Pada Salib Yesus, Aku Berlindung

Pada masa lalu “Salib” adalah simbol hukuman bagi pemberontak dan penjahat , salib yang di buat tinggi dan menjulang menjadi sebuah tanda peringatan agar setiap orang yang akan berbuat tidak baik dapat ciut nyalinya dan urung untuk tidak meneruskan kejahatannya. Pemerintahan sering kali memakai alat penyiksaan yang bahkan dapat menyebabkan kematian untuk menakut-nakuti dan menimbulkan efek jera. Pada salib ada kengerian dan siapapun yang tersalib disana adalah hukuman yang dianggap pantas bagi para pemberontak dan penjahat. Yesus juga disalib namun ia terbukti tidak bersalah. Yesus membawa makna baru pada salibyang erat dengan penderitaan yang bisa dialami siapapun menjadi sebuah tanda Kasih Bapa (bnd Yoh 3:16). Setiap orang yang mendapat cinta kasih Allah disadarkan bahwa salib Yesus bukan hukuman tetapi keselamatan yang diberikan bagi Manusia. Manusia dapat menderita atau menghadapi tantangan di dunia tetapi ada Tuhan yang beserta dan mengubah seluruh keadaan kita. Melalui peristiwa salib kita belajar mengenal Yesus dan rancangan Bapa lebih dalam bagi umat Kristen di GKSBS ini.

Sinode GKSBS dalam masa penghayatan paska dan pentakosta mengajak kita dalam perenungan bersama melihat salib yang dipikul Yesus, salib itu juga yang dipikul saudara saudaramu dalam persekutuan. Tidak lah mudah membuat sebuah persekutuan yang hangat dan mencerminkan Kasih Bapa, karena sering kali ada rasa sakit dan keengganan untuk mengambil bagian terlebih “ego” pribadi dalam menanggapi Karya Tuhan dalam persekutuan. Oleh sebab itu mari kita melihat dan menilik lebih dekat pada salib yang sering kali digotong oleh saudara saudara kita atau bahkan pada salib yang kita pikul, sudahkah kita melihat damai sejahtera seperti saat kita menyesal seraya berujar “dalam bilur dan darah Yesus ada keselamatan, Ia Mati bagi dosa dosaku, dan kebangkitannya membuatku percaya”

Tema Pada Salib, Yesus Aku Berlindung akan menjadi dasar dalam Masa Perayaan Paska dan Pentakosta GKSBS tahun ini.

Bahan ini tentunya adalah hasil refleksi mendalam dari 3 loci, yaitu Teks Alkitab, Konteks dan wawasan kegerajaan. Tentu bahan terbitanGKSBS menjadi spesifik membunyikan GKSBS karena ada wawasan ke-GKSBS yang menjadi salah satu loci dalam berteologi.

Dalam perjalanan penulisan Sinode GKSBS terdapat 2 hal penting yang perlu mengisi kurikulum GKSBS, yang pertama adalah nilai-nilai GKSBS Sebagai identitas GKSBS, dan yang kedua adalah GKSBS sebagi kesatuan dengan yang lainnya (Oikoumene). Kedua bagaian ini dijabarkan sebagai berikut;

  • Identitas GKSBS dibicarakan dalam bahan terbitan dalam 2 bagian, yaitu nilai-nilai yang kuat dan nilai-nilai yang melemah selama 3 tahun berturut-turut yang dinamakan “Menjadi GKSBS”. “Menjadi GKSBS” tentunya bukan karena kita bukan GKSBS, melainkan “Menjadi GKSBS” karena kita adalah GKSBS. Dengan demikian, “Menjadi GKSBS” hendaknya dipahami sebagai upaya yang dilakukan oleh GKSBS agar terus dapat mempertahankan identitasnya di tengah terpaan perubahan.
  • Jika bagian awal penulisan dimulai dari internal GKSBS, maka bagian untuk terbitan di tahun ke 4 dan 5 terbitan GKSBS akan memulai dari sesuatu yang lebih luas yaitu dari perspektif oikoumene. Dalam hal ini GKSBS akan menggunakan leksionary sebagai bahan terbitan. Karena dalam lectionary sudah tersedia bahan bacaan, maka dalam hal ini GKSBS akan menemukan/memotret konteks untuk diperjumpakan dengan bacaan tersebut. Artinya pada bagian kedua ini konteks GKSBS dan bacaan lectionary mendapat porsi yang sama. Hasil yang diharapkan pada tahun ke 4 dan 5 adalah bagaiman konteks GKSBS yang berjumpa dengan teks dapat menghasilkan atau dijawab dengan nilai-nilai GKSBS yang dibicarakan pada tahun I, II dan III.

Untuk mengunduh bahan SAH, PA dan Panduan Kebaktian Anak dapat KLIK DI SINI.
Selamat merayakan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta (MPPP) Sinode GKSBS Tahun 2024. Yesus memberkati.


Silakan dibagi