Sejarah GKSBS Kurotidur, Bengkulu

GKSBS Kurotidur : Mess BP 6 Desa Marga Sakti Kec. Padang Jaya Kab. Bengkulu Utara. 38657

GKSBS Kurotidur tidak bisa terlepas dengan adanya program transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia. Menurut kesaksian yang ada sampai saat ini bahwa sebelum dilakanakan program transmigrasi ke daerah Kurotidur, Bengkulu Utara yang dimulai pada tahun 1977 sebenamys pada tahun 1976 pernah ada orang-orang dari palau Jawa yang ditransmigrasikan di daerah Kurotidur sebanyak dua kali angkatan. Angkatan yang pertama maupun angkatan yang kedua pada waktu tinggal di Barak / Brak /Bodeng, tidak tinggal dalam satu rumah satu keluarga. Hal tersebut dilakukan karena memang situasinya tidak aman, dengan tinggal bersama diharapkan mereka bisa kerasan. Namun kenyataannya baik angktan pertama maupun angkatan yang kedua pemindahan penduduk dari jawa ke daerah Kurotidur semuanya pagal karena terjadi ketidakharmonisan dengan penduduk asli, Diantara mereka ada yang pindah/lari ke daerah transmigrasi yang lebih dulu yaitu daerah Kemumu, Purwodadi Argamakmur, Karang Suci. Salah seorang yang lari ke daerah Purwadadi Argamakmur adalah bapak Mijo (orang tua bapak Waluyo Mijo pernah menjabat Camat Padang Jaya).

Karena program transmigrasi ke daerah Karotidur mengalami kegagalan maka oleh pemerintah kemudian dilaksankan program TRANSAD (Trammigrasi Angkatan Darat) dari Kodam VII Diponegoro (saat ini Kodam IV Diponegoro) ke daerah Kurotidur, Bengkulu Utara sejumlah 50 KK. Para Transad datang di daerah Kurotidur unit 1 pada bulan Juli 1977. Diantara para Transad, ada yang sudah purna tugas dan ada yang masih aktif. Adapun nama-nama para Transad anatara lain: Bapak Solehkan, Sujono, Dasius, Kastubi, Gideon, Sutrisno Jawadi, Jupri, Basri, Harjo, Ngatman, Suwamo, Sugimin, Saidi, Abdulmajid, Slamet, Rusdi, Daroji, Dasimin, Diroen, Jindro, Ismael, Paslan, Suratman, Solch, Katino, Sukiman, W. Sunandi, Yudo, Rakidin, Yono, Saripin, Saimin, Wagiman, Amir, Samuri, Abu Darin, Supangat, Tarju, Darmono, Kusworo, Jamhari, Suparman, Marsiun. Diantara para transad saat ini sudah banyak yang sudah dipanggil Tuhan (salah satu transad yang beragama Kristen hanya bapak Gideon (Jemaat mula-mula GSJA)
Tiga bulan setelah Transad masuk ke Kurotidur Unit 1, kemudian transmigrasi umum ke daerah Kurotidur Unit 1 masuk mulai bulan September/Oktober tahun 1977- 1978 akhir. Transmigran umum datang dari daerah Wonosari Yogyakarta, Jawa Tengah, Wonosobo, Ambarawa. Dari Jawa Timur Pronojiwo, Lumajang. Para transmigran umum ada yang tinggal di Kurotidur Unit 1 PT. BP, MT, BSM dan AN.

