Gie

Ya… betul… Jadi otomatis itu… kalau apa… kalau diperumpamaan yang lain kan… Jadi, Aku adalah pokok anggur kamu adalah ranting-rantingnya… kalau kita ranting, hidup kita kan berasal dari pokok itu…. Kita tidak punya energi… yang punya energi itu kan pokok itu… kita hanya dipanggil untuk berbuah…jadi selama kita masih terpaut pada pokok itu, ya otomatis kita akan berbuah. Kalau kita tidak terpaut pada pokok itu ya kita tidak akan berbuah… Nah, maka saya memahami kalau orang hidupnya berpaut pada pokok itu maka dengan sendirinya dia tidak akan bisa mencegah buah itu… jadi begitu, jadi saya tidak perlu memprogram harus berbuat baik baik ini itu, ini itu…

Jadi ya… saya berdoa. Saya meditasi. Supaya hidup saya, itu selaras dengan keberadaan Dia yang menjadi yang menjadi sumber kehidupan, yang menjadi sumber mata air. Jadi doa saya itu,  ya hanya begitu setiap pagi..

“’Semoga hidup saya sepanjang hari ini selaras dengan kehendak Kuasa dan Kasih-Mu”.

Gitu…

Jadi saya tidak minta yang baik-baik… gitu.. supaya hidup saya hanya selaras dengan Kehendak dan Kuasa dan Kasih Dia yang menjadi sumber kehiupan sumber perdamaian sumber kesejahteraan, sumber keadilan…

Begitu… begitusaja saya berdoa tiap pagi…. setiap malam…

Pdt. Yet

Terus ini, di apa… sekarang, memang Pak Gie tadi bilang ya… sekarang ada rumah barunya untuk sementara di Menggala ini… Bagaimana Pak Gie bisa sampai dipenjara?

Pak Gie…

Ya,karena saya mendampingi masyarakat yang konflik dengan PT. BNIL toh… yang merebut tanah. Yang sebenarnya ditanah itu dulu semua tanah masyarakat. Lalu kemudian… karena masyarakat tidak punya legalitas, masyarakat diusir. Kemudian, tahun 1993 masyarakat diberi hak yang legal sebagai plasma oleh pemerintah. Tetapi hak sebagai plasma itu diambil lagi oleh perusahaan. Dengan cara ditipu, masyarakat disuruh tanda tangan dikertas kosong itu. Nah… Ternyata kertas kosong itu isinya adalah berita acara penyerahan lahan dan uang ganti 100 ribu.

Saya dampingi mereka untuk memperjelas tujuan mereka, membangun strategi untuk perjuangan. Membuat mereka lebih berani, membuat mereka bisa berjuang lebih teratur, sistematis.

Dan ya.. saya sudah tahu risikonya. Bahwa, salah satu yang bisa terjadi ya… saya ditangkap. Saya juga pernah punya pengalaman ditahan oleh tentara. Saya pernah punya pengalaman dikejar-kejarPolisi di Jogja ketika saya mendampingi buruhdi Jogja waktu saya masih kuliah.

Pdt. Yet

Jadi memang pah Gie sudah sangat, sangat sadar risikonya ya?…bisa jadi memang gara-gara ini saya mendampingi masyarakat yang direbut BNIL bisa jadi saya ditangkap dan masuk penjara, sudah dipikirkan sebelumya?…

Pdt. Gie

Ya… gimana… Halo… bisa diulangi…

Pdt. Yet…

Halo… Apa ehm… Jadi, Pak Gie sudah sangat sadar tentang risikonya. Bisa jadi suatu saat saya akan ditangkap karena mendampingi masyarakat?

Pdt. Gie…

Ya… Sadar… Maka, saya tidak pernah menyesal, tidak pernah sedih, tidak pernah marah. Gara-gara ini.. ya, biasa.

Ini saya pahami sebagai proses atau perjalanan pelayanan saya.

Jadi saya di sini, itu sama ketika berdiri di atas mimbar menyampaikan khotbah, sama artinya ketika saya mengunjungi jemaat untuk penggembalaan, sama artinya ketika saya sedang melakukan diskusi atau rapat untuk memecahkan masalah gereja. Sama aja. Sama aja disini…

Jadi, maka saya di sini tidak merasa terpenjara.

Pdt. Yet

Tidak merasa dipenjara?

Pdt. Gie

Saya tidak pernah merasa terpenjara. Saya tidak merasa pernah merasa dibatasi. Saya tidak pernah merasa tersiksa oleh kerangkeng besi… atau aturan-aturan-aturan disini… saya masih bisa melakukan sesatu di sini. Saya masih bisa membantu mengumpulkan uang untuk kawan-kawan yang ditahan ini…

Pdt. Yet

Berarti, masih… Pak Gie walaupun dipenjara masih aktif, masih lakukan hal yang sama?

Pdt. Gie

Ya… Sama… saya tidak pernah merasa terkungkung. Karena kan banyak orang yang menderita. Ini apa.. lalu nyanyi-nyanyi kayak orang gila… lalu nyanyi “hidup di bui bagaikan burung”’ saya nggak ada kayak begitu… nggak ada batasan buat saya…

Saya… ehmm… sama. Tidak ada kesedihan… Apa… saya itu sedih kalau misalnya ehm

kalau istri telepon susu anaknyahabis, uangnya habis. Kayak begitu itu… Itu baru sedih saya. Karena kalau gitu saya betul-betul tidak bisa melakukan apa-apa kalau begitu.

Ya… begitu…

Tetapi.. ya bukan berarti tidak bisa apa-apa, Yet…

Saya berdoa.

Puji Tuhan sampai hari ini, dia dengan segala kecemasan-kecemasan yang ada tetap cukup. Ya… Saya tidak tahu bagaimana Tuhan mencukupkan, selalu ada cara.

Misalnya saya cemas pulsa habis…. Tetapi tiba-tiba tadi pagi ada yang kirim pulsa. Saya tidak tahu juga siapa yang kirim pulsa. Ini hal kecil…

Ya… selama saya ditanggkap sampai dengan saat ini…

Saya melihat bagaimana Tuhan menyertai saya dari waktu ke waktu. Tuhan menunjukkan tanda-tanda penyertaannya itu… dan saya merasakan itu… Saya merasakan itu.

Itu menguatkan saya, sekalipun saya tidak… bukan orang yang suka cerita-cerita, atau pamer-pamer yang kayak-kayak gitu… yang model orang-orang kesaksian gitu…tapi ya saya merasakan… karena pengalaman penyertaan Dia juga, kadang-kadang kan saya juga sulit untuk menceritakan… karena apa?

Karena itukan pemahaman saya… saya menafsirkan terhadap sebuah peristiwa… lalu peristiwa itu saya yakini Tuhan menyertai saya dalam peristiwa itu… kan begitu…

 

Bersambung…

Silakan dibagi