Keluarga yang Saling Menerima


Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita, dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: “Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu. “Dan selanjutnya: “Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya.” Dan lagi: “Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia.” Dan selanjutnya kata Yesaya: “Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan.” Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

Roma 15:7-13

Penerimaan adalah suatu hal yang dirindukan oleh semua orang. Sebaliknya, penolakan adalah suatu hal yang paling ditakutkan oleh banyak orang. Dalam kehidupan berkeluarga, penerimaan adalah kunci dari rasa aman dan nyaman, di mana hal tersebut akan membuat keluarga menjadi rumah untuk pulang bagi setiap anggota keluarganya. Penerimaan adalah tahapan awal bagi pembentukan karakter yang terjadi di dalam keluarga. Dan untuk bisa melakukan itu, setiap anggota keluarga harus memahami bahwa keberadaan anggota lainnya dalam keluarga itu masing-masing adalah pribadi yang unik, sehingga mereka juga dapat bersikap otentik.

Unik dalam kelemahan dan kekuatan yang ada dalam setiap anggota keluarga. Tentu bukan suatu hal yang sulit untuk dapat menerima kekuatan atau kelebihan orang lain. Dengan demikian yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana kita bisa menerima kelemahan atau kekurangan atau keterbatasan yang ada dalam diri anggota keluarga kita.

Alasan kunci untuk dapat mengerjakan penerimaan itu adalah “tahu diri”. Sederhananya, kita diajak menjadi manusia yang sadar bahwa kita adalah pribadi yang juga memiliki kekurangan atau keterbatasan dalam diri. Lebih dalam lagi, bahkan Tuhan Yesus mau memberikan nyawa-Nya bagi kita yang jauh dari hal yang baik dan sempurna ini. Ini adalah hal yang lebih dari cukup untuk menjadi alasan bagi kita untuk dapat melakukan penerimaan terhadap setiap anggota keluarga yang Tuhan percayakan ada bersama dengan kita. Suami harus menerima dalam kebahagiaan bersama dengan istri yang sempurna dalam kurang dan lebihnya. Demikian juga sebaliknya, isteri menjadi sangat bahagia menerima lemah dan kuatnya suaminya. Orang tua menjadi bangga dengan keunikan anak-anak yang Tuhan karuniakan pada mereka. Anak pun juga menjadi sangat sayang kepada orang tua mereka dengan segala suka dan duka menjalani didikan dan bentukkan dari mereka.

Ini adalah kekuatan utama dalam keluarga, yaitu penerimaan. Selamat menerima satu dengan yang lain.


Silakan dibagi