Selain Daerah Kurotidur juga ditempatkan para transmigran dari pulau jawa di daerah Ketahun. Sebelat, Penarik dan Air Manjunto Mukomuko. Dalam perkembangannya, umat Kristen di daerah transmigrasi, baik di wilayah Kurotidur, Ketahun, Seblat, Penarik, sampai Air Manjunto, oleh Sinode Wilayah 1 GKJ melalui Badan Koordinasi Pembinaan (Bakobin) Daerah Pertumbuhan Baru ( DPB) bersama dengan GKB Talang Boseng (Saat ini GKSBS Bengkulu) dibina dan dilayani secara berkala. Saat itu pelayanan Sakramen di wilayah Kurotidur dilayani oleh pendeta GKB. Talang Boseng yaitu Pdt. Guntur Sudarsono. Setelah GKB Talang Boseng menjadi satu (Regrouping) dengan jemaat di Bengkulu kota dengan nama GKB Bengkulu maka pelayanan ke Daerah Pertumbuhan Baru yang menjadi wali adalah Jemaat GKB Bengkulu. Karena luasnya wilayah pelayanan dan kurangnya tenaga pelayan maka melalui Badan Koordinasi Pembinaan (Bakobin) Daerah Pertumbuhan Baru (DPB) bersama dengan GKB Bengkulu (Saat ini GKSBS Jemaat Bengkulu) mengangkat tenaga Gereja DPB yaitu Bpk. Kusnin Hadi Pramono (Almr.). Oleh tenaga DPB, para transmigran yang beragama Kristen dicari, dihimpun, diorganisir dan dilayani secara periodik sehingga terbentuklah wilayah-wilayah Daerah Pertumbuhan Baru (DPB). DPB Wilayah A Kurotidur yang meliputi Kurotidur unit 1, 4, 5, 6, 7, 8, Kurotidur, Ketahun D.5 dan D.6. DPB Wilayah B1 yang meliputi Air Muring, SP.1 Suka Makmur, SP.2 Air Putih, SP.4, SP.6. DPB Wilayah B2 yang meliputi K.5, KA Air Petai, SP.5 Air Sabai, SP.4 Air Rami, SP.1 Air Rami, SP.2 Air Rami. Wilayah Penarik yang meliputi SP.1 Penarik, SP.2 Suka Maju, SP.3 Bumi Mulya, SP.4 Teras Terunjam, SP.2 Air Manjunto, dan SP.5 Air Manjunto.

Pada pertengahan bulan Juni 1987 di daerah pertumbuhan baru di tempatkan lulusan Sekolah Calon Pendeta (Akademi Theologia) Sinode Wilayah 1 sebagai tenaga gereja ikatan dinas. Di DPB wilayah B1 adalah Bpk. Totok Triadrianto Sarwono, DPB wilayah B2 adalah Bpk. Comelius Saito, di wilayah Penarik dan sekitamya adalah Bpk. Ratmanto. Karena daerah pertumbuhan baru dan kurangnya tenaga gereja maka pada tahun 1990, tenaga gereja Bpk. Comelias Saito sebagai tenaga gereja dipindahkan dari DPI wilayah B2 Air Petai dan sekitarnya ke DPB Penarik dan sekitarnya dan ditabhiskan sebagai pendeta jemaat GKB Penarik bersamaan dengan Pendewasaan CJ. GKB Penarik pada tanggal 22 November 1995. DPB wilayah B1 dan B2 menjadi satu dan dilayani oleh Bpk. Totok TS. Dari Penarik, Bpk. Ratmanto dipindahkan ke Pamenang Jambi karena tenaga gereja Pamenang, yaitu Bpk. Tri Joko Hadi Nugrobo dipanggil oleh GKL Bandar Jaya.

