Lukas 6:38 “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.
Kita mungkin pernah atau sering mendengar (mungkin juga mengucapkan) bahwa hidup ini hanya sebagai saluran berkat. Terdengar enteng dan sederhana memang ungkapan ini. Tetapi dalam kenyataannya, tidak mudah untuk menjadi saluranberkat.
Dari sekian banyak pengajaran yang disampaikan Yesus, ajakan untuk memberi mendapat porsi tersendiri. Dalam Perjanjian Baru, khususnya kitab-kitab Injil, kata “memberi” adalah kata kerja yang sifatnya terus menerus (aktif), dan kata kerja ini bukan orang pertama tunggal tetapi orang kedua karena pihak pertama adalah Allah sendiri. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa hal yang patut kita renungkan dari nas ini:
Pertama, memberi adalah sebuah kewajiban atau keharusan. Jemaat yang tidak memberi dan gereja yang tidak memberi pada dasarnya bukanlah Jemaat atau gereja yang hidup. Pertanyaannya adalah: “Apa yang mau diberi?” Dalam konteks masa kini, baru saja kita lepas dari pandemic covid 19, yang sangat terasa dalam semua lini kehidupan, khususnya ekonomi, kita kembali dilanda bencana alam berupa banjir, tanah longsor, gempa dan bencana alam lainnya. Banyak orang yang membutuhkan pertolongan dan butuh uluran tangan. Paulus dalam surat pastoralnya kepada Timotius mengatakan bahwa: “…tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim. 3:17). Selalu ada sesuatu yang bisa kita bagikan kepada orang lain, karena pada dasarnya Allah sudah memberikan sesuatu kepada setiap orang dan pemberian itu berlangsung terus menerus.
Kedua, motivasi kita dalam memberi bukanlah atas dasar supaya kita mendapatkan kembali, tetapi justru karena kita sudah lebih dahulu diberi (bnd: kata kerja orang kedua tunggal karena fihak pertama adalah Allah Sang Pemberi) dan di sinilah letaknya bahwa kita hanya sebagai saluran (menyalurkan apa yang sudah Allah berikan kepada kita), maka jangan sampai saluran itu mampet atau tersumbat.
Sinode GKSBS selalu mengadakan bulan diakonia setiap tahunnya. Melalui pelaksanaan bulan diakonia ini, diharapkan jemaat-jemaat Se-Sinode, insting memberi dan berbagi kepada orang-orang disekitarnya semakin tajam, sebagaimana para pendahulu kita walau terbatas dalam berbagai hal, tetapi semangat untuk berbagi itu cukup tinggi. Selamat menjadi saluran berkat Tuhan.
#RenunganBulanDiakonia