Gedung Aji adalah sebuah nama kampung yang dibuka pada tahun 1983 – 1985 oleh para transmigran lokal di Propinsi Lampung. Mereka berasal dari : Gunung Balak, Bakung (skrg. Indo Lampung), Seputih Raman dan Wonosobo (skrg. Tanggamus), serta pendatang–pendatang dari daerah lainnya. Melalui perkembangan yang sangat pesat dan melalui kebijakan pemerintah daerah/pemda, maka keberadaannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Gedung Aji Lama dan Gedung Aji Baru, yang terdiri dari tiga kecamatan : Kecamatan Penawartama, Kecamatan Penawar Aji dan Kecamatan Gedung Aji Baru.
Agama dan kepercayaan yang ada di Gedung Aji: Islam 90 %, Kristen 5 % dan kepercayaan lain-lain 5 %. Dan mata pencarian masyarakat pun beraneka ragam, diantaranya : petani, pedagang, karyawan, wiraswasta dan serabutan.
Sebagaimana telah di singgung di atas, bahwa masyarakat di desa Gedung Aji terdapat 5 % pemeluk agama Kristiani. Tentunya Kekritenan yang ada itu tidak terlepas dari ikatan keluarga, pertemanan, beberapa petobat baru dan pindahan dari denominasi gereja sekitarnya. Dari beberapa orang Kristen itu diantaranya menggabungkan diri di GKSBS Gedung Aji.
Sejak pendewasaan sampai dengan saat ini (GKSBS Gedung Aji mempunyai empat (4) wilayah kebaktian, yaitu : Sidoharjo E1, Bogatama F2, Makartitama H1 dan Pasar Batang SP. 4 Gedung Aji Lama. Keempat wilayah kebaktian tersebut mempunyai warga sebanyak 397 jiwa yang terdiri dari 97 kk, terdiri dari warga dewasa : Laki-laki 127 jiwa dan perempuan 123 jiwa. Serta jumlah anak-anak : laki-laki 63 anak dan perempuan 61 anak.
(Catatan: Kelompok Panca Tunggal Jaya (SP5) bergabung ke GKSBS Gedung Aji pada tahun 2017 dan belum tertulis dalam narasi sejarah GKSBS Gedung Aji ini)
Wilayah Pasar Batang
Pasar Batang adalah sebuah nama kampung di Kecamatan Penawar Aji yang berdiri pada tahun 1983. Masyarakat di tempat ini berasal dari daerah Bakung – Menggala.
Warga jemaat GKSBS Gedung Aji di Pasar Batang ini adalah hasil perintisan dari (Bpk. Supani, Mbah Sarju dan Mbah Musatem). Pada Desember 1983 di rumah keluarga Bpk. Supani, natal pertama dirayakan dengan kesederhanaan. Rencana perayaan natal ini didengar oleh masyarakat sekitar. Tanpa di duga mereka yang berlatarbelakang Kristen menghadiri perayaan tersebut, terhitung kehadiran berjumlah 27 kk, antara lain : Bp. Supani, Mbah Sarju, Bp. Salim, Bp. Nitiharjo, Bp. Sukirto, Bp. Sarmidi, Bp. Niman, Sdr. Cipto, Bp. Tamingarjo, Bp. Poerwito, Bp. Samuji, Bp. Natanael, Mbah. Musatem, Mbah. Kusni, Bp. Sugiono, Bp. Simon, Bp. Asmarejo, Bp. Kliwon, Bp. Surip, Bp. Miswan, Sdr. Samingun, Bp. Pariyat, Bp. Kento, Bp. Lugimen, Bp. Winarto, Bp. Bambang, Bp. Subari dan Ibu. Sirep.
Berkat Tuhan melalui perayaan natal perdana maka kedua tokoh perintis itu mengetahui bahwa di Pasar Batang terdapat banyak orang–orang Kristen. Hal tersebut menambah semangatnya Bp. Supani dan mbah Sarju. Maka dikemudian hari kedua tokoh ini tergerak hatinya untuk mencari dan berkunjung kepada orang–orang Kristen lainnya. Tidak sebatas mencari dan berkunjung dari rumah ke rumah, kedua tokoh perintis ini mempunyai kerinduan untuk membuka persekutuan kecil dengan harapan mereka dapat bersama–sama beribadah kepada Tuhan meskipun belum mempunyai tempat peribadahan (gereja). Berkat kemurahan hati keluarga Bp. Supani, beliau bersedia rumahnya dipakai untuk beribadah sampai dengan persekutuan tersebut mempunyai tempat ibadah sendiri. Berita menggembirakan tersebut ditanggapi dengan baik oleh teman–temannya. Berbekal seadanya kebaktian minggu pertama pun berlangsung yang dilayani oleh Bp. Supani dan Mbah Sarju sampai dengan tiga minggu berturut-turut. Sepanjang kebaktian berlangsung itu bisa berjalan dengan baik meskipun belum banyak di antara mereka yang mempunyai Alkitab dan Kidung Pujian.
Persekutuan yang dibangun oleh Bp. Supani dan Mbah Sarju hari lepas hari semakin bertumbuh. Oleh karena itu, di awal tahun 1984 mereka menyepakati untuk membentuk pengurus persekutuan tersebut. Pengurus terpilih pada saat itu adalah : Mbah Sarju (Ketua), Bp. Supani (Sekretaris) dan Bp. Natanael (Bendahara). Dari pemilihan pengurus itu maka kebaktian minggu pun berjalan lebih baik, pelayanan menjadi maksimal dan mulai tertata lebih baik.
Dari kesepakatan bersama hasil dari program pengurus baru maka warga di persekutuan itu diajak memikirkan tentang tempat ibadah (gereja) dan lokasinya. Pada Juli 1984, program pun berjalan, yaitu pembangunan gereja. Sambil menantikan tempat yang akan didirikan bangunan gereja, Bp. Supani dan Mbah Sarju tidak tinggal diam. Melalui semangat dan ketekunannya kedua orang ini mencari orang-orang Kristen lainnya di sekitar Pasar Batang. Usaha pencariannya diberkati oleh Tuhan, di mana mereka menemuka orang–orang Kristen yang ada di Gedung Harapan/SP 01 sebanyak 7 kk, di Panca Tunggal jaya/SP 05 sebanyak 25 kk dan di Sukaramen sebanyak 3 kk. Dengan ditemukan orang-orang Kristen tersebut maka jumlah orang–orang Kristen yang bersedia bergabung dengan Pasar Batang berjumlah 62 kk. Jumlah yang luar biasa banyaknya yang mereka kumpulkan dalam waktu 1 tahun.
Seiring dengan berjalannya waktu, apa yang menjadi program wilayah Pasar Batang pada saat itu pun tergenapi. Di mana kerinduan bersama mencari tempat dan membangun gereja pun mulai dilaksanakan. Kronologisnya sebagai berikut :
Pembangunan I.