Daerah Pertumbahan Baru di wilayah Kurotidur melalui pembinaan yang diselenggarakan oleh Bakobin DPB berkembang menjadi Calon Jemaat (CJ) dan secara kelembagaan dibina oleh gereja wali/gereja dewasa GKB Bengkulu, sehingga nama Calon Jemaat di wilayah Kurotidur adalah GKB Bengkulu Calon Jemaat Kurotidar. Selanjudaya Bpk. Kusnin Hadi Pramono sebagai tenaga DPB setelah menjalani aplikasi, pembimbingan dan peremtoar (Ujian Pembimbingan Calon Pendeta) pada tahun 1985, maka pada tanggal 10 November 1986 ditahbiskan sebagai Pendeta GKB Bengkulu untuk CJ. Kurotidur. Penahbisan bertempat di GKII Kebon Tebeng Bengkulu (menumpang). Dalam perkembangannya dengan melalui berbagai tahap dan program pembinaan yang diselenggarakan oleh Bakobin DPB bersama gereja wali GKB Bengkulu akhirnya GKB Bengkulu Calon Jemaat Kurotidur menjadi gereja dewasa dengan nama GKB Kurotidur. Ibadah pendewasaan GKB Kurotidur (Saat ini GKSBS Karotidur) oleh Majelis Gereja wali yaitu Jemaat GKB Bengkulu dilayani oleh Pdt. Dwi Djanarto, S.Th pada tanggal 13 Nopember 1988. Ibadah pendewasaan dilaksanakan di Gereja Oikumene Unit 1 (Saat ini sebagai lokasi Gereja Katholik di Margasakti/Kurotidur Unit 1). Dalam Ibadah Pendewasaan tersebut juga dilangsungkan peneguhan Pendeta Kusnin Hadi Pramono sebagai pendeta Jemaat GKB Kurotidur, yang sebelumya berstatus sebagai Pendeta GKB Bengkulu untuk CJ. Kurotidur. Setelah bapak Pdt. Kusnin Hadi Pramono emeritus, GKSBS Kurotidur memanggil Pdt. Comelius Saito yang saat itu berstatus sebagai pendeta jemaat GKSBS Penarik. Pada tanggal 3 Juni 2004 Pdt. Cornelius Saito diteguhkan sebagai pendeta Jemaat GKSBS Kurotidur. Ibadah peneguhan dilayani oleh Pdt. Eko Prasetyanto, S.Th. selaku pendeta konsulen GKSBS Kurotidur.

GKSBS Kurotidur semula terdiri dari 11 kelompok/wilayah pelayanan yaitu; BP, MT, DAM, Kurotidur, Tanah Tinggi/Unit 5, Batik Naa, Unit 6 Giri Malya, Unit 7, Limas Jaya, D5 Ketahun dan D.6 Ketahun. Perkembangan yang terjadi sangat cepat di tengah masyarakat dan jemaat serta kesadaran atas luasnya wilayah pelayanan dan tuntutan pelayanan diharapkan semakin merata. Efektivitas pelayanan dan pengelolaan SDA dan SDM, maka mulai tahun 2013 muncul wancana untuk menambah satu pendeta, mereka menghendaki tetap satu organisasi GKSBS Kurotidur dengan dua pendeta yang melayani. karena diantara kelompok-kelompok tidak bersedia untuk “dipisahkan”/”dimekarkan”. Pelayanan dibagi menjadi dua wiyah; GKSBS Kurotidur Wilayah 1 yang meliputi BP. Margasakti, MT. Margasakti, DAM, Kurotidur, Tanah Tinggi (Unit 5), Batik Nau dan untuk GKSBS Kurotidur wilayah 2 meliputi Giri Mulya (Unit 6), Tanjung Anom ( Unit 7), D.5 Marga Bhakti, D.6 Bukit Makmur dan Limas Jaya.

Wacana yang berkembang selanjudnya muncul keinginan kuat dari warga jemaat untuk menjadi Calon Jemaat/mekar menjadi jemaat dewasa. Dalam rapat Majelis pada tanggal 4 Januari 2014 mulai dibahas rencana pemekaran GKSBS Kurotidur. Melalui pergumulan dan pembahasan yang panjang dalam rapat-rapat Majelis GKSBS Kurotidur akhirnya semua pihak menyetujui untuk memekarkan kelompok-kelompok GKSBS Kurotidur yang terdiri dari Kelompok Giri Mulya (Unit 6), Kelompok Tanjung Anom ( Unit 7), Kelompok D.5 Marga Bhakti, Kelompok D.6 Bukit Makmur dan Kelompok Limas Jaya menjadi jemaat dewasa. Maka Majelis GKSBS Kurotidur dan juga melalui Pelawat Klasis mengusulkan pada Sidang XIII GKSBS Klasis Bengkulu mengenai rencana pemekaran GKSBS Kurotidur Calon Jemaat Giri Mulya. Sidang XIII GKSBS Klasis Bengkulu tanggal 24-25 Juni 2014 di GKSBS Seluma Artikel 11 memutuskan; Mendukung rencana pemekaran GKSBS Kurotidur Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya.

Untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan GKSBS Kurotidur dan Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya, MPK GKSBS Klasis Bengkulu pada tanggal 25 Oktober 2014 mengadakan pelawatan ke GKSBS Kurotidur. Hasil dari pelawatan tersebut dilaporkan dalam Sidang XIV GKSBS Klasis Bengkulu tanggal 18-19 Februari 2015 di GKSBS Sebelat. Atas dasar Usulan dari GKSBS Jemaat Kurotidur, Hasil pelawatan MPK, Tata Gereja GKSBS Pasal 1 Ayat 23 B dan Akta Sidang XIII GKSBS Klasis Bengkulu Artikel 11 maka Sidang XIV GKSBS Klasis Bengkulu memutuskan; Menyetujui kelompok-kelompok GKSBS Kurotidur yang meliputi Giri Mulya (Unit 6), Tanjung Anom (Unit 7), D.5 Marga Bhakti, D.6 Bukit Makmur dan Limas Jaya menjadi Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya. Maka pada hari Jumat tanggal 1 Mei 2015 Majelis GKSBS Kurotidur meresmikan Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya dengan ibadah yang dilayani oleh Pdt. Cornelius Saito dihadiri oleh warga jemaat, MPK GKSBS Klasis Bengkulu dan MPS GKSBS.

Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya terus dibina dan diarahkan oleh Majelis GKSBS Kurotidur untuk memperlengkapi sarana dan prasarana ibadah dan Sakramen, Administrasi Gereja, Pengelolaan Keuangan, Pendataan dan Pengelolaan Aset Gereja, Pengadaan Kendaraan Dinas Pendeta, Pembangunan Pastori dan terus menggali dan mengembangkan potensi yang ada untuk dapat mewujudkan diri sebagai gereja dewasa. Pada Musyawarah Majelis Klasis XV GKSBS Klasis Bengkulu tanggal 8-9 Februari 2016 di GKSBS Jemaat Penarik, berdasarkan data dari GKSBS Kurotidur dan Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya serta Laporan Pelawatan MPK GKSBS Klasis Bengkulu ke Calon Jemaat GKSBS Giri Mulya. Musyawarah Majelis Klasis XV GKSBS Klasis Bengkulu pada hari Senin 8 Februari 2016 mengesahkan bahwa bagian dari GKSBS Kurotidur yaitu kelompok Giri Mulya, Tanjung Anom, Marga Bhakti, Bukit Makmur dan Limas Jaya menjadi jemaat baru dengan nama GKSBS Giri Mulya (Akta Musyawarah Majelis Klasis XV GKSBS Klasis Bengkulu tanggal 8-9 Februari 2016 di GKSBS Penarik, Artikel 7). Selain memutuskan hal tersebut Artikel 7 Musyawarah Majelis Klasis XV GKSBS Klasis Bengkulu juga memberi mandat kepada Majelis GKSBS Kurotidur untuk melaksanakan ibadah peresmian pembentukan Jemaat baru GKSBS Giri Mulya.

Maka pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2016 Majelis GKSBS Kurotidur meresmikan bagian dari GKSBS Kurotidur yaitu kelompok Giri Mulya, Tanjung Anom, Marga Bhakti, Bukit Makmur dan Limas Jaya menjadi Gereja Dewasa GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN GIRI MULYA disingkat GKSBS GIRI MULYA.

Wilayah Pelayanan

Sampai tahun 2019, jumlah warga jemaat GKSBS Kurotidur adalah 134 KK terdiri dari 176 jiwa laki laki dan 185 jiwa perempuan. Demikian sekilas sejarah lahirnya GKSBS Jemaat Kurotidur. Dan berikut gambaran sejngkat sejarah wilayah pelayanan GKSBS Kuro Tidur.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan Kurotidur Unit 1 BP.

Di wilayah BP sebenarnya tidak ada transmigran yang beragama Kristen. Lahimya persekutuan umat Kristen di wilayah BP terjadi karena adanya perpindahan orang-orang Kristen dari daerah; Bauh Gunung Sari bapak Saad (Almr.) dan keluarga, dari Taman Ayu Jawa Timur bapak Giyanto, dari Bandar Sari, Padang Ratu tahun 1989 Bapak Kuswanto, Sdr. Suwito, Bapak Sugeng Raharjo, Bapak Sutris (Almr), Bapak Suprayitno, Bapak Wakimo Tahun 1997 pindahan dari trans unit 4. Para Perantau dari Medan bapak D. Sihombing (Almr.) PPL, bapak L. Aritonang, bapak Nababan (Almr), Bapak Ginting. Bapak Johanes Mboik pegawai ADC, Bapak Subaiyanto Tenaga Sosek Sinode. Keluarga Mbah Diroen salah satu Transmigran Angkatan Darat yang percaya kepada Tuhan Yesus dan dibaptis di wilayah BP. Sampai saat ini tahun 2019 warga jemaat di wilayah BP berjumlah 29 KK terdiri dari 50 jiwa laki-laki dan 48 jiwa perempuan.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan Kurotidur Unit 1 MT

