RELASI IMAN YANG MENGUATKAN

Kolose 2:1-5

Salah satu karakter dan nilai unik dalam keimanan sebagai pengikut Kristus adalah kita mengenal relasi yang tidak hanya berlandaskan pada bentuk fisik, melainkan juga pada rupa rohani. Itulah mengapa, kita tidak ‘kalah’ di hadapan kematian karena adanya pengharapan bahwa relasi antara kita dengan Kristus tetaplah berjalan meski raga sudah tidak lagi berdaya. Sebagai manusia yang bersatu sebagai komunitas iman, kita juga mengenal adanya keterhubungan yang melampaui bentuk raga. Di dalam pengakuan iman rasuli misalnya, kita mendapati sebuah bentuk penegasan iman atas relasi antara umat TUHAN yang melampaui waktu dan tempat. Relasi itu merupakan bagian dari keutuhan komunitas umat TUHAN yang mengaku percaya kepada Kristus dan hidup di dalam-Nya.

Pada pembukaan pasal yang kedua ini Paulus juga menampilkan sebuah tulisan yang menegaskan atas nilai dari relasi yang melampaui raga sebagai komunitas iman. Ia mengakui bahwa ada keterpisahan jarak antara dirinya dengan jemaat di Kolose. Meski demikian, hal itu tidaklah memisahkan ikatan iman di antara mereka. Paulus menuliskan bahwa, ”tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus.” Paulus menunjukkan bahwa di tengah keterpisahan jarak dan tempat sekalipun, relasi sebagai komunitas umat TUHAN tetap dapat terjadi untuk saling memperhatikan, meneguhkan, dan menguatkan. Semua itu terjadi karena relasi yang dimiliki oleh umat TUHAN terselenggara di dalam Kristus yang adalah lokus pembentukan kehidupan dan ruang terjalinnya pemeliharaan dari TUHAN.

Permenungan ini telah menekankan kepada kita bahwa salah satu kekayaan dari keberimanan di dalam Kristus adalah ketersediaan relasi yang lintas raga yang terjadi di dalam Kristus untuk saling memerhatikan, meneguhkan dan menguatkan sebagai komunitas iman. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah cukup efektif dalam mendayagunakan hal ini? Atau jangan-jangan, kita justru memilih untuk memotong akses relasi, entah roh maupun raga, terhadap sesama umat TUHAN maupun sebagai sesama ciptaan di dalam Kristus?


Sumber: Renungan Lembaga Alkitab Indonesia

Silakan dibagi