Penerimaan adalah suatu hal yang dirindukan oleh semua orang. Sebaliknya, penolakan adalah suatu hal yang paling ditakutkan oleh banyak orang. Dalam kehidupan berkeluarga, penerimaan adalah kunci dari rasa aman dan nyaman, di mana hal tersebut akan membuat keluarga menjadi rumah untuk pulang bagi setiap anggota keluarganya. Penerimaan adalah tahapan awal bagi pembentukan karakter yang terjadi di dalam keluarga. Dan untuk bisa melakukan itu, setiap anggota keluarga harus memahami bahwa keberadaan anggota lainnya dalam keluarga itu masing-masing adalah pribadi yang unik, sehingga mereka juga dapat bersikap otentik.
Unik dalam kelemahan dan kekuatan yang ada dalam setiap anggota keluarga. Tentu bukan suatu hal yang sulit untuk dapat menerima kekuatan atau kelebihan orang lain. Dengan demikian yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana kita bisa menerima kelemahan atau kekurangan atau keterbatasan yang ada dalam diri anggota keluarga kita.
Alasan kunci untuk dapat mengerjakan penerimaan itu adalah “tahu diri”. Sederhananya, kita diajak menjadi manusia yang sadar bahwa kita adalah pribadi yang juga memiliki kekurangan atau keterbatasan dalam diri. Lebih dalam lagi, bahkan Tuhan Yesus mau memberikan nyawa-Nya bagi kita yang jauh dari hal yang baik dan sempurna ini. Ini adalah hal yang lebih dari cukup untuk menjadi alasan bagi kita untuk dapat melakukan penerimaan terhadap setiap anggota keluarga yang Tuhan percayakan ada bersama dengan kita. Suami harus menerima dalam kebahagiaan bersama dengan istri yang sempurna dalam kurang dan lebihnya. Demikian juga sebaliknya, isteri menjadi sangat bahagia menerima lemah dan kuatnya suaminya. Orang tua menjadi bangga dengan keunikan anak-anak yang Tuhan karuniakan pada mereka. Anak pun juga menjadi sangat sayang kepada orang tua mereka dengan segala suka dan duka menjalani didikan dan bentukkan dari mereka.
Ini adalah kekuatan utama dalam keluarga, yaitu penerimaan. Selamat menerima satu dengan yang lain.