Para transmigran yang datang wilayah MT tahun 1977 dan ada sisipan trans tahun 1978. Yang datang dari daerah Tempursari yang beragama Kristen (GKJW Tempursari) antara lain; Keluarga bapak Kuat, Bapak Ranu, Bapak Rigo, Bapak Suradi, Bapak Diono, Bapak Marikun, Bapak Murali Bapak Kasmo, Bapak Mislan, Bapak Bejan. Keluarga bapak Yadi transmigran sisipan tahun 1978. Keluarga Bapak Misran, bapak Tukidi, bapak Paijo, Bapak Kamin (Almr.). Tiga keluarga yang disebut terakhir saat ini adalah warga GEKISIA Margasakti). Oleh pemerintah saat itu warga Kristen di wilayah MT diberi tanah R ukuran 5m X 50m kemudian dibangun tempat ibadah pondok bambu yang beratapkan belahan-belahan bambu. Demi kepentingan ibadah anak cucu, bapak Kuat kemudian menghibahkan tahannya yang berdampingan dengan lokasi tempat ibadah tersebut ukuran 2.5m X 50m, kemudian Gereja membeli tanah bapak Tukidi ukuran 2,5m X 50m, dan membeli lagi tanah sertifikat yang masih atas nama bapak Kuat 2,5m X 50m. Sehingga luas tanah Gereja di wilayah MT saat ini adalah 12,5m X 50m. Sampai tahun 2019 warga jemaat di wilayah MT berjumlah 56 KK terdiri dari 55 jiwa laki-laki dan 55 jiwa perempuan.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan DAM

Warga Jemaat di wilayah DAM terbentuk dengan datangnya orang-orang Kristen yang pindah dari Kota Napal. Lampung Utara pada tahun 1993 ke desa Kurotider seberang DAM Air Lais. Orang-orang Kristen mula-mula yang datang dari Kota Napal adalah bapak Maro Reja dan keluarga, bapak Yustus (Almr.) dan keluarga, bapak Jani (Aline) dan keluarga. Ibadah mula-mula dilaksanakan di rumah bapak Yustus pada tahun 1994 kemudian pindah di rumah bapak Marto Rejo. Tanah Gereja yang ada mala-mula merupakan hibah dari bapak Marto Rejo dengan ukuran 15m X 19m. Kemudian membeli tanah milik Ibu Rut (anak bapak Marto Rejo) yang posisinya dibelakang tanah gereja dengan ukuran 15m X 19m. Jemaat di wilayah DAM saat ini berjumlah 11 KK terdiri dari 14 jiwa laki-laki dan 15 jiwa wanita.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan Kurtidur

Warga jemaat di wilayah Kurotidur terbentuk dengan adanya Trans Diakonat tahun 1989 yang diprogramkan oleh Sinode GKSBS. Warga yang ikut program Trans Diakonat adalah orang-orang Kristen dari Ngalam (Saat ini Kec. Air Periukan Kab. Seluma). Orang-orang Kristen mula-mula yang datang di Kurotidur mengikuti program Trans Diakonat adalah; Keluarga Bapak Tukiman, Bapak Sukirman, Bapak Sudi Mitoyo, Bapak Harmo (Almr.), bapak Kromo (Almr.), Bapak Mursidi (Almr.), Bapak Parjak. Persekutuan dimulai pada bulan September 1989 di rumah bapak Sukiman Sampai tahun 2019. Jumlah warga jemaat di wilayah Kurotidur adalah 19 KK yang terdiri dari Laki-laki 22 jiwa dan perempuan 28 jiwa.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan Unit 5/ Desa Tanah Tinggi.

Transmigran datang di Unit 5/ Desa Tanah Tinggi pada bulan Nopember 1978 sejumlah 50 KK. Dari jumlah tersebut ada 2 KK yang beragama Kristen yaitu Bapak Sujiono sekeluarga dan Bapak Tompo (Almr.) sekeluarga. Kedua keluarga ini berasal dari Pandung Sari Kec. Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tahun 1984 di wilayah Unit 5 Tanah Tinggi sudah membangun tempat ibadah diatas tanah 15m X 20m yang merupakan Hibah dari bapak Sujiono. Kemudian membeli tanah di samping Gereja dengan Ukuran 15 m X 50m sertifikat atas nama bapak Sujiono. Dari dua kepala keluarga di tahun 2019 ini sudah menjadi 11 KK dengan jumlah jiwa Laki-laki 20 jiwa Wanita 19 jiwa.

GKSBS Kuro Tidur Wilayah Pelayanan Batik Nau

Transmigran masuk ke daerah Samban Jaya, Maninjau, Limas Jaya dan sekitarnya (Kec. Batik Nau) pada tahun 1984. Seiring masuknya transmigran daerah antara Batik Nau dan Ketahun D.6 dibuka Perkebunan Karet PTPN VII. Dengan dibukanya perkebunan tersebut datang para perantau dari Sumatera Utara dan juga dari daerah lain untuk bekerja sebagai karyawan perkebunan karet tersebut. Ketika pemerintah membangun sarana pendidikan/sekolah, sarana kesehatan/Puskesmas, APPP, maka ada penempatan pegawai/PNS di sekolah, Puskesmas, PPL dan di antara para PNS itu ada yang beragama Kristen. Warga jemaat di wilayah Batik Nau mula-mula terbentuk dari para karyawan PTPN VII/Perantau antara lain Bapak Manik (Almr.), Bapak Simbolon, Bapak Nababan, Bapak Simanjuntak, Bapak PN. Manik. PNS/guru antara lain bapak Sihombing, Ibu Sianturi, Ibu Lisda Tambunan, Ibu L. Manurung hapak Daniel Hartono, Bapak H. Saragih (PPL), Para Medis Ibu R. Purba (Perawat), Ibu Maria (Bidan), dr. Sondang Hasibuan, yang ditempatkan di daerah Batik Nau dan sekitarnya. Tahun 1987 bapak Kasmin pindah dari Batu Raja ke daerah Samban Jaya, Batik Nau dan tahun 1994 baru mulai bergabung beribadah di GKSBS Kurotidur wilayah pelayanan Batik Nau. Wilah pelayanan Batik Nau telah membeli tanah untuk lokasi gereja dan telah dibangun tempat ibadah. Karena kondisi tempat ibadah sudah rapuh dimakan rayap, ada upaya untuk dibangun, namun menghadapi kendala karena ada anggota masyarakat yang tidak setuju pembangunan tersebut, dan sampai saat ini tempat ibadah ditutup/tidak digunakan, Saat ini ibadah dilaksanakan di rumah hapak H. Saragih di Paninjau. Upaya untuk mendapat IMB sudah mendapatkan rekomendasi dari FKUB Kabupaten Bengkulu Utara dan masih dalam proses. Apabila ijin sudah diterbitkan pembangunan tempat ibadah di tanah hibah dari bapak F. Situmorang /Lisda Tambunan.

    Nara sumber :
    Wilayah pelayanan MT: Bp Ngatemin, Bp Sarji, Bp Suwamo, Bp. Meslan
    Wilayah pelayanan BP : Bp Kuswanto, Bp Suprayitno, Ibu Wakimo.
    Wilayah pelayanan Tanah Tinggi/Unit 5 : Bp Sujiono
    Wilayah pelayanan DAM : Bp Marto Rejo, Bp Sri Hadi Suranto, Bp Tugiman, Bp Waluyo
    Wilayah pelayanan Kurotidur : Bp. Sudi Mitoyo, Bp Tukiman, Bp Yohanes, Bp. Susilo
    Wilayah Batik Nau hapak Daniel Hartono, bapak Kasmin.
    Bp Tri (majelis Girimulya)
    Pdt. Comelius Saito


    Silakan dibagi