Marcus Tullius Cicero (seorang Filosof Romawi Kuno) mengatakan 2 hal tentang gereja. Non Nobis Solum Nati Sumus; kita (gereja) ada bukan untuk diri kita sendiri. Esse Quam Videri; kita (gereja) menjadi tidak hanya terlihat, tapi harus memberi dampak. Dengan demikian kita belajar untuk menyadari bahwa gereja ada bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk yang lain. Tugas gereja bukan hanya untuk menampakkan dirinya kalau gereja ada, melainkan keberadaan gereja juga harus dirasakan dan dapat memberi dampak baik bagi lingkungannya.
Hari ini adalah hari ulang tahun Sinode GKSBS yang ke-36 tahun. Usia 36 tahun adalah usia-usia produktif bagi manusia, tapi usia 36 tahun adalah usia yang masih terlampau muda bagi sebuah gereja. Sebab, usia gereja tidak terbatas seperti usia manusia. Gereja masih harus melewati jalan panjang nan terjal, untuk tetap hadir di tengah arus perubahan dunia ini dari generasi ke lintas generasi, terkhusus di wilayah Sumatera Bagian Selatan (SUMBAGSEL) ini.
Lalu yang jadi pertanyaan adalah; sudahkah GKSBS bisa hadir dan memberi makna bagi dirinya sendiri dan bagi sang liyan (yang lain) di SUMBAGSEL ini? Dengan tegas, jawabnya adalah sudah. Akan tetapi kita harus mengakui dengan lugas, bahwa di usia yang ke-36 tahun ini, kadang kala kita sebagai gereja masih bingung tentang apa yang harus dilakukan, apa lagi ketika diperhadapkan dengan situasi dialog iman di tengah konteks kemajemukan yang ada diwilayah SUMBAGSEL ini.
Dalam tema “Hadir dan Memberi Makna”, Filipus dalam perikop yang kita baca menempuh cara dialog dengan sang liyan. Perikop ini mengisahkan seorang Sida-Sida dari Etiopia (sebuah Negara di Afrika bagian Timur) yang sedang dalam perjalanan pulang dari beribadah di Yerusalem. Sida-Sida adalah seorang pembesar, kepala perbendaharaan. Ada dua hal yang menarik perhatian kita. Pertama, Sida-Sida ini adalah orang yang sangat setia dan taat beribadah. Dia baru saja pulang dari ibadah di Yerusalem, dan ia juga tidak hanya memiliki kitab Yesaya, tetapi ia juga “sibuk” membaca kita tersebut. Namun, tampaknya Sida-sida itu tidak memahami makna kitab yang ia baca sepanjang perjalanannya, atau bahkan sepanjang hidupnya beragama. Kedua, kehadiran Filipus yang mencerahkan Sida-sida. Karena Sida-sida itu tidak mengerti dan memahami apa yang tersurat dalam kitab Yesaya itu, maka Tuhan, melalui malaikat-Nya memerintahkan Filipus untuk segera menemuinya. Filipus pun segera pergi. Perjumpaan terjadi dan Filipus bertanya, “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” (Kis.8:30-31). Sida-sida itu meminta Filipus menjelaskan tentang siapakah orang yang dimaksud dalam Yesaya 53:7-8. Maka, mulailah Filipus mendialogkan kabar baik itu. Lalu Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu, ia memberitakan Injil Yesus Kristus kepada Sida-sida itu. Dampaknya luar biasa, Sida-sida itu semakin percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.
Filipus berhasil menjelaskan tentang “Siapa Yesus” yang ada di dalam kitab Yesaya kepada Sida-Sida itu melalui dialog. Kita harus menyadari bahwa sebenarnya di sekeliling kita masih banyak orang seperti Sida-Sida itu. Banyak orang tidak mengerti isi Alkitab, oleh sebab itu mari kita menjadi “penerjemah” Alkitab, supaya banyak orang menjadi tahu isi Alkitab melalui perilaku dan tindakan kita sama halnya dengan GKSBS. Sesungguhnya masih banyak orang yang tidak tahu tentang GKSBS. Di saat banyak diantara kita yang bangga akan ke-GKSBS-an kita, tetapi sayangnya justru hal itu juga yang membuat kita terasing dari konteks dan realitas GKSBS sebagai rumah bersama di bumi SUMBAGSEL ini.
Atas dasar itulah, di hari jadi sinode GKSBS yang ke-36 ini, kita sebagai gereja diingatkan Tuhan, bahwa Tuhan menghendaki agar kita juga dapat hadir dan memberi makna dalam mendialogkan kabar baik, serta menjelaskan “Siapa Yesus” itu kepada yang lain, sehingga orang lain dapat menemukan jalan untuk berjumpa dengan Sang Juru Selamat di tengah persinggungan warga GKSBS dengan berbagai tradisi dan budaya. Sebab, dalam sejarah peradabannya, jemaat-jemaat lokal telah memunculkan keberagamaan bagi Sinode GKSBS.
Selamat Ulang Tahun bagi kita semua. Mari hadir dan memberi makna.
Perikop: Kisah Para Rasul 8:26-35