Berkat Tuhan melalui usaha Mbah Sarju selaku ketua, beliau mencari seorang pendeta yang sudah lama dikenalnya yaitu : Pdt. Abner Siswosuwito yang kemudian melayani persekutuan di Pasar Batang dan sekitarnya. Di awal tahun 1985, perjumpaan Bp. Supani dan Mbah Sarju terhadap Pdt. Abner Siswosuwito, membuah hasil yang menggembirakan. Pdt. Abner S, bersedia melayani persekutuan di Pasar Batang. Setelah beberapa kali dilayani oleh Pdt. Abner S, warga pun semakin bertumbuh dan berkembang. Pengajarannya diterima dengan baik oleh orang–orang Kristen di pasar Batang dan sekitarnya. Atas masukannya, warga persekutuan menyambutnya dengan antusias. Tidak hanya kepada warga persekutuan, namun juga kepada pengurus–pengurus persekutuan tersebut untuk menjawab program–program yang direncanakan. Melalui pendampingan Pdt. Abner S, pengurus mendapatkan tempat / lokasi yang akan didirikan gereja. Usaha yang dilakukan pengurus antara lain : Menemui dan memohon kepada aparat kampung untuk meminta tempat yang akan didirikan gereja. Usaha yang tidak sia–sia pengurus pun mendapatkan tanah milik Negara (Red : tanah R / bangunan) seluas 0, 25 m di sebelah Barat dari Balai Kampung Pasar Batang. Persiapan demi persiapan maka menjelang akhir tahun 1985, gedung gereja pun selesai di bangun. Dengan ukuran 5×7 m, beralaskan tanah yang bercampur debu, beratapkan daun nipah dan berdindingkan welit serta dikerjakan secara bergotong royong. Dengan berdirinya tempat kebaktian yang baru (gereja), ternyata tidak hanya disambut dengan gembira oleh warga persekutuan saja tetapi juga masyarakat di Pasar Batang. Dengan selesainya pembangunan tempat ibadah yang baru dan mengingat bertambahnya jumlah warga persekutuan maka diadakan penambahan pengurus kembali agar semakin maksimal pelayanannya. Pengurus tersebut antara lain: Bp. Lugimen (ketua), Mbah. Sarju (komisi pembangunan), Bp. Supani (Diaken), Sdr. Sehwono (ketua pemuda) dan Bp. Sugino (guru sekolah minggu), Bp. Natan (Tua-tua / pnt).
Kendala dan Hambatan.
Dalam perjalanannya (1986–1987) persekutuan di Pasar Batang berkurang warganya, hal itu dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Faktor inilah yang membuat warga persekutuan harus meninggalkan daerah Pasar Batang untuk mengadu nasib di daerah lain. Dengan demikian, jumlah warga persekutuan di Pasar Batang tentunya berkurang dari 30 kk menjadi 25 kk. Meskipun jumlah berkurang namun tidak mematahkan semangat warga yang ada untuk bersekutu kepada Tuhan. Oleh karena letak bangunan gereja di dalam, atas usulan dari beberapa warga persekutuan maka di usulkan kepada pengurus supaya mencari tempat yang strategis. Usulan tersebut ditanggapi oleh pengurus sehingga pengurus mengutus Mbah Sarju untuk menemui aparat setempat. Melalui proposal yang dibuat oleh Pdt. Abner S, Mbah Sarju menghadap aparat kampung untuk melapor ke: LKMD, KUPT dan Kepala Kampung Pasar Batang. Usaha Mbah Sarju tidak sia-sia, oleh karena kebijakan Kepala KUPT atas nama Bp. Pendi memberikan tanah fasilitas Negara dengan ukuran 50 x 50 m (1988). Di tengah perencanaan pemindahan tempat ibadah Pdt. Abner S menganjurkan kepada pengurus untuk : Melapor ke MPK Bandar Jaya bahwa di Pasar Batang ada persekutuan Kristen yang warganya berlatar belakang dari GKL. Atas kebijakan dari MPK Bandar Jaya, maka mengutus GKSBS Dayamurni untuk mengasuh persekutuan di Pasar Batang. Oleh karena diasuh oleh GKSBS Dayamurni maka nama persekutuan di wilayah Pasar Batang menjadi GKSBS Dayamurni di Pasar Batang, dengan kelompok kebaktian SP 05, SP 01 dan Sukarame. Bersamaan itu pula terbentuklah pertama kali majelis di Pasar Batang, atas diri: Sdr. Sehwono, Bp. Supani dan Mbah Sarju menjadi majelis. Hal-hal di atas disambut dengan gembira oleh warga jemaat di Pasar Batang karena keberadaannya sudah dipayungi oleh gereja pengasuh, GKSBS Dayamurni. Kegembiraan bertambah ketika jemaat mendapatkan pelayanan dua pendeta yaitu Pdt. Abner S dan Pdt. Supriyanto HK (Pendeta GKSBS Dayamurni), meskipun dalam pelayanannya tidak tiap-tiap minggu melayani. Kemudian program yang telah terencana dengan baik dalam rangka pemindahan gedung gereja terwujud dan selesai dipindahkan pada tahun 1989. Layak diberikan apresiasi kepada kedua pendeta tersebut di atas atas bimbingannya mengarahkan GKSBS Dayamurni di Wilayah Pasar Batang untuk mempersiapkan menjadi calon jemaat.
Menjadi Calon Jemaat (CJ).
Impian dan harapan pun terwujud dimana pada tahun 1990, GKSBS Dayamurni mampu menghantarkan kelompok kebaktian di Pasar Batang menjadi calon jemaat CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Hal tersebut disambut baik oleh MPK Bandar Jaya sehingga MPK Bandar Jaya mengirim tenaga pelayan atas diri Sdr. Sihmedi Sasono Hadi, S.Th (Alumni SCP) dari GKSBS Bandar Jaya (1990 – 1992) untuk melayani CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Dengan masuknya Sdr. Sihmedi Sasono Hadi maka perkembangannya dapat dilihat sebagai berikut: Pembenahan segala administrasi gerejawi dan mengembangkan sayap pelayanannya, yang meliputi CJ. Gedung Aji Baru. Pelayanan yang dilakukan oleh Sdr. Sihmedi berdampak besar bagi CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Sebab cakupan pelayanan CJ. GKSBS Gedung Aji Lama sangatlah luas. Selain melayani CJ GKSBS Gedung Aji Lama juga melayani CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Oleh karena itu, maka di Gedung Aji terdapat 2 kelompok calon jemaat CJ, yaitu : CJ. Gedung Aji Lama yang di asuh oleh GKSBS Dayamurni, beranggotakan : Pasar Batang, SP. 05 Panca Tunggal Jaya, SP. 01 Gedung Harapan dan Sukarame, dan Kelompok kebaktian CJ. Gedung Aji Baru yang di asuh oleh GKSBS Tulang Bawang, beranggotakan Sidoharjo E1, Bogatama F2, Makartitama H1. Tahun 1992, merupakan tahun yang menyedihkan bagi CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Hal itu dikarenakan pindahnya Sdr. Sihmedi SH ke Gedung Aji Baru. Atas pindahnya Sdr. Sihmedi SH ternyata tidak membawa dampak negative bagi CJ GKSBS Gedung Aji Lama sebab perpindahannya tidak terjadi perselisihan. Melalui peristiwa tersebut maka pada tahun 1993, Pdt. Abner S, mengutus Sdr. Jumiyo untuk melayani CJ Gedung Aji Lama. Tidak begitu lama yang pada akhirnya Sdr. Jumiyo meminta ijin untuk pulang ke Jawa dan menyatakan diri mundur dari pelayanan di CJ Gedung Aji Lama.
