Sejarah GKSBS Bumi Agung, Lampung Timur

GKSBS Bumi Agung: Desa Donomulyo, Kecamatan Bumi Agung. Lampung Timur. 34182

Berdirinya GKSBS Bumi Agung akan menarasikan tiga waktu dalam lintasan sejarahnya. Pertama, adalah jemaat GKSBS Batanghari yang juga akan menyentuh GKSBS Metro pada pertengahan masa kolonisasi yang digagas oleh pemerintah Belanda. Kedua, adalah tentang anggota jemaat di desa baru yang bernama Donomulyo. Dan yang ketiga adalah tentang GKSBS Bumi Agung yang mendewasakan diri dari GKSBS Batanghari.


Sejarah Singkat Bersama GKSBS Batanghari

Terbentuknya GKSBS Batanghari berawal dari proses kolonisasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda tahun 1935. Dimulai dari wilayah Metro berkembang ke wilayah-wilayah sekitar, termasuk di bedeng 42.A atau Bumi Emas. Awalnya komunitas Kristen di Bumimas masih bergabung dengan Metro yang dilayani oleh pendeta utusan dari GKJ Purworejo yaitu Pdt Harjowasito.

Wilayah pelayanan Pdt. Hajowasito di lingkup Metro sangat luas, sehingga diangkatlah Bapak Filemon sebagai guru Injil pada tahun 1947. Adanya guru Injil di kelompok Batanghari menunjukkan hal yang positif yaitu mengarah pada semakin bertambahnya jumlah orang Kristen. Saat itu wilayah pelayanan Batanghari berjumlah sekitar 62 kepala keluarga yang terbagi dalam tiga kelompok pelayanan, yaitu kelompok Bumi Emas, Banarjoyo dan Kuto Sari.

Perkembangan Jemaat tersebut membawa semangat untuk menjadi gereja dewasa. Pada tahun 1950 kelompok Batanghari mengusulkan kepada Gereja Metro untuk dewasa. Usulan tersebut diterima dan disetujui pada 17 Maret 1952 Jemaat Gereja Kristen Lampung (GKL) Batanghari di dewasakan oleh Sinode wilayah I GKJ dan mengutus seorang guru Injil, yaitu Bpk. Filemon yang telah mendampingi jemaat sebelum menjadi jemaat dewasa.

Sekitar tahun 1953 sampai 1956, jemaat Bumi Emas dan Banarjoyo menyebar untuk membuka lahan baru di wilayah lain. Orang-orang yang mencari wilayah baru tersebut berhasil mendirikan kelompok jemaat di wilayah persebarannya masing-masing hingga yang meliputi kelompok Donomulyo, Tanjung Harapan dan Trimulyo. Perkembangan kelompok-kelompok tersebut juga dampak dari peran guru Injil yang membantu Bapak Filemon yaitu Bapak Muri dan Bapak Harno.

Sejak saat itu Jemaat GKSBS Batanghari terus mengalami perkembangan hingga keseluruhan kelompoknya berjumlah delapan, yaitu Banarjoyo, Bumi Emas, Kuto Sari, Donomulyo, Bawang Areng, Sukadana Baru, Tanjung Harapan, dan Trimulyo. Dari keseluruhan kelompok tersebut yang akan menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini yaitu perkembangan kelompok Donomulyo.


Sejarah Perkembangan Kelompok Donomulyo

Perpindahan Jemaat dan Terbentuknya Desa Donomulyo

Perkembangan awal terbentuknya Kelompok Donomulyo bersamaan dengan sejarah terbangunnya Desa Donomulyo sampai Desa Nyampir. Peristiwa tersebut tergambar dari cerita-cerita warga Desa Mulyo Asri yang sering mengungkapkan demikian; “Dulunya desa ini sudah sempat dibuka sampai tiga kali, namun proses pembukaan desa yang pertama dan kedua gagal. Barulah pada proses yang ketiga, ketika orang Kristen datang, desa tersebut dapat berkembang sampai sekarang”. Berdasarkan cerita yang terbangun, terbentuklah sebuah narasi bahwa kehadiran orang Kristen memiliki peranan penting dalam proses berdirinya Desa Donomulyo sampai Desa Nyampir.

Sejarah awal terbentuknya Kelompok Donomulyo dimulai dari kedatangan keluarga Bapak Sono beserta rombongan pada tahun 1953. Ketika itu Bapak Sono bersama keluarga besarnya diantaranya Bapak Wongso, Cito, Sastro dan Ibu Paniem dan Bapak Paiman beserta rombongan berangkat dari bedeng 46 (Desa Banarjoyo) menuju desa Donomulyo. Persinggahan itu juga sebagai tempat pertama kali gedung gereja dibangun letaknya tepat di tanah yang saat ini dibangun kantor kecamatan.

Keluarga besar Bapak Sono memilih singgah di Donomulyo karena di situ sudah ada beberapa orang yang tinggal menetap. Orang-orang yang lebih dulu tinggal di Donomulyo itu merupakan transmigran dari Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketika itu yang sudah berpenghuni hanya di sebelah barat tugu Donomulyo sedangkan di wilayah yang sekarang disebut PT sampai Wilayah Nyampir masih hutan. Saat rombongan keluarga bapak Sono datang dan memiliki rencana untuk membuka wilayah PT sampai nyampir, beberapa orang yang tinggal di Donomulyo ikut dalam rombongan membuka hutan yang masih penuh dengan pohon-pohon besar dan lahan gambut.

Pembukaan hutan untuk dijadikan pemukiman dan lahan pertanian tersebut terus berkembang sampai ke wilayah Nyampir. Dalam membuka hutan para rombongan yang dipimpin oleh Pak Sono memiliki tujuan bersama untuk membangun sebuah desa. Semangat ini yang kemudian menjadikan perkembangan desa itu semakin bertambah jumlah penduduknya. Hal tersebut dikarenakan ketika ada orang baru datang, mereka menyambut dengan baik, bahkan memberikan lahan garapan untuk pendatang baru.

Perkembangan desa yang telah meluas itu mengundang beberapa orang datang ke Donomulyo di antaranya Bapak Muri, Wagiman, Ibu Murah dan Bapak Saimin bersama keluarga diantaranya Bapak Rinekso dan Setyo. Kedatangan mereka tidak secara bersamaan namun pada tahun-tahun setelah 1953. Budaya untuk saling menerima dan menopang pendatang terus dijaga sampai terbentuknya Wilayah Donomulyo dan sebagian Wilayah Nyampir.

Lahirnya Jemaat Kelompok Donomulyo

Orang Kristen pertama yang berpindah dari bedeng 46 ke Donomulyo merupakan keluarga besar Bapak Sono yaitu Pak Paimin, Cito, Sastro dan Ibu Painem beserta robongan. Para pendatang tersebut merupakan Jemaat dari GKSBS Batanghari yang kemudian menjadi jemaat mula-mula sebagai kelompok Donomulyo. Awalnya mereka hanya beribadah di Rumah Pak Sono. Karena ada beberapa orang Kristen yang menyusul ke Donomulyo, mereka mendirikan tempat ibadah di pusat Kecamatan Bumi Agung. Ketika itu Pak Sono sebagai pimpinan rombongan berperan untuk mengajar dan membina iman jemaat di kelompok Donomulyo.

Keberhasilan dalam upaya memperluas wilayah permukiman dan lahan pertanian ternyata berdampak bagi perkembangan jumlah jemaat. Perkembangan jumlah jemaat itu terjadi karena semakin bertambahnya pendatang Kristen yang kemudian menjadi bagian dari Jemaat GKSBS Batanghari Kelompok Donomulyo. Selain itu, peran dari Bapak Sono yang mau menampung orang-orang baru juga berdampak pada bertambahnya jumlah jemaat, karena sebagian dari mereka yang awalnya bukan Kristen kemudian menjadi Kristen. Mereka menjadi Kristen karena kebaikan Jemaat Kelompok Donomulyo yang mau menopang dan menerima kedatangannya.

Jemaat semakin mengalami perkembangan bersamaan dengan mulai terbangunnya desa dari wilayah PT sampai sebagian Desa Nyampir. Puncak berkembangnya jumlah jemaat yang meningkat derastis ketika peristiwa G30S PKI sekitar tahun 1965 dan bertambah lagi tahun 1967-1970. Ketika itu banyak orang-orang yang bukan Kristen ikut beribadah dan menjadi bagian dari komunitas orang Kristen di Donomulyo. Hal tersebut bertujuan untuk mendapat perlindungan di gereja, karena dengan menjadi bagian dari orang-orang Kristen mereka ada dalam keadaan aman. Meskipun pristiwa itu telah usai, ada banyak orang yang kemudian tetap menjadi Kristen.

Pembangunan Gedung Gereja

Jumlah jemaat yang bertambah signifikan itu berdampak pada keinginan untuk membangun tempat ibadah. Pertama kali tempat ibadah didirikan berlokasi di pusat Kecamatan Bumi Agung, yang sekarang ini telah menjadi kantor kecamatan. Tempat ibadah dibangun di situ karena jemaat mula-mula tinggal di wilayah itu. Pembukaan lahan merambat ke arah Timur. Setelah wilayah Way Areng Barat dapat dibangun permukiman, sebagian jemaat dan rombongan membuat rumah di tanah tersebut.

Sekitar tahun 1961 ketika sebagian besar rumah jemaat mula-mula telah berpindah di wilayah Way Areng Barat, mereka harus menempuh perjalanan sekitar 2.5 Km dari rumah mereka menuju tempat ibadah. Oleh karena itu jemaat bersepakat untuk memindahkan tempat ibadah ke area dekat permukiman jemaat tepat di mana saat ini gedung gereja dibangun.

Ditempat yang baru bentuk bangunan gereja masih menggunakan atap alang-alang dan tembok dari anyaman bambu atau gribik. Karena perkembangan jumlah jemaat semakin meningkat, hal itu berdampak pada kekuatan finansial jemaat membaik. Sekitar tahun 2000an Jemaat kelompok Donomulyo membangun tempat ibadah dengan bangunan permanen. Sejak saat itu pada tahun-tahun berikutnya bangunan mengalami renovasi perluasan gedung sekitar tiga kali.

Terbentuknya Lembaga Pendidikan Kristen

Di dalam lingkup Kelompok Donomulyo terdapat lebaga pendidikan Paud, TK dan SD. Sebelum terbentuknya lembaga pendidikan Paud dan TK telah terdapat lembaga pendidikan SD. Kedatangan Pendeta Kardina Isa Anggraini ke Donomulyo untuk mendampingi suami yang menjadi pendeta GKSBS Batanghari, ia merintis dan membentuk lembaga pendidikan PAUD dan TK. Sampai saat ini lembaga pendidikan TK, PAUD dan SD masih berjalan dan menjadi sarana kesaksian gereja dalam bidang pendidikan.

Aset Tanah dan Pastori

Dalam proses pembukaan lahan hutan, jemaat mula-mula sudah menyiapkan tanah seluas seperempat hektare untuk area gedung gereja dan bangunan sekolah. Namun tenpa alasan yang jelas sebagian tanah gereja yang luasnya sekitar 15 meter persegi dijual oleh Kepala Desa Donomulyo kepada seorang mantri. Pristiwa tersebut tidak diperbesar oleh jemaat, meskipun pada prinsipnya jemaat merasa kecewa atas tindakan itu. Selain menyiapkan tanah untuk bangunan gereja, jemaat mula-mula juga menyiapkan tanah seluas seperempat hektare di wilayah Peluasan untuk lahan pertanian dan tanah untuk bangunan pastori di Way Areng Barat.

Para Pelayan GKSBS Batanghari

Sebelum menjadi gereja dewasa sebagai GKSBS Bumi Agung jemaat dilayani oleh pendeta GKSBS Batanghari yaitu:

  • Pdt. Filemon. Berasal dari Kediri Jawa Timur, ayahnya sebagai guru Injil dan ia juga pernah bekerja sebagai penulis di kantor penginjilan Purbolinggo. Sebelum menjadi pendeta ia merupakan guru Injil yang ditugaskan melayani Jemaat Batanghari pada tahun 1950. Sejak mendapat tugas sebagai guru Injil itu kemudian ia dithabiskan menjadi pendeta GKSBS Batanghari pada tanggal 24 Agustus 1962. Ia melayani GKSBS Batanghari sejak menjadi guru Injil sampai emiritus pada tahun 1971.
  • Pdt. Rumekso, S.Th. Pendeta Rumekso melayani GKSBS Batanghari tahun 1979 sampai 1981. Ia dikenal sebagai pendeta yang ramah dan rajin dalam perkunjungan. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang yang sabar dalam melayani jemaat.
  • Pdt. Basuki Jati Murdowo, S.Th. Pendeta Basuki Jati Murdowo memulai pelayanan tahun 1987 sebagai calon pendeta di Jemaat GKSBS Batanghari. Awal perkenalannya dimulai dari jemaat kelompok Donomulyo, kemudian ia dithabiskan sebagai Pendeta GKSBS Batanghari pada tahun 1988. Pada tahun 2003 beliau sakit sehingga harus beristirahat dalam segala bentuk pelayanan. Namun pada hari Selasa 24 Februari 2004 beliau menghembuskan nafas terakhir untuk menghadap Allah. Hal tersebut menjadikan duka mendalam bagi seluruh Jemaat GKSBS Batanghari. Dalam pelayanannya, ia dikenal sebagai sosok yang sangat ramah dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial masyarakat di lingkungan Donomulyo.
  • Pdt. Theofilus Agus Rohadi, S.Th. Pendeta Theofilus Agus Rohadi, S.Th memulai pelayanan sejak tahun 2007 sebagai calon pendeta dan dithabiskan sebagai Pendeta di GKSBS Batanghari pada tahun 2008. Sebagai seorang pendeta ia dikenal sebagai pendeta yang memiliki semangat pelayanan tinggi dengan melayani delapan kelompok pelayanan termasuk kelompok Donomulyo.

Pendewasaan GKSBS Bumi Agung

Wacana awal pendewasaan jemaat dimulai pada Sidang Majelis Jemaat GKSBS Batanghari pada 7 Maret 2010. Wacana tersebut kemudian ditanggapi langsung oleh salah satu Majelis Jemaat untuk segera membuat team pengkajian pendewasaan. Hal tersebut sempat menjadi selisih paham anatara harapan kelompok Donomulyo yang ketika itu hanya sebatas menyampaikan wacana dan tidak menuntut untuk segera dibahas, namun ada salah satu Majelis Jemaat menganggap hal tersebut penting, sehingga harus segera dibahas dan mengkaji kondisi keuangan kelompok Donomulyo. Ketika itu ada beberapa Majelis juga memberikan masukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai perencanaan pendewasaan. Sampai pada akhirnya dalam musyawarah tersebut disimpulkan bahwa team pengkajian belum siap. Karena dianggap belum siap, maka tidak ada pembahasan mengenai pendewasaan pada Sidang Majelis bulan-bulan berikutnya. Pada tanggal 3 Januari 2011 Majelis Jemaat Kelompok Donomulyo bersama pengurus kelompok dan PWG bermusyawarah untuk membahas rencana pendewasaan. Dalam musyawarah tersebut tercatat bahwa perencanaan pendewasaan itu berdasarkan pada:

  • Hasil Musyawarah Majelis bersama Jemaat GKSBS Batanghari di Tanjung Harapan tahun 2009 tentang rencana pembiakan Jemaat GKSBS Batanghari.
  • Memaksimalkan pelayanan Pendeta.

Oleh karena dua hal tersebut maka diputuskan untuk membuat surat pengajuan pendewasaan dalam Sidang Majelis Jemaat. Sidang Majelis Jemaat GKSBS Batanghari pada bulan Januari 2011 dibahas kembali rencana pendewasaan kelompok Donomulyo. Perencanaan itu kembali dibahas atas dasar surat permohonan pendewasaan dari kelompok Donomulyo. Dalam sidang itu kemudian terdapat beberapa keputusan sebagai berikut:

  • Menerima surat pengajuan pendewasaan kelompok Donomulyo.
  • Majelis Jemaat mengajukan permohonan rencana pendewasaan kelompok Donomulyo.
  • Kelompok Donomulo diharapkan segera membentuk panitia persiapan calon jemaat.
  • Majelis Jemaat melakukan pelawatan ke Donomulyo pada 16 Januari 2011.

Keputusan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Majelis Jemaat dengan melakukan pelawatan ke Donomulyo.

Pada tanggal 16 Januari 2011 Majelis Jemaat datang ke Donomulyo dan mengadakan Musyawarah bersama pengurus Majelis Jemaat, pengurus kelompok dan Komisi Pembina Warga Gereja (PWG). Dalam Musyawarah itu kemudian dibentuk panitia persiapan calon jemaat yang tersusun sebagai berikut:

KoordinatorPnt. Yuliono
KetuaKarsono
SekretarisSiswoteno
BendaharaYusriono
AnggotaTitin Sumaryani, Parno, Mudiono, Utami
Seksi RohaniSudino
Seksi SDMKasino
Seksi KeuanganEdi Kristanto

Dalam musyawarah itu juga dibahas mengenai tugas-tugas panitia untuk mendata jemaat dan mendiskusikan masalah aset.

Setelah terbentuknya panitia calon jemaat, Majelis Jemaat GKSBS Batanghari menyampaikan rencana pendewasaan kelompok Donomulyo kepada Majelis Pimpinan Klasis (MPK) Pugung Raharjo. Rencana itu direspon oleh MPK Pugung Raharjo untuk ditindaklanjuti dengan mengadakan pelawatan ke Donomulyo. Pelawatan itu dilakukan untuk menggali informasi tentang apa yang menjadi dasar jemaat kelompok Donomulyo ingin menjadi calon jemaat dewasa.

Pada 6 Februari 2011 MPK Pugung Raharjo melakukann pelawatan ke Donomulyo yang dihadiri oleh Majelis Jemaat, pengurus kelompok dan Komisi PWG. Dalam pelawatan itu MPK menggali tentang alasan dasar mengapa kelompok Donomuyo ingin menjadi jemaat dewasa. Pada pelawatan itu ada dua dasar yang menyebabkan kelompok Donomulyo ingin menjadi jemaat dewasa yaitu:

  • Kelompok Donomulyo menindaklanjuti Musyawarah Majelis Jemaat bersama Jemaat GKSBS Batanghari di Tanjung Harapan terkait rencana pembiakan jemaat GKSBS Batanghari tahun 2009.
  • Memaksimalkan pelayanan pendeta.

Setelah pertemuan itu, persiapan-persiapan dalam perencanaan pendewasaan terus dilakukan oleh kelompok Donomulyo. Dalam Musyawarah kelompok Donomulyo pada tanggal 27 Februari 2011 membahas mengenai pemetaan wilayah, mempersiapkan administrasi dan pemetaan pendapatan persembahan.

Setiap proses persiapan terus dilalui sampai pada tanggal 9 Juli 2011 diadakan ibadah peresmian kelompok Donomulyo menjadi calon jemaat GKSBS Bumi Agung. Setelah genap satu tahun proses persiapan untuk menjadi jemaat dewasa, tepat pada tanggal 9 Juli 2012, GKSBS Bumi Agung resmi menjadi jemaat dewasa. Peresmian jemaat dewasa dilakukan dalam ibadah pendewasaan Jemaat GKSBS Bumi Agung.


Statistik dan Struktur Organisasi

Berikut ini akan diuraikan mengenai statistik dan struktur organisasi Jemaat GKSBS Bumi Agung per 2022:

Nama JemaatSIDIJIWASIDIBAPTISBELUM BAPTIS
55 Lk29 Lk3 Lk
GKSBS Bumi Agung5919473 Pr32 Pr2 Pr

Silakan dibagi