Persekutuan Gereja-Gereja di Indoneisa (PGI) dalam suratnya yang dikirimkan kepada Sinode Anggota menyampaikan bahwa sebagaimana tahun-tahun yang lalu, pada setiap hari minggu pertama Oktober (tepatnya 3 Oktober), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia merayakan Hari Perjamuan Kudus se-Dunia (HPKD) yang dirangkaikan dengan Hari Pekabaran Injil Indonesia (HPII). Hal ini mengingatkan kita akan pengorbanan Kristus di kayu salib yang saling mendorong kita untuk semakin mewujudnyatakan kesatuan gereja-gereja sebagai tubuh Kristus terutama dalam mewartakan Injil damai sejahtera Allah bagi semua.
Pada 2023 ini, HPII dan HPKD dirayakan pada Minggu 1 Oktober 2023 (bisa juga di Minggu 8 Oktober 2023). Tema: “Firman Allah, Ya dan Lakukan” (Matius 21: 23-32). Nats ini diambil dari tema Khotbah 1 Oktober 2023 dalam Buku Almanak Kristen Indonesia (BAKI) dan menggunakan Tata Ibadah Perjamuan Kudus dari Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM).
Sekilas Mengenal Gereja Kristen Protestan di Mentawai (GKPM)
GKPM bertumbuh dan berkembang hanya di Mentawai, sesuaidengan namanya Gereja Kristen Protestan di Mentawai, artinya siapapun orang Kristen yang datang dari luar Mentawai dia dapat menjadi warga GKPM. Ini mungkin mengingat kesepakatan bersama para zending dulu yang datang ke Mentawai. Namun hal ini bukan berarti GKPM menutup diri dengan organisasi gereja lainnya.
GKPM dapat dikatakan satu-satunya Lembaga Sinode Gereja yang ada di Sumatera Barat, walaupun Kantor Pusatnya berada di Nemnemleleu-Sikakap-Mentawai. GKPM juga adalah Gereja Protestan terbesar dan tertua di Mentawai.
GKPM memiliki jumlah warga jemaat sekitar 38.159 jiwa dari 8.722 Kepala Keluarga. Jumlah jemaat ada 164 di Tiga wilayah/Distrik (Distrik I PUS, Distrik II Pulau Sipora dan Distrik III Pulau Siberut). Ada 56 Pendeta Aktif, 15 Pendeta Pensiun, 6 Pendeta berkarya di Lembaga Lain (DPRD dan Guru), serta 16 vikaris yang masih menjalani masa vikariat.
Injil yang sampai di Mentawai sebenarnya dilatarbelakangi adanya surat dari Syahbandar Padang (orang Belanda) yang dialamatkan ke Badan Zending Barmen (RMG). Surat itu tertancap pada tombak yang berbunyi sebagai berikut: “Dengan tombak ini orang Mentawai telah membunuh seorang awak kapal dagang. Penduduk pulau itu masih kafir yang buas semua. Berapa lama lagi supaya mereka mendengar Injil?. Barmen (RMG) menjawab surat itu dengan mengutus August Lett tahun 1901 yang sebelumnya pernah melayani di Tapanuli. Dialah Pekabar Injil pertama di Mentawai. Ia dating bersama dengan Gr. K. Lumbantobing didampingi 16 orang pengikutnya dari Nias dan Tapanuli. Mereka mendarat di Nemnemleleu- Sikakap, yang sekarang menjadi lokasi Kantor Pusat GKPM.
August Lett mati martir 20 Agustus 1909, Ketika ia mencoba memperdamaikan Belanda dan penduduk Mentawai (khususnya orang Talopulei). Kemudian Pendeta F. Borger dan Pendeta Spiecker bersama 9 orang guru jemaat dari HKBP melanjutkan Pemberitaan Injil tersebut.
Lima belas tahun kemudian Injil diterima orang Mentawai dengan dibaptisnya sebelas orang Mentawai pertama menjadi Kristen, yaitu: Jagomandi Samaloisa dan Isterinya, serta Pomanyang Sakerebau bersama isteri dan 7 anak-anaknya yang dilaksanakan 9 Juli 1916. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai hari lahirnya GKPM.
Dalam sejarah GKPM tidak dapat dipungkiri bahwa zending HKBP juga mempunyai peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan rohani dan jasmani orang Mentawai. Hal ini juga terbukti dengan adanya seorang martir dari zending HKBP, yaitu Gr. Manase Simanjuntak dibunuh di Matobe – Sikakap, pada tanggal, 21 Juli 1922. Jenazahnya dikebumikan di Taman Martyros Nemnemleleu-Sikakap, berdekatan dengan August Lett.
Kedua martyrosini, secara sadar atas nama GKPM melalui warga jemaat setempat yang diarahkan oleh Pimpinan Pusat GKPM, maka telah dilakukan acara perdamaian dan pengakuan dosa terhadap martyros dan keluarganya maupun yang mewakili. Misalnya Perdamaian Keluarga Gr. Manase Simanjuntak diwakili oleh seluruh marga Simanjuntak yang ada di Sikakap sekitarnya untuk melakukan perdamaian antara masyarakat Matobe (GKPM) dan dalam pesta perdamaian itu terjadi kesepakatan “sebagaisaudara”. Dan di sana (Matobe) ada tugu atau monumen 100 tahun sebagai momentum perdamaian. Demikian juga di Talopulei, dilakukan Pesta perdamaian antara masyarakat Talopulei (GKPM) dengan Keluarga dari Jerman (UEM) yang diwakili oleh Pdt. Petrus Sugito (Deputy Executive Secretary Asia). Disana juga sudah dibuat tugu atau monumen 113 tahun sebagai momentum perdamaian. Sampai saat ini dalam batinnya GKPM berdasarkan sejarah penginjilan, German (RMG) itu dianggap sebagai orangtua dan Tapanuli/Batak (HKBP) adalah saudara tua (abang).
GKPM mandiri dariZending German dan HKBP pada tanggal, 5 Februari 1978, yang hadir pada waktu itu adalah Ephorus HKBP oppui Pdt. G.H.M. Siahaan dan Pdt. P.M. Sihombing (Sekjend). Adapun Visi GKPM adalah: GKPM yang Bertumbuh, Mandiri dan Misioner, dan Misi GKPM adalah:
- Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta kualitas iman warga jemaat.
- Mengusahakan dan meningkatkan kemandirian sumber keuangan internal sebagai sumber pendanaan rutin, operasional dan personil serta menggali potensi jemaat untuk dikembangkan.
- Memberdayakan lembaga pelayanan dengan melengkapi sarana dan prasarana pendukung pelayanan.
- Menguatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, team work dan ethos kerja yang efektif
- Mengembangkan orientasi pelayanan secara Mandiri, bertumbuh bersama dengan semangat Misioner
- Mengembangkan pelayanan kelembagaan dan kinerja struktural GKPM
- Membangun dan meningkatkan hubungan kemitraan dalam dan luar negeri.