Pembubaran Calon Jemaat GKSBS Gedung Aji Lama.
Tidak ada alasan yang pasti mengapa Sdr. Jumiyo mengundurkan diri dari pelayanannya di CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Akibat dari kepergiaannya, CJ Gedung Aji Lama mengalami kekosongan tenaga pelayan yang menetap. Berjalannya waktu melalui pertimbangan Majelis Pekerja Klasis (MPK) Tulang Bawang, bahwa CJ Gedung Aji Lama sulit untuk berkembang menjadi gereja dewasa. Maka oleh MPK Tulang Bawang dilakukan regrouping (14 April 1997) dengan CJ. Gedung Aji Baru dan GKSBS Rawajitu. Dari hasil kesepakatan pembicaraan para majelis dan klasis, di Panca Tunggal Jaya (SP. 05), maka disepakati sebagai berikut: Pertama, Pasar Batang dan Sukarame bergabung dan menjadi wilayah pelayanan CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Kedua, SP. 05 Panca Tunggal Jaya dan SP. 01 Gedung Harapan bergabung menjadi wilayah pelayanan CJ GKSBS Rawajitu. Dengan demikian, apa yang menjadi impian bersama di CJ Gedung Aji Lama “tertunda” sementara waktu untuk menjadi jemaat dewasa. Dan untuk selanjutnya, wilayah Pasar Batang sejak tahun 1997 dilayani oleh pelayan dari CJ GKSBS Gedung Aji Baru.
Wilayah Makartitama H1
Awal Pembukaan (1986).
Wilayah Makartitama H1 terletak di sebelah Timur yang berkecamatan di Gedung Aji Baru. Wilayah kebaktian ini berjarak 23 km dari Pastori GKSBS Gedung Aji. Melalui beberapa proses di saat itu maka persekutuan di Makartitama H1 ini terbentuk pada tanggal 01 Januari 1986. Berdirinya jemaat wilayah Makartitama H1 dilatar belakangi oleh beberapa orang Kristen yang datang untuk mengikuti program pemerintah, tranmigrasi lokal (Translok). Adapun pendatang baru tersebut berasal dari daerah Wonosobo (skrg.Kab.Tanggamus). Di antara para pendatang yang memasuki wilayah baru itu terdapat beberapa orang Kristen yang kemudian menjadi tokoh perintis jemaat di GKSBS Gedung Aji Wilayah Makartitama H1. Tokoh–tokoh tersebut diantaranya : Kel. Bp. Suripno, Kel. Bp. Priyo Subarjo dan Kel. Bp. Supriyadi. Berawal dari kekeluargaan dan pertemanan yang sudah terjalin di kampung asal mereka menjadikan semangat untuk membangun persekutuan di daerah yang baru. Usaha yang dilakukannya adalah mencari orang–orang Kristen yang ada disekitarnya. Buah dari kerja keras dan ketekunan ketiga tokoh tersebut maka mereka menemukan orang–orang Kristen lainnya, diantaranya : Kel. Bp. Sugimen, Kel. Bp. Suhadi, Kel. Bp. Susilo, Kel. Bpk. Pardede, Kel. Bp. Jhonson, Kel. Mbah Joyo Utomo, Kel. Bp. Kristiyono, Kel. Bp. Doto, dan Kel. Bp. Wagiyo. Dengan demikian, ketiga tokoh perintis tersebut mengumpulkan dan menjumlah anggotanya sebanyak 11 KK. Dengan ditemukan beberapa orang Kristen ini maka mereka mulai mengadakan kebaktian pertamanya di rumah Kel. Mbah Joyo Utomo. Persekutuan tersebut semakin berkembang, hal itu tampak dengan masuknya Pdt. Abner Siswosuwito dan Pdt. Bambang Semedi. Masuknya dua tenaga pelayan menambah semangatnya persekutuan di Makartitama H1, sebab persekutuan tersebut terorganisir dengan baik. Setahun kemudian Tahun 1987 karena jumlah yang semakin banyak dan tempat yang tidak memungkinkan lagi di rumah Mbah Joyo, maka tempat kebaktian pindah ke kandang sapi milik Mbah Priyo Subarjo dengan ukuran 5×6 m. Kemudian bertambahnya jumlah warga persekutuan dengan datangnya orang Kristen dari Moroseneng, yaitu : Kel. Bp. Mad dan Kel. Bp. Sariyo. Dengan demikian, kelompok kebaktian bertambah menjadi tiga belas (13) KK. Di tahun yang sama, kelompok kebaktian ini mulai membentuk pengurus. Diantara pengurus tersebut adalah: Mbah Priyo Subarjo, Bp. Supriyadi, Bp. Kristiyono, Bp. Sugimen dan Ibu Suparmi (1986 – 1990). Terbentuknya pengurus–pengurus ini diharapkan mampu untuk mengorganisir warganya dengan baik agar pelayanan semakin maksimal. Pada tahun 1990 – 1992 terjadi penambahan warga persekutuan, mereka adalah orang–orang Kristen yang berasal dari Natar, yaitu : Kel. Bp. Sugiman, Kel. Bp. Tentrem Sutrisno. Tidak lama kemudian datang juga orang – orang Kristen dari Seputih Raman, diantaranya : Kel. Bp. Sastro Ngatijo, Kel. Bp. Silitonga, Kel. Bp. Simbolon dan Sdr. Kristiyo Adi. Kurun waktu 1986 – 1992, jumlah warga persekutuan di Makartitama H1 semakin bertambah menjadi (19) KK. Pada bulan Desember tahun 1992, Pdt. Elisabet (GPdI Sidomulyo SP 2) masuk untuk melayani dan mengajak bergabung dengan GPdI di Sidomulyo SP 2, akan tetapi tawaran tersebut di tolak oleh pengurus di Makartitama.
Pembangunan Gedung Gereja dan Perkembangannya (1993 s.d sekarang).
