Sejarah GKSBS Lembah Kasih

Pada sekitar tahun 1995, sebuah perusahaan udang terbesar di Asia Tenggara dibuka di wilayah Bratasena sehingga banyak orang yang berdatangan untuk mendapatkan pekerjaan, baik sebagai petambak maupun karyawan perusahaan. Di antara ribuan petambak dan karyawan tersebut, ada sebagian kecil anak-anak Tuhan (orang Kristen). Perusahaan menyediakan berbagai fasilitas umum dan termasuk sarana ibadah umat beragama. Bagi umat Kristen disediakan satu gereja yang terletak di kompleks central housing yang dipakai bersama dengan umat Katolik. Pada saat itu, gereja protestan ibadahnya diselenggarakan oleh GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun). Kenapa GKPS? Karena saat itu beberapa saudara kita dari suku Batak menduduki posisi penting di perusahaan Central Pertiwi Bahari (CPB) dan itu akan mempermudah komunikasi pihak gereja dengan pihak perusahaan.

Pada awal tahun 2002, ada kunjungan dari GKSBS Klasis Seputih Raman yang mengikuti kegiatan gereja di central housing. Dalam kegiatan itu diamati bahwa 95 % anggota jemaat yang hadir adalah berlatarbelakang GKSBS. Dari pengamatan itu, maka muncullah ide bagi sebagian anggota jemaat yang selama ini beribadah “di GKPS” tersebut untuk memisahkan diri dan menyelenggarakan ibadah sendiri secara GKSBS. Saat itu dimulailah membentuk panitia Bakal Calon Jemaat (BCJ) GKSBS yang diberi nama BCJ BAHARI. Selain dari kenyataan bahwa kebanyakan jemaat berlatarbelakang GKSBS, ada 2 alasan lain untuk memisahkan diri dari GKPS  yaitu:

  • Liturgi ibadah antara GKPS dan GKSBS berbeda.
  • Secara organisasi, masing-masing juga memiliki Sinode sendiri-sendiri.

Pada tanggal 09 Maret 2002, bertempat di gereja housing dilaksanakan pertemuan yang dihadiri oleh Pdt. Purba (Resort), sebagai ketua perwakilan dari GKPS dan Pdt. Kuntadi sebagai ketua perwakilan GKSBS Klasis seputih Raman dan Panitia BCJ Bahari (Bakal Calon Jemaat Bahari) yaitu Bp. Muji Prayitno sebagai ketua. Dalam Pertemuan itu di sepakati untuk berpisah dan beribadah dengan liturgi dan organisasi masing-masing. BCJ Bahari dilayani oleh GKSBS Lembah Seputih, Klasis Seputih Raman. Sejak saat itu BCJ BAHARI beribadah di gereja housing sebagai gereja bersama namun dengan waktu ibadah yang berbeda dengan GKPS dan Katolik.  Beberapa bulan berjalan status BCJ dinaikan menjadi CJ (Calon Jemaat) BAHARI. Pada tahun yang sama ada beberapa KK yang ada di sekitar perusahaan yaitu desa Sri Pendowo ikut bergabung  ke CJ BAHARI sehingga Jumlah jiwa CJBAHARI  menjadi 224 jiwa meliputih 3 kelompok yaitu; kelompok Krosok, Impra dan Sri Pendowo.  Pada tahun 2004, GKSBS Rawa Jitu menyerahkan 5 KK, jemaat di wilayah Dente untuk bergabung ke CJ BAHARI.

Pada tahun 2006, GKSBS memanggil Sdr. Iyon Sih Marmo sebagai calon pendeta untuk ditugaskan melayani di CJ BAHARI. Setelah beberapa bulan melayani kemudian dilaksanakan evaluasi oleh Majelis Jemaat GKSBS Lembah Seputih dan menyatakan bahwa