1 Samuel 18:1-30 [baca perikop]
Hospitaliti adalah salah satu nilai GKSBS yang diangkat supaya dipahami dan dihidupi oleh gereja (eklesia) yang adalah setiap pribadi kita. Hospitaliti atau keramahan yang memiliki arti sejajar dengan menerima orang asing (bukan sekedar ramah basa-basi), merupakan bagian yang penting dalam kehidupan iman Kristen.
Sepanjang Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru keramahan yang Allah tunjukan kepada manusia adalah menerima orang asing (berdosa) menjadi anak-Nya melalui pengorbanan Anak Tunggal-Nya. Dalam teks kita hari ini hospitaliti yang Alkitab pertontonkan adalah bagaimana Daud yang merupakan orang asing (bukan keluarga istana awalnya) namun disambut dengan ramah oleh Yonantan, bahkan lebih dari itu ia menerima Daud dan menganggapnya sebagai sahabat, mengasihi Daud seperti dirinya sendiri (ay.3). Selayaknya seorang saudara, Yonantan memberikan apa yang ia miliki demi memenuhi apa yang Daud butuhkan (perlengkapan perang) pada saat itu. Hal ini jelas berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Saul. Sekalipun ia adalah seorang raja Israel dan sekaligus ayah kandung dari Yonantan, namun caranya meperlakukan Daud berbanding terbalik dari apa yang telah Yonatan tunjukan kepada kita pada perikop sebelumnya. Pada awalnya memang Saul terkesan ramah terhadap Daud namun sebenarnya ia tidak benar-benar menerima Daud. Hal itu terbukti dari bebebrapa ayat yang sudah kita baca dan renungkan bersama. Dimungkinkan karena Roh Allah yang ada pada Saul telah undur dan digantikan oleh roh jahat yang dari pada Allah. Sedang Saul tahu bahwa Duad disertai oleh Allah sehingga ia menjadi takut kepada Daud (ay.12). Nampak jelas pada saat perempuan-perempuan menari dan bernyanyi berbalas-balasan “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa” dan kemudian membuat Saul marah dan mendengki Daud sebab ia takut jabatan raja jatuh kepadanya (ay.7-9).
Berikut ini merupakan serangkaian peristiwa yang menunjukan bagaimana Saul tidak sepenuh hati menerima dan tidak benar-benar (palsu) bersikap ramah kepada Daud, antara lain: pertama, Saul melemparkan tombak kearah Daud sebanyak dua kali saat Daud memainkan kecapi untuknya (ay.12). Kedua, Saul mengangkat Daud menjadi kepala pasukan seribu untuk menjauhkan Daud dari istana, dengan menempatkannya dalam pasukan di garis depan (ay.13). Ketiga, Saul memberikan Merab, jika saja Daud menjadi gagah perkasa dan melakukan perang Tuhan. Dalam hatinya Saul berkata, biarlah la dipukul oleh tangan orang Filistin. Ia berharap bahwa suatu waktu kelak Daud akan tewas (ay.17). Keempat, Saul mengajukan putrinya yang lain yaitu Mikhal yang diam-diam jatuh cinta kepada Daud (ay.20). Namun dengan rencana agar putrinya itu menjadi jerat bagi Daud (ay.21). Dimana ia meminta mahar seratus kulit khatan orang Filistin (ay.25).
Para pendahulu kita (perintis) juga merasakan bagaimana hangatnya keramahan Allah serta dengan sekuat tenaga meneladan sikap ramah tersebut dengan menerima orang lain. Tanpa hal itu, tentulah sekarang kita tidak mengenal Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan. Sebagai jemaat GKSBS kita pun diminta untuk bersikap ramah dan menerima seorang terhadap yang lain seperti Kristus yang ramah kepada setiap kita dengan menerima, mengampuni, menyelamatkan, meberkati dan menyertai sampai saat ini. Tidak hanya berhenti sampai dengan menjadi teladan saja, karena ada tanggung jawab yang lebih besar dari pada itu yaitu; haruslah kita mengajarkan kepada generasi muda untuk bersikap ramah dan menerima orang lain. Dengan demikian kita mengasihi mereka sebagaimana Allah telah mengasihi kita, mengasihi mereka seperti mengasihi diri sendiri, mengasihi mereka sebagai bukti dari mengasihi Allah.