Dengan masuknya Guru Injil, Sdr. Sihmedi Sasono Hadi (1993) dan beberapa tenaga pelayan dari CJ.Gedung Aji Baru Wilayah Sidoharjo E1 maka kebaktian semakin semarak dan pelayanan semakin baik. Wujudnya nampak dalam beberapa hal: Pertama, adanya keluarga baru (menikah) yang bernama Bp. Sumadi yang sekarang masih menjadi majelis. Kedua, jemaat dan pengurus membuat program pembangunan gedung gereja (yang ke-1) dan diselesaikannya pada tahun 1994, dengan ukuran 7 x 12 m di tanah restan. Untuk membangun gedung gereja maka majelis membentuk pengurus yang membidangi pembangunan antara lain : Bp. Sutarjo (Penatua), Bp. Sugimen (Bendahara), Bp. Kristiyono (Penatua), Bp. Sumadi (Ketua Pemuda dan Guru Sekolah Minggu). Ketiga, tahun 1994 kelompok kebaktian ini resmi menjadi bagian wilayah kebaktian dari CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Tahun 2004 gedung gereja dipindah ke Umbul Boy tepatnya di Jl. Gurami yang sekarang ini. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk mencari tempat yang strategis. Sehingga dengan kesepakatan bersama kelompok kebaktian ini mengutus Bp. Priyo Subarjo dan Bp. Sugiono Hadi untuk mencari ijin dari aparat setempat. Atas kebijakan kepala kampung, Bp. Saringat, maka beliau menyetujui untuk mendirikan gedung gereja di atas tanah ukuran 10×50 m. Di sisi lain, kepengurusanpun ditambah antara lain : Bp. Sumadi (Penatua), Bp. Kristiyo Adi (Penatua), Ibu. Suparmi (Diaken) dan Ibu. Perdede (Diaken). Sampai dengan saat ini GKSBS Gedung Aji Wilayah Makartitama H1 bisa dilihat pertumbuhan dan perkembangannya baik secara kwantitas maupun kwalitasnya.
Wilayah Bogatama F2
Pembukaan Persekutuan (1986-1990).
Wilayah Bogatama terletak 17 km dari wilayah Sidoharjo E1, yang berkecamatan di Penawartama. Terbentuknya gereja GKSBS Gedung Aji wilayah Bogatama F2, berawal dari peserta yang mengikuti transmigrasi lokal (Translok) dari Gunung Balak–Srikaton, pada 29 Januari 1986. Di antara warga yang ikut translok itu adalah: Kel. Bp. Supai Wahono/ibu. Pi’i, Kel. Bp. Medi Siswanto dan Kel.Bp. Sarto Wiyono. Melalui merekalah berdirinya kelompok kebaktian di GKSBS Gedung Aji wilayah Bogatama F2 sampai dengan saat ini. Pertama-tama atas inisiatif dari Bp. Supai Wahono untuk mengumpulkan teman-temannya dan mengadakan persekutuan perdana di rumahnya. Kegiatan kebaktian di rumah Bp. Supai Wahono berlangsung selama 1 tahun (1986–1987). Di tengah persekutuan yang berjalan kurang lebih ½ tahun, pertengahan tahun 1986 terdapat penambahan 4 kk yaitu dengan datangnya orang-orang Kristen dari Trukajaya. Diantara orang-orang Kristen tersebut antara lain : Kel. Bp. Suradi, Kel. Bp. Sugiharjo, Kel. Bp. Nainggolan dan Kel. Bp. Yusdi. Sehingga persekutuan di Bogatama berjumlah 7 kk. Jumlah yang sedikit ternyata tidak mematahkan semangat Bp. Supai W dkk, dengan sabar dan keuletan yang menjiwai hidupnya ia pun melayani dengan kesungguhan hati. Persekutuan berjalan dengan baik sebab terdapat nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Terbukti ketika selesai kebaktian hari minggu, mereka lalu mengadakan kebaktian di rumah-rumah dan hingga kini kebiasaan positif tersebut masih mengakar kuat di hati jemaat. Mereka tidak mementingkan persoalan kepengurusan, yang penting siapa yang mau melayani. Inilah keunikan yang terdapat di jemaat Bogatama pada awalnya. Sepanjang persekutuan berlangsung yang dikoordinir oleh Bp. Supai Wahono, melalui kesepakatan bersama maka di usulkan bagaimana apabila tempat kebaktiannya dipindah lokasinya. Di awal tahun 1988, tempat kebaktiannya pun berpindah ke rumah Bp. Medi Siswanto. Perpindahan tempat kebaktian dikarenakan saling berjauhan maka mencari tempat yang strategis. Kegiatan kebaktian di Bogatama pun berlangsung 2 tahun di rumah Bp. Medi S dalam hal ini belum ada perkembangan yang mencolok (Dalam artian kegiatan masih seperti biasanya). Di tengah kegembiraan persekutuan di Bogatama tentu tidak terlepas dari persoalan yang dihadapi. Persoalan utamanya adalah faktor ekonomi. Oleh sebab itulah maka beberapa warga dipersekutuan tersebut sebagian pulang ke kampung asalnya, diantaranya adalah : Bp. Medi S, Bp. Sugiharjo, Bp. Nainggolan. Persekutuan kembali berjalan baik meskipun warga berjumlah 4 kk. Dengan perginya keluarga Bp. Medi S secara otomatis tempat kebaktian juga harus berpindah, sehingga membuat persekutuan ini memikirkan tempat kebaktian selanjutnya. Di tengah kegelisahan yang terjadi dalam persekutuan tersebut, maka atas berkat Tuhan melalui keluarga Bp. Supai W yang membeli sebuah rumah yang berukuran 5 x 7 m, yang dikemudian hari dijadikan tempat kebaktian. Di tempat kebaktian yang baru ini warga jemaat mulai berpikir untuk memprogramkan pembangunan gedung gereja dan lokasinya.
Perkembangan Persekutuan.
Pada tahun 1989, atas usaha bersama dan mengutus Bp. Supai W persekutuan ini mendapatkan lokasi tanah dari pemerintah setempat dengan ukuran 25×100 m yang diusahakan melalui permohonan kepada KUPT dan diberikan oleh Bp. Aris Munandar pada tahun 1989. Pada tahun 1990, kelompok kebaktian Bogatama bergabung dengan CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Dengan masuknya Pdt. Abner Siwosuwito, Sdr. Sihmedi SH, Pdt. Bambang Semedi dan dibantu Bp. Samidi dari Wilayah Makartitama H1 maka kegiatan gereja semakin lancar. Pada 5 Desember 1991, kelompok kebaktian di Bogatama kehilangan seorang pemimpin, yaitu Bp. Supai Wahono. Tidak selang begitu lama sepeninggalnya Bp. Supai W, jemaat menyambut gembira atas terpilihnya Bp. Samidi sebagai pengurus di Bogatama hingga saat ini. Masuknya beberapa pelayan di Bogatama semakin membuat semangat persekutuan. Terbukti melalui kerja Bp. Samidi dan Bp. Sarto Wiyono persekutuan ini mengalami perkembangannya. Adapun perkembangan yang mencolok adalah pembangunan gereja. Semangat gotong royong dan ketekunan terlihat ketika jemaat bergotong royong untuk mencari kayu, atap nipah dan lain-lainnya sebagai perlengkapan pembangunan tempat kebaktian.
Pembangunan Tempat Kebaktian dan Perkembangannya (1991 s.d sekarang).
Pada tahun 1992, impian dan harapan jemaat di Bogatama terwujud dengan berdirinya tempat kebaktian yang masih sederhana yang berukuran 5 x 7 m. Dengan berdirinya tempat kebaktian maka kegiatan semakin baik dan mengalami perkembangannya, diantaranya: Pertama, masuknya warga baru yang menyatakan bersedia menjadi anggota jemaat di Bogatama, antara lain : Bp. Radimin, Bp. Sumarno dan Bp. Hendro Sutrisno. Secara jumlah maka bertambah menjadi 10 kk. Kedua, Kelompok kebaktian di Bogatama mulai mengikuti kegiatan bersama-sama se CJ. Gedung Aji Baru. Ketiga, Pada Tahun 2005 pengurus dan jemaat memprogramkan untuk merenovasi gedung gereja yang baru. Di dalam program tersebut gedung gereja diperluas ukurannya menjadi 6×9 m. Pada tahun 2006 program itu terwujud sehingga gedung gereja dapat berdiri semi permanen.
Wilayah Sidoharjo E1
Awal Pembukaan (1985-1986)
Persekutuan Kristen di Wilayah Sidoharjo E1 berdiri sejak datangnya orang-orang yang ikut transmigrasi lokal (translok) dari daerah Gunung Balak dan sekitarnya pada tahun 1985. Pada awalnya, diberangkatkan menuju daerah Gedung Aji Baru Sidoharjo E1 yang sekarang menjadi Kampung Sidoharjo, Kec.Penawartama. Di antara warga pendatang di Kampung Sidoharjo, terdapat 14 kk yang memeluk agama Kristen. Diantaranya : Bp. Winoto Adam Yosi Bara, Bp. Sumardi, Bp. Radi, Bp. Biyono, Bp. Yanto, Bp. Slamet, Bp. Sudadji, Bp. Mujimin, Bp. Sugiyono, Bp. Nitiharjo, Bp. Sujio, Bp. Saji, Sdr. Yanto, dan Bp. Mardi Sapi (sekarang menjadi anggota di GPdI Sidoharjo). Semua nama tersebut di atas diketahui bahwa 13 kk di antaranya adalah berlatar belakang GKL sedangkan 1 kk berlatarbelakang GPDI. Inisiatif dari Bp. Winoto dan Bp. Sumardi, keduanya mencari orang-orang Kristen yang berada di sekitar kampung Sidoharjo, lalu dikumpulkan. Usahanya hanya mendapatkan 1 kk, sehingga secara jumlah bertambah menjadi 14 kk. Kebaktian pertama kali pada tahun 1985 di rumah Sdr. Sumardi, Jl. Teratai, Kamp. Sidoharjo E1. Kegiatan berjalan baik dan pernah dilayani oleh Pdt. Yusuf dari GBI, selama dua minggu. Pada Tahun 1986, kebaktian pindah di rumah Bp. Yanto, Jl. Melati.Selama kebaktian di rumah Bp. Yanto pernah diajak bergabung oleh Pdt. Soewono dari GPdI SP 2 Sidomulyo. Akan tetapi, tawaran tersebut di tolak oleh Bp. Winoto. Penolakan di dasarkan bahwa orang–orang Kristen di Sidoharjo E1 ini berlatar belakang dari GKL. Empat minggu kemudian kebaktian berpindah lagi ke rumah Bp. Winoto, Jl. Kamboja. Karena membutuhkan tenaga pelayan dari GKL maka Bp. Winoto dan Sdr. Sumardi mencari gereja GKL yang terdekat. Keduanya mendapatkan informasi bahwa di Unit 2 ada sebuah gereja GKL. Dengan tekat dan semangat akhirnya mereka menemukan GKL Tulang Bawang (GKSBS Tulang Bawang) yang pada waktu itu dilayani oleh Pdt. Daud Wiryo Utomo. Sejak saat itu pelayanan kelompok kebaktian di Sidoharjo E1 dilayani oleh Pdt. Daud WU.
Perkembangan Persekutuan (1986 s.d 1991)
Walaupun tempat kebaktian berpindah-pindah namun persekutuan tetap mengalami perkembangannya, diantaranya : Pertama, Pada tahun 1986 terbentuk pengurus persekutuan, antara lain : Bp. Winoto (Ketua), Bp. Radi (Anggota), Bp. Yanto (Sekretaris) dan Sdr. Sumardi (Bendahara). Kedua, Perayaan natal perdana dilakukan pada tahun 1986 di rumah Bp. Winoto dan perayaan natal kedua pada tahun 1987 di rumah Bp. Yanto dalam acara natal tersebut dilayankan pertobatan atas diri Sdr. Sumardi dan Baptis perdana Ibu Suminah (sekarang istri Bp. Sumardi). Ketiga, Selain itu pada tahun 1987 ada penambahan 2 Kepala keluarga, antara lain : Bp. Musidi, Bp. Sukimin. Mereka berasal dari Jawa. Dengan demikian, persekutuan di Sidoharjo E1 bertambah jumlahnya menjadi 16 kk. Keempat, Pengurus merencanakan program pembangunan gedung gereja pertama, dan diselesaikannya pada tahun 1988 di tanah milik Negara 50×50 m, dengan ukuran gedung gereja 7 x 14 m menghadap ke arah Utara di Jl. Mawar Timur. Kelima, Bertambahnya jumlah 3 kk, antara lain : Bp. Parno, Bp. Ngasrianto, Bp. Kromo. Sehingga, kelompok kebaktian di Sidoharjo E1 bertambah menjadi 19 KK. Keenam, Pada tahun 1991 kelompok kebaktian melaksanakan pembangunan gedung gereja kedua dan selesai dengan ukuran 8×20 m, menghadap ke Timur. Sedangkan gedung gereja yang lama di renovasi untuk dijadikan sebagai pastori dengan ukuran 7×12 m, yang menghadap ke Timur. Dan ketujuh, Di kelompok kebaktian muncul wacana persiapan untuk menjadi calon jemaat, dengan anggota wilayah : Bogatama F2, Makartitama H1 dan Sidoharjo E1.
Menjadi Calon Jemaat GKSBS Gedung Aji (1991-1998)
Selama enam tahun, kelompok kebaktian di Sidoharjo di asuh oleh GKSBS Tulang Bawang. Karena kegiatan berjalan baik dan jumlah KK semakin banyak serta kondisi keuangan yang semakin membaik maka wilayah Gedung Aji Baru yang meliputi: Sidoharjo E1, Bogatama F2 dan Makartitama H1 dipandang layak untuk dipersiapkan menjadi calon jemaat (CJ) oleh GKSBS Tulang Bawang dengan nama CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Melalui pelayanan Pdt. Bambang Semedi, bersama-sama dengan jemaat mempersiapkan diri, untuk menjadi CJ. Hal itu nampak dalam beberapa kegiatan, misalnya: menertibkan segala administrasi, pembinaan kepada jemaat akan tanggung jawab bergereja dan hal-hal terkait lainnya. Setelah dipandang layak oleh GKSBS Tulang Bawang maka dalam persidangan Klasis Tulang Bawang di GKSBS Tirta Kencana maka memutuskan persekutuan di Gedung Aji Baru menjadi calon jemaat (CJ) dewasa pada tahun 1992, dengan nama CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Dengan diputuskannya CJ GKSBS Gedung Aji Baru maka CJ GKSBS Gedung Aji Baru mendapatkan tenaga pelayan atas diri Sdr. Sihmedi SH yang sebelumnya melayani di CJ GKSBS Gedung Aji Lama. Masuknya tenaga pelayan di CJ GKSBS Gedung Aji Baru membawa dampak yang besar. Hal itu tampak dalam cakupan pelayanan yang meliputi CJ GKSBS Gedung Aji Baru dan CJ. GKSBS Gedung Aji Lama (Pasar Batang, Gedung Harapan, Sukarame dan Panca Tunggal Jaya). Akan tetapi di tahun 1997, CJ GKSBS Gedung Aji Lama tidak dapat diteruskan menjadi CJ Dewasa, akhirnya dilakukan regrouping ke CJ GKSBS Gedung Aji dan GKSBS Rawajitu. Dengan demikian, pelayanan CJ GKSBS Gedung Aji Baru menjadi berkurang, tinggal 5 wilayah pelayanan yaitu : Sidoharjo E1, Bogatama F2, Makartitama H1, Pasar Batang dan Sukarame. Dalam perjalanannya, wilayah Sukarame diserahkan kepada GBI sebagai gereja pengasuhnya. Hal itu dikarenakan: medan yang sulit di tempuh dan sangat jauh serta jemaat hanya 1 kk. Perkembangan selanjutnya : Pertama, Atas pernikahan Sdr. Nuryanto dengan Sdri. Sugiharianti (putri Bp. Yanto), membawa keluarga besar Sdr. Nuryanto masuk agama Kristen : Bp. Ngatmen (orang tua), Mbah Sowi (nenek) dan Bp. Midi sekeluarga (pakde). Selain keluarga besarnya, terdapat beberapa tetangganya : Bp. Tomo, Bp. Kamno, dan Mbah Mirih. Selain itu ada penambahan jemaat dari Belitang, yaitu : Mbah Karno dan Bp. Supriyono serta beberapa jemaat pendatang, yaitu : Bp. Butar-butar, Bp. Simanjuntak, Bp. Sinaga, Bp. Wasio, Bp. Sulimin, Dkn. Ngadirin, Bp. Hadi dan sdr. Hendro. Dengan demikian, dalam kurun waktu satu tahun (1991–1992) sudah CJ GKSBS Gedung Aji Baru jumlah warganya menjadi 40 kk. Kedua, Pembentukan pengurus baru tahun 1994, terpilih : Pnt. Joko (Ketua), Pnt. Sumardi (Bendahara), Pnt. Nitiharjo (anggota), Bp. Musidi (anggota) dan Bp. Andi Turnip (Sekretaris), sedangkan untuk konsulennya Pdt. Sumardi (GKSBS Tirta Kencana). Di dalam pelayanannya Pdt. Sumardi bersama jemaat, adalah mempersiapkan pendewasaan CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Semangat yang tak pernah surut di CJ GKSBS Gedung Aji Baru, atas bimbingan Pdt. Sumardi keadaan menjadi tenang kembali dan kebaktian berjalan baik. Dengan keadaan yang membaik, maka Pdt. Sumardi bersama majelis dan jemaat kembali melanjutkan persiapan pendewasaan.
Menjadi Jemaat Dewasa
Setelah melewati proses yang panjang dan pembinaan-pembinaan serta dalam rapat MPH Tulang Bawang pada hari : Jumat, 5 Juni 1998 maka memutuskan: 1). Membentuk panitia pendewasaan jemaat. 2). Menyerahkan daftar calon majelis. 3). Persiapan terakhir rencana dan waktu pendewasaan. 4). Menunjuk team pelawat calon majelis (tua-tua dan diaken) GKSBS Tulang Bawang agar melaporkan hasil lawatannya. Persiapan dilakukan dengan baik oleh GKSBS Tulang Bawang dan CJ GKSBS Gedung Aji Baru. Dengan demikian, harapan CJ GKSBS Gedung Aji Baru menjadi dewasa tertanggal 17 Juni 1998 dengan nama GKSBS Gedung Aji. Berdasarkan keputusan sidang IV Klasis Tulang Bawang, Artikel 27.4 MPK Tulang Bawang menunjuk dan mengutus Pdt. Sumardi sebagi pendeta konsulen di GKSBS Gedung Aji, terhitung pada bulan Juli 1998 hingga GKSBS Gedung Aji memiliki pendeta sendiri. Pada tanggal 1 Maret 2000, melalui berbagai persiapan maka majelis GKSBS Gedung Aji memanggil Sdr. Kuswanto, S.PAK seorang lulusan sarjana PAK dari UKS Surakarta untuk dipersiapkan menjadi pendeta GKSBS Gedung Aji, yang sebelumnya melayani di GKSBS Balam Jaya sebagai tenaga orientasi. Perkembangan selanjutnya adalah : 1). Pembentukan MPH yang pertama, untuk periode 1999 – 2001. MPH tersebut beranggotakan : Pnt. Joko (Ketua), Pnt. Sumadi (Sekretaris), Pnt. Sumardi (Bendahara), Pdt. Endar Widhi Subhekti, S.Th (Konsulen). 2). Persiapan dana, sarana, dan lain-lain pemendetaan sampai pentahbisan Sdr. Kuswanto. 3). Pada hari Jumat, 19 Januari 2001, dilayani oleh Pdt. Sumardi dilayankan pentahbisan atas diri C.Pdt. Kuswanto, S.PAK menjadi pendeta jemaat GKSBS Gedung Aji. 4). Terjadi pergantian MPH. Majelis Pekerja Harian yang baru, periode 2001 – 2003 : Pnt. Siswo Subroto (Ketua), Pnt. Sihmedi Sasono Hadi (Sekretaris), Pnt. Sumardi (Bendahara).
Di tengah semaraknya kegiatan terjadi peristiwa yang memprihatinkan
Di mana Sdr. Sihmedi melalui suratnya yang diberikan kepada majelis jemaat GKSBS Gedung Aji, menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak dapat meneruskan menjadi anggota gereja GKSBS Gedung Aji mulai 1 Februari 2001. Hal itu di tanggapi dalam persidangan majelis, maka atas keputusan sidang majelis memberhentikan Sdr. Sihmedi Sasono Hadi dari pelayanannya. Keputusan yang diberikannya di dasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: 1). Sdr. Sihmedi dalam pelayanannya tidak didukung oleh jemaat dengan alasan khotbahnya terlalu panjang dan mencapai waktu kurang lebih satu jam. 2). CJ GKSBS Gedung Aji keberatan apabila harus menanggung Sdr. Sihmedi untuk melanjutkan studinya. 3). Dari beberapa wilayah kelompok kebaktian mengancam akan memisahkan diri dari CJ GKSBS Gedung Aji apabila Sdr. Sihmedi masih tetap melayani. Berbagai pertimbangan di atas maka dalam persidangan majelis demi untuk menjaga keutuhan bersama dalam berjemaat maka sidang memutuskan Sdr. Sihmedi diberhentikan dari pelayanannya di CJ GKSBS Gedung Aji. Dengan keluarnya Sdr. Sihmedi maka dalam jumlah warga jemaat khususnya di Wilayah Sidoharjo E1 berkurang, di antara jemaat yang ikut keluar dari CJ GKSBS Gedung Aji, antara lain : Bp. Alek, Bp. Kamno dan Bp. Kurnia. Dengan demikian, jumlah jemaat di Wilayah Sidoharjo menjadi 36 kk.
Atas bimbingan dan pengarahan Pdt. Kuswanto, S.PAK
Keadaan menjadi normal kembali dan bertambah baik serta pelayanan menjadi maksimal. Berjalannya waktu Pdt. Kuswanto menikah dengan Sdri.Suci, yang adalah anggota GKSBS Kota Gajah. Hal tersebut disambut dengan senang oleh jemaat, dikarenakan merasa memiliki sesosok figure “ibu” yang diharapkan kelak mendampingi kegiatan ibu-ibu jemaat GKSBS Gedung Aji. Namun, keadaan itu tidak berlangsung lama mengingat bahwa ibu.Suci Kuswanto yang bekerja di Asuransi Bumi Putera Tulang Bawang harus melaksanakan tugasnya maka pendampingan ibu-ibu di jemaat menjadi kurang maksimal.Terlebih lagi ketika Pdt. Kuswanto memilih untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Guru PAK, situasi di GKSBS Gedung Aji menjadi kurang baik. Hal itu disebabkan bahwa apabila Pdt. Kuswanto menjadi PNS maka pelayanan di jemaat tidak akan maksimal. Akhirnya jemaat GKSBS Gedung Aji tidak menerima pelayanan Pdt. Kuswanto yang terhitung mulai tahun 2004 beliau tidak lagi melayani secara full time di GKSBS Gedung Aji. Dengan demikian, jemaat mengalami kekosongan tenaga pelayan untuk yang kedua kalinya. Sehingga pada tahun 2004 GKSBS Gedung Aji mengalami kekosongan tenaga pelayan. Atas keputusan sidang klasis MPK Tulang Bawang di GKSBS Kibang Budi Jaya, memutuskan bahwa Pdt. Bambang Semedi, S.Th dari GKSBS Tulang Bawang, menjadi pendeta konsulen untuk melayani GKSBS Gedung Aji yang tidak berpendeta. Di dalam perjalanan pelayanannya, GKSBS Gedung Aji menerima mahasiswa praktek selama enam bulan terhitung 12 Juli 2004 atas diri Donita Silalahi, seorang mahasiswi Institut Alkitab Tiranus (IAT). Dengan ketekunan yang dimiliki Pdt. Bambang Semedi, S.Th, ia melayani GKSBS Gedung Aji supaya GKSBS Gedung Aji tetap bertahan, semangat dan sabar untuk menerima setiap persoalan kepemimpinan yang dihadapi, mendorong dan membimbing serta mengarahkan majelis jemaat dalam pemanggilan pendeta. Tahun 2003–2006, MPH GKSBS Gedung Aji mengalami perubahan yang dikarenakan masa jabatan MPH selesai. MPH kembali terpilih untuk periode 2003 – 2006, antara lain : Pnt. Sumardi (Ketua), Pnt. Sumadi (Sekretaris) dan Pnt. Nuryanto (Bendahara). Perjalanan pelayanan Pdt. Bambang Semedi, S.Th selaku pendeta konsulen tidak berlangsung lama dikarenakan beliau menjadi anggota MPS GKSBS. Akta Sidang Klasis Tulang Bawang ke XIV di GKSBS Gedung Aji, menunjuk Pdt. Endar Widhi Subhekti, S.Th menjadi konsulen GKSBS Gedung Aji. Dengan setia ia mendampingi persidangan majelis yang diadakan dua bulan sekali, mendorong dan membimbing serta mengarahkan majelis jemaat dalam pemanggilan pendeta.
Babak sejarah baru bagi GKSBS Gedung Aji terjadi pada tahun 2005
Dengan dipanggil dan diteguhkannya Pdt. Surahmat Hadi dari GKSBS Sumber Hadi, pada tanggal 18 Desember 2005 untuk menjadi pendeta GKSBS Gedung Aji pada tahun yang sama. Kehadiran seorang sosok pemimpin di tengah-tengah persekutuan membangkitkan semangat jemaat untuk kembali bersekutu. Pelayanan yang menonjol dari Pdt. Surahmat Hadi adalah GKSBS Gedung Aji membeli dan memiliki tanah sebagai asset gereja yang berukuran 2 ha hingga saat ini. Namun, ditengah perjalanannya GKSBS Gedung Aji kembali kehilangan sosok pemimpin yang ketiga kalinya. Karena berdasarkan hasil persidangan majelis GKSBS Gedung Aji, di Wilayah Sidoharjo E1 tanggal 12 Januari 2008, mengusulkan untuk mutasi Pdt. Surahmat Hadi ke Sinode GKSBS yang terhitung 1 Februari 2008. Usulan mutasi ini mempunyai beberapa pertimbangan : 1). Yang bersangkutan dalam pelayanan kurang maksimal, dikarenakan harus laju dari Sumber Hadi (Lampung Timur) ke Gedung Aji. Hal itu dikarenakan beliau tidak menempati Pastori GKSBS Gedung Aji yang sudah tersedia sebagai rumah dinas pendeta. 2). Istri Pdt. Surahmat Hadi tidak mau tinggal di Gedung Aji Baru. Dengan mutasinya Pdt. Surahmat Hadi ke Sumber Hadi, GKSBS Gedung Aji tidak lagi memiliki pendeta, yang membuat kegiatan jemaat semakin turun drastis. Hal itu dikarenakan jemaat merasa “kecewa” dengan para sosok pemimpin yang selama ini melayani.
GKSBS Gedung Aji menerima kembali pelayanan tenaga wiyata bakti, atas diri : Sdr. Adidaan Basmono, S.Th, namun hanya berlangsung beberapa waktu saja dan tidak lama menyusul tenaga wiyata bakti atas diri Sdri. Eni Krisjayanti, S.Th seorang lulusan sarjana teologi dari STAK Marturia.
- Hal tersebut ditanggapi oleh Klasis, maka dalam persidangan MPK Tulang Bawang di Tirta Kencana berdasarkan surat dari MPK no.06/GKSBS/MPK-Tuba/II/2008 yang terhitung sejak 1 April 2008, mengutus Pdt. Pornomo Sidi, S.Si melayani sebagai konsulen di GKSBS Gedung Aji sampai dengan saat ini. Sesuai dengan karakternya yang sabar, rendah hati Pdt. Pornomo Sidi membangun kembali semangat yang pernah pudar di GKSBS Gedung Aji. Jerih payah yang dilakukan tidak sia-sia, dimana keadaan berangsur-angsur menjadi pulih kembali dan menjadi lebih baik sampai dengan saat ini. Masuknya Pdt. Pornomo Sidi membawa dampak yang lebih baik bagi GKSBS Gedung Aji, hal itu tampak sebagai berikut, diantaranya : 1). Bersama dengan majelis jemaat membuat surat baptis, evaluasi dan pembuatan RAPB Jemaat, menfungsikan kantor gereja, membuat laporan keuangan (kesatuan keuangan) dan membuat program pemanggilan pendeta. 2). Pergantian masa jabatan MPH GKSBS Gedung Aji, periode 2006 – 2009. MPH terpilih antara lain : Pnt. Samidi (ketua), Pnt. Sumadi (sekretaris), Pnt. Nuryanto (bendahara). 3). Pergantian masa jabatan MPH GKSBS Gedung Aji, periode 2009 – 2014. MPH terpilih antara lain : Pnt. Nuryanto (Ketua), Pnt. Agus Eko Puryanto (Sekretaris), Pnt. Sumadi (Bendahara).
- Bagaikan gayung bersambut para pelayan yang keluar masuk di GKSBS Gedung Aji selama dibimbing oleh Pdt. Pornomo Sidi, S.Si. Di antara pelayan yang keluar masuk tersebut, antara lain : Sdri. Vebi Imelda Talan, S.Th seorang lulusan sarjana teologia dari STAK Marturia (01 Desember 2009 – 30 April 2010), Sdr. Yosafat Agung Prabowo, S.Si seorang lulusan sarjana teologia UKDW (Juni – Agustus 2010) yang sebelumnya telah berproses pendeta di GKSBS Pugung Raharjo. Pada bulan Agustus 2010 dalam persidangan Sinode IX GKSBS di Buay Madang diputuskan dikembalikannya jabatan kependetaan kepada Pdt. Kuswanto untuk tetap menjadi pendeta jemaat GKSBS Gedung Aji (akta sidang IX sinode GKSBS artikel 11), yang pernah di tanggalkan oleh majelis GKSBS Gedung Aji, karena menjadi PNS guru agama Kristen, berdasarkan dari pertimbangan sidang Klasis Tulang Bawang di GKSBS Mesuji.
- Pada bulan Desember tahun 2010, adalah babak baru yang terjadi di GKSBS Gedung Aji. Di mana pada tanggal 15 Desember 2012, Pdt. Kuswanto, S.PAK, diteguhkan kembali menjadi pendeta di GKSBS Gedung Aji sebagai pendeta tugas khusus bidang pendidikan GKSBS Gedung Aji. Bersamaan itu pula, melalui surat majelis no.17 / MJ – GKSBS Gedung Aji / SP / XI / 2010, memanggil Sdr. Yosafat Anang Wijokangko, S.Th lulusan teologia STAK Wiyata Wacana Pati untuk memasuki tahap perkenalan dan menjalani proses pemendetaan. Melalui perjalanan yang panjang, maka MPS GKSBS dalam Surat Keputusan. No. 01/KEP/-I/MPS – GKSBS/2012 memutuskan Sdr. Yosafat Anang Wijokangko, S.Th untuk menjalani proses pembimbingan. Dan melalui evaluasi bersama di GKSBS Gedung Aji yang dihadiri oleh MPK Tulang Bawang, MPS GKSBS, warga jemaat GKSBS Rawajitu dan warga jemaat GKSBS Gedung Aji tertanggal 15 Oktober 2012 maka memutuskan sdr. Yosafat Anang Wijokangko, S.Th layak untuk masuk pada tahap peremtoar (ujian akhir dari proses pemendetaan). Berdasarkan surat keputusan hasil ujian peremtoar no. 3001/MJ/GA/X/2012 memutuskan C.Pdt. Yosafat Anang Wijokangko, S.Th dinyatakan lulus dalam ujian peremtoar di GKSBS Rawajitu pada tanggal 30 Oktober 2012. Surat kelulusan tersebut ditanda tangani oleh Majelis Jemaat GKSBS Gedung Aji dan yang bersangkutan, antara lain : Pnt. Nuryanto, Pnt. Agus Eko Puryanto dan C.Pdt. Yosafat Anang Wijokangko, S.Th. Berdasarkan keputusan bersama maka MPS GKSBS menerbitkan Surat Keterangan Layak Ditahbiskan Menjadi Pendeta GKSBS, no. 08/Kep – II/MPS – GKSBS/2012.
- Oleh berkat Tuhan, maka berdasarkan rapat lengkap yang diadakan di GKSBS Gedung Aji Wilayah Sidoharjo E1 pada hari : Minggu, tanggal dua puluh empat (24) bulan Februari (02) tahun dua ribu tiga belas (2013), menghasilkan beberapa keputusan. Antara lain : 1). Pembentukan panitia pentahbisan pendeta. Panitia terpilih : Bp. Sumardi dan Pnt. Sehwono (Ketua 1 dan 2), Pnt. Agus Eko P dan Sdri. Kurniawati (Sekretaris 1 dan 2), Pnt. Sumadi (Bendahara). 2). Pelaksanaan pentahbisan pendeta dilaksanakan pada hari : Senin, lima belas April dua ribu tiga belas (15 April 2013), Pk. 11.00 Wib di GKSBS Gedung Aji wilayah Sidoharjo E1.
Gambaran Umum GKSBS Gedung Aji
Keberadaan jemaat dalam melakukan kegiatan Koinonia, Marturia dan Diakonia.
- KOINONIA. Secara umum keberadaan koinonia GKSBS Gedung Aji terlihat sebagai berikut : Kebaktian minggu memakai Bahasa Indonesia, Alkitab PL dan PB, Kidung Jemaat dan buku Sumber Air Hidup (SAH). Selain itu, kegiatan kebaktian hari-hari besar Kristen dan HUT RI, kebaktian rumah tangga, PA, PPJ, pemberkatan nikah, dan syukuran. Dan merayakan pekan-pekan (Keluarga, Pendidikan, Paskah, Natal) dan Sakramen (Perjamuan Kudus & Baptisan).
- MARTURIA. Gambaran marturia GKSBS Gedung Aji, dapat dilihat bahwa jemaat ikut berperan serta dalam pemerintahan setempat, diantaranya di tingkat kampung, kelurahan dan kecamatan. Jemaat juga terlibat dalam kegiatan gotong royong kampung, berkunjung pada saat idul fitri dan hadir serta terlibat pada saat masyarakat berduka.
- DIAKONIA. Bentuk diakonia GKSBS Gedung Aji yang dilakukan adalah : membantu orang sakit baik dalam jemaat maupun masyarakat, memberikan bingkisan kepada janda-janda dan duda yang layak menerimanya.
Keberadaan ekonomi, pendidikan dan pekerjaan anggota jemaat. Secara umum keberadaan ekonomi jemaat pada taraf ekonomi tingkat menengah ke atas. Hal itu terlihat disetiap KK nya, rata-rata jemaat 70% memiliki sawah, karet, perkebunan sawit dan plasma. Tingkat pendapatan jemaat kurang lebih 1. 000. 000/bulan. Sedangkan untuk rumah jemaat 75 % di bangun secara permanen dan yang belum memiliki lahan dan rumah 25%.
Pekerjaan jemaat selama ini bervariasi, dari mulai petani : padi, singkong, karet dan sawit, pedagang buruh/karyawan di PT SIP dlsb. Sedangkan untuk tingkat pendidikan jemaat : tamatan Sekolah Dasar (SD) 80 %, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 85%, Sekolah Menengah Atas (SMA) 10% dan Perguruan Tinggi/Sarjana 5%.