100 perempuan dari 1 klasis berkumpul untuk memikirkan satu pertanyaan: apakah kita bisa bersahabat dengan sampah atau tidak?
Temu Raya Perempuan Klasis Pugungraharjo dimulai dengan ibadah dengan memfokuskan pada satu hal yaitu ciptaan Tuhan. Kemudian ibu-ibu memperkenalkan diri dalam kelompok dan selanjutnya berdiskusi bersama untuk membuat slogan atau moto bersama, misalnya: “Go green, yes, yes, yes”. “Bersih itu sehat, yes!”
Sesi selanjutnya adalah Pemahaman Alkitab. Perikop yang diambil tentang Ayub 12:7-10. Dari proses yang dilaksanakan, ada beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan, yaitu: Seandainya ibu bisa bertanya kepada binatang/burung/ikan di Indonesia, bagaimana kira-kira jawaban mereka? Bagaimana situasi mereka di Indonesia? Apa penyebabnya? Dan berangkat dari diskusi itu, ada salah satu hal yang ditemukan dalam PA bahwa sampah merusak ciptaanTuhan yang baik ini.
Fakta Tentang Sampah
Dalam sesi pendalaman tentang sampah, peserta diajak untuk mendengarkan uraian tentang tema “sampah”. Ternyata di Indonesia orang menghasilkan 0,5 kg sampah per orang per hari. Indonesia juga merupakan negara penghasil sampah plastik nomor 2 terbesar di dunia setelahCina. Bukan hanya itu saja, Indonesia juga menjadi negara penyumbang sampah ke laut (sampah yang dibuang ke laut) terbesar di dunia setelah Cina.
Bagaimana pengurusan sampah di rumah? Ternyataibu-ibu (90%) lebih sering mengurus sampah dibandingkan bapak-bapak (10%). Kemudian 96% dari semua peserta membakar sampahnya di rumah. Sisanya (4%) menimbun sampahnya di bawah tanah. Kemudian para peserta belajar tentang waktu yang dibutuhkan sampah untuk teruari di alam (tanah). Dari pemaparan ini ibu-ibu semakin memahami bahwa sampah membutuhkan waktu bermacam-macam untuk terurai. misalnya kantong plastik dan filter rokok membutuhkan 10-12 tahun untuk terurai. Kaca butuh 1 juta tahun. Dan styrofoam tidak dapat hancur.
Dalam kelompok kecil, ibu-ibu juga diajak berproses memikirkan dampak dari masing-masing perlakuan kita terhadap sampah yang dibakar, sampah yang ditimbun, sampah yang dibawah ke TPA dan sampah yang dibuang dalam sungai atau di pinggir jalan. Dari diskusi kelompok ini didapatlah kesimpulan bahwa semua cara perlakuan kita terhadap sampah ini pasti ada dampak negatif untuk lingkungan, kesehatan dan juga dampak sosial-ekonomi. Ibu-ibu peserta menjadi bingung. Sampah menjadi sesuatu perhatian yang perlu dipikir ulang kembali. Perlu ada solusi untuk ini semua. Dalam bahasa teologis yang kita gunakan adalah: perlu ada pertobatan ekologis! Kebiasaan harus diubah. Kita harus bersahabat dengan sampah!
3R (Tiga R)
Sebenarnya sebagian dari peserta sudah mulai bersahabat dengan sampah dalam kehidupan sehari-hari. misalnya jika mereka menjual gelas kemasan air mineral atau koran/kertas bekas. Seperti ita ketahui bahan-bahan semacam ini akan didaur ulang lagi. Namun pertanyaan yang penting adalah Bagaimana kita bisa benar-benar bersahabat dengan sampah? Jawabanya adalah Dengan 3R: reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang).
Dalam kelompok kecil para peserta mencari contoh yang konkrit dari 3R ini. Misalnya: membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi kantong plastik, membawa botol minum sendiri daripada memakai air gelas atau botol dari plastik, atau memanfaatkan plastik yang tebal sebagai polibag untuk menanam sayuran, memilah sampah, membuat kompos dari sampah organik, membuat kerajinan dari sampah, dan lain sebagainya. Akhirnya prinsip bank sampah menjadi materi yang diperkenalkan kepada peserta.
untuk bank sampah lihat Artikel 14 Maret 2017 ini.
Seni Dari Sampah
4 jam terakhir dari 2 hari lokakarya ibu-ibu di Klasis Pugungraharjo ini digunakan untuk membuat kreasi seni dari bahan baku sampah. Mayoritas dari ibu-ibu membuat sesuatu dari koran, seperti nampan, vas bunga dan toples. Sebagian lagi merajut menggunakan plastik kresek untuk membuat bros.
Sebagai Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari pertemuan ini, nanti bulan September ibu-ibu akan berkumpul kembali untuk menggelar fashion show. Dalam acara lokakarya di Pugungraharjo ini ada 5 wakil ibu-ibu diundang dari setiap jemaat dan nanti mereka diminta untuk membawa hasil karya yang paling indah. Dalam fashion show ini hasilnya dipertunjukkan dan dinilai. Hasil karya yang paling indah akan mendapat penghargaan serta rencana akan membawa hasil fashion show ini dalam pameran yang digelar di Bandar Lampung.
Memang tujuan utama dari kerajinan sampah ini adalah untuk dimanfaatkan sendiri, tetapi hal kreatif semacam ini harus dicarikan peluang siapa tahu ada nilai ekonomis yang bisa diambil. Kami membayangkan peluangnya lebih besar di kota.
Setidaknya di GKSBS Pugungraharjo saat ini ada sekelompok kecil orang berkumpul setiap minggu untuk membuat kerajinan dari sampah. Dan kabar gembiranya adalah bahwa ada salah satu ibu yang sudah menjual beberapa kreasi nampan dibuat dari koran bekas.
Saat ini saya sendiri sedang coba merajut wadah untuk tisu dari bahan plastik kresek. Sambil menghasilkan sesuatu kami sharing tentang anak-anak kami, gereja, sampah, dan lain sebagainya. Saya berharap setidaknya ibu-ibu ini menjadi semakin sadar bahwa kita semua akan lebih baik jika memilah sampah.
Diedit dari laporan Pdt. Henriette Nieuwebhuis dari GKSBS Pugungraharjo