Terhitung sejak 28 Juli hingga 6 Agustus 2019, Pusat Studi Agama-agama (PSAA) Fakultas Teologi UKDW menyelenggarakan Studi Intensif Tentang Kristen-Islam Angkatan III atau yg lebih sering disebut dengan SITKI III di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta. Sesuai namanya, peserta yang terlibat di dalam kegiatan ini berasal dari 2 agama yang berbeda, yakni Kristen dan Islam dengan masing-masing agama sebanyak 15 peserta. Tentu SITKI III diadakan dengan sebuah tujuan terjadinya suatu dialog interreligius di antara 2 agama Abrahamik tersebut. Namun tidak hanya berhenti pada dialog interreligius saja, SITKI III rupanya juga menyasar dialog intrareligius. Hal ini terlihat dari dihadirkannya mazhab yg berbeda di masing-masing agama; dalam Islam terdapat mazhab Sunni, Syiah, dan Ahmadiyah; sementara dalam Kristen terdapat gereja mainstream, Injili, dan Pentakosta-Karismatik. Dengan pola peserta yg demikian maka terpenuhilah Tema dari SITKI III ini, yakni “Saling Memperkaya dan Belajar dari Perbedaan”.
Kegiatan ini dimulai dengan ekskursus ke Gereja Katolik di Ganjuran dan Maqom Syekh Maulana Maghribi. Selain itu, para peserta juga diperlengkapi oleh beberapa materi tentang pandangan Islam dan Kristen kepada Sang Liyan yg disampaikan oleh beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing, yakni Dr. Ahmad Rofiq, Dr. Budhy Munawar Rachman dan K.H. Hussein Muhammad dari perspektif Islam serta Dr. Kees de Jong, Pdt. Daniel K. Listijabudi, Ph.D dan Prof. Dr. J. B. Banawiratma dari perspektif Kristen. Pada sela-sela materi tersebut juga diadakan sharing peserta untuk lebih memperkaya kasanah pengetahuan peserta tentang aliran-aliran dalam masing-masing agama.
Namun inti dialog inter dan intra religius ini sesungguhnya bukan semata pada pendalaman materi di dalam ruangan, melainkan terdapat pada interaksi yang terjadi antar peserta di bale dan resto Tembi Rumah Budaya. Rangkaian usaha memperkaya itu pada akhirnya disempurnakan dengan diadakannya live-in peserta di pondok pesantren bagi penganut agama Kristen dan di pastori pendeta bagi penganut agama Islam.
Pada hari terakhir, diadakan seminar Seminar “Interreligious Dialogue dalam Konteks Indonesia: Tantangan dan Masa Depannya” oleh Alamsyah (dari Wahid Institute), DR. Haidar Bagir (Muslim), Prof. DR. E. Armada (Katolik), Daniel D. Ph.D. (Kristen), dan pembagian sertifikat sebagai tanda berakhirnya SITKI III ini.
Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, MA selaku koordinator SITKI III mengungkapkan bahwa, “SITKI III dengan tema ‘Belajar dari Perbedaan dan Saling Memperkaya’ dalam berbagai level telah terjadi. Perbedaan dimunculkan dan dibahas tanpa sungkan. Hal-hal sensitif diungkapkan. Awalnya memang masih terlihat ragu tapi kemudian masing 2 ( baik itu Muslim-Kristen, Shi’a-Sunni-Ahmadiyah, Pentakosta-Injili-Gereja aliran utama) saling mengungkap kegelisahan dan perbedaan yang tidak bisa dipejumpakan. Di sini mereka belajar bagaimana menyikapi perbedaan itu dengan cair dan penuh canda. Perbedaan dirayakan dengan penuh cinta dan kegembiraan tetapi tanpa kehilangan essensi untuk belajar dari perbedaan itu dan saling memperkaya. Diperkaya dan Memperkaya dialami baik dalam tataran teologi maupun spiritualitas. Ada yang menemukan yang berharga dalam agamanya setelah berjumpa dengan Liyan, tetapi juga ada yang menjadikan perjumpaan dengan Liyan memperkaya pemahaman serta cara beragama mereka. Apa pun yang telah para peserta alami, temukan dan rasakan selama 10 hari SITKI ini akan menjadi berhenti jika tidak diteruskan dalam karya mereka di komunitas masing-masing. Terima kasih Untuk seluruh panitia yang luar biasa, para peserta yang hebat dan para narasumber/fasilitator yang inspiratif. Semoga Allah memberkati karya kita selanjutnya.”
Pdt. Michael Angga S. Manihuruk, S.Th