Menjadi Perempuan yang Peduli Pada Ciptaan Tuhan – Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia (ACWC)

Setiap tahun, pada bulan November, setiap Perempuan gereja-gereja di Asia merayakan Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia (Asian Church Women’s Conference – ACWC 2023), yang lahir pada tanggal 15 November 1958. Persekutuan ini hadir untuk memberi dukungan terhadap setiap Perempuan yang terus berjuang untuk eksistensi diri dan haknya di lingkup Asia.

Berikut adalah surat dan liturgi yang dikirimkan oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia :

Perayaan Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia, setiap tahun selalu berbeda. Liturgi dan konteks pergumulan yang dibuat pun berbeda, sesuai dengan negara anggota penyedia liturgi. Hal ini dimaksudkan agar perayaan ini bukan hanya sekedar perayaan seremonial tanpa makna, namun setiap Perempuan gereja asia diajarkan untuk mengenal sosial budaya negara anggota serta konteks pergumulan Perempuan di negara tersebut. Sehingga dalam perayaan ini, kita tidak hanya merayakan Persekutuan, tetapi juga saling mendoakan dan menguatkan setiap Perempuan untuk maju dan berjuang bersama, menuju dunia yang ramah dan setara bagi Perempuan.

Tahun 2023 ini, kita akan merayakan Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia bersama Perempuan-perempuan dari Korea Selatan. Sebuah negara dengan luas 100.032 km² (hampir 10 kali lebih kecil dari luas wilayah Indonesia). Korea Selatan merupakan negara maju dengan PDB nomor 14 dunia (Indonesia berada pada urutan 16 dunia).

Demografi agama di Korea Selatan cukup mengejutkan, jika sebelumnya sensus agama 2016 menyatakan 56% warga korea Selatan tidak beragama (Ateis) dan yang beragama Kristen 45% dari populasi penduduk (51.400.000 jiwa), maka tahun 2023 menunjukkan perubahan yang signifikan, penduduk yang tidak beragama menjadi 60% (naik 4%) dan yang beragama protestan 17% (turun 28%) dari populasi saat ini 51.773.896 jiwa. Yang menarik perhatian adalah pada sensus 2015, pemeluk agama
katolik 18% dan pemeluk islam masuk dalam kategori lainnya (ada beberapa agama disana) 2%, pada tahun 2023 pemeluk agama islam mencapai 6% populasi, dan agama katolik masuk dalam kategori lainnya berjumlah 1%. Perubahan yang signifikan dan membutuhkan kerja keras serta topangan doa, agar generasi sekarang di Korea Selatan tidak meninggalkan kekristenan.

Dari sisi kesetaraan gender, Perempuan di Korea Selatan masih harus bergumul. Karena walaupun Korea Selatan masuk dalam Negara maju (Top 20 di dunia) tapi untuk kesetaraan Gender Korea Selatan berada di urutan 105 (0,68 poin) dari 146 negara yang disurvey (Global Gap Gender Index-2023) angka ini dibawah Indonesia yang menempati urutan ke 87 dengan poin 0,697. Tantangan terbesar karena pembagian peran dalam tradisi Korea Selatan menempatkan laki-laki pada posisi super power yang mampu melakukan “pekerjaan berat” sehingga ada dikotomi pada pembagian jenis pekerjaan yang hanya “cocok” untuk laki-laki dan “tidak cocok” untuk Perempuan.

Posisi Top Senior Manajer didominasi oleh laki-laki, sementara Perempuan “hanya” pada pekerjaan yang berkaitan dengan pelanggan, penjualan dan sektor layanan. Gap gender juga terjadi di lingkungan kerja modern, dimana para pekerja Perempuan mendapatkan gaji yang berbeda dari pekerja laki-laki (hanya 65% dari gaji laki-laki).
Kondisi kultural lainnya dimana budaya patriarki masih sangat kental. Telah membatasi ruang gerak Perempuan di ruang publik. Budaya bahwa Perempuan yang sudah menikah wajib mengurus mertua,tentu membatasi ruang gerak Perempuan pada ruang-ruang publik. Budaya hoesik (Minum setelah pulang kerja–momen membangun hubungan pertemanan dan karier) menyulitkan Perempuan untuk menjalankan peran domestiknya. Perempuan Korea Selatan juga sangat rentan mengalami diskriminasi dan pelecehan di tempat kerja. Misalnya saat melamar kerja dan saat sudah bekerja – mulai dari pertanyaan tentang apakah akan hamil atau tidak, sampai tertundanya promosi jabatan bagi Perempuan setelah cuti hamil. Hambatan-hambatan ini berkontribusi pada menguatnya ketidaksetaraan gender di Korea Selatan.

Melalui Tema Perayaan Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia tahun 2023, Menjadi Perempuan yang peduli pada Ciptaan Tuhan, kita diajak untuk melihat persoalan dunia secara holistik. Karena setiap ciptaan Tuhan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Isu perubahan iklim, kerusakan lingkungan, kekerasan terhadap Perempuan, dll tentunya berimbas langsung pada peran dan fungsi Perempuan dalam keluarga, Masyarakat dan untuk dirinya sendiri. Menjadi Perempuan yang peduli, mengajak kita untuk membuka mata, buka hati dan buka tangan terhadap persoalan di sekitar kita, bahwa kita juga punya tanggung jawab untuk turut menyelesaikan persoalan yang ada di sekitar kita. Menjadi Perempuan yang peduli juga bermakna mengajak kita untuk mari beri dukungan doa dan moral terhadap Perempuan di Korea Selatan yang masih mengalami ketidaksetaraan gender, di ruang domestik dan publik, agar mereka tetap bertumbuh iman dan pengharapan, sukacita dan optimisme di tengah-tengah himpitan tradisi dan ketidakadilan atas hidup mereka.

Perayaan Hari Perempuan Gereja Asia, ini juga menjadi bentuk dukungan materil kita terhadap kerja-kerja nyata advokasi, pendampingan dan pelayanan terhadap para Perempuan yang membutuhkan dukungan baik di tingkat jemaat, sinode, Nasional maupun asia.

Semoga Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus selalu memberikan Sukacita, Hikmat dan Kebijaksanaan bagi setiap Perempuan gereja, agar mampu bergandeng tangan, menerobos tradisi dan kebiasaan yang tidak berkeadilan gender menuju kesetaraan gender, yang menjadikan Perempuan sebagai makhluk yang setara dan memiliki kepedulian terhadap seluruh ciptaan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati.

Jakarta, 10 Oktober 2023
Kepala Biro Perempuan dan Anak PGI
Pdt. Sonnya M. Uniplaita

 

Unduh Liturgi ACWC 2023

 

 

Silakan dibagi