Saling Menguatkan Dalam Keluarga

Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa. Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.

Ibrani 3:7-14

Tentu sudah menjadi tugas kita bersama untuk saling menguatkan dalam keluarga. Menguatkan ini tidak hanya menjadi tugas dari bapak sebagai kepala rumah tangga, tetapi menjadi tugas bagi semua anggota keluarga yang ada di dalamnya. Adalah suatu kebiasaan yang baik apabila setiap anggota keluarga satu dengan yang lainnya tidak saling menuntut, melainkan saling memberi perhatian satu dengan yang lain. Hal ini menjadi penting karena kita sangat sadar bahwa perjalanan kehidupan berkeluarga tidak selalu mengalami keadaan yang membahagiakan, tetapi juga akan mengalami situasi-situasi yang membutuhkan perhatian dari setiap anggotanya. Tentu akan menjadi sangat sulit jika sikap saling menguatkan ini tidak dimunculkan di saat situasi sulit itu terjadi.

Bacaan pada renungan kita pada saat ini menjelaskan mengenai sikap bangsa Israel yang tidak taat kepada Tuhan dan mencobai Tuhan, padahal mereka sudah melihat perbuatan Allah atas mereka selama empat puluh tahun lamanya. Sikap inilah yang diharapkan oleh penulis Ibrani untuk tidak dilakukan oleh pembaca surat ini. Pembaca diajak untuk memiliki kepercayaan kepada Allah yang hidup. Kepercayaan tersebut diwujudkan dengan teguh berpegang iman kepada Tuhan Yesus yang memberikan keselamatan. Melalui ayat inilah kita bersama belajar bahwa keyakinan akan keberadaan Tuhan dalam kehidupan ini akan membawa dampak dalam menyikapi tantangan kedepan. Oleh karenanya, dalam bulan keluarga ini kita menghidupi Firman Tuhan yang sudah kita renungkan saat ini, bahwa dasar keluarga yang saling menguatkan adalah dengan kepercayaan kepada Tuhan dan berpegang teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus. Ketika dalam keluarga ada keyakinan akan pertolongan Tuhan, maka satu dengan yang lain akan fokus pada penyelesaian masalah dalam keluarga dan memiliki tujuan bersama yaitu kedamaian dan kerukunan. Sehingga apa yang sudah Tuhan Allah berikan kepada hidup keluarga menjadi gambaran bahwa Tuhan Allah selalu menolong, memberkati, memulihkan, dan menguatkan setiap keluarga yang berserah kepadaNya.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.


Silakan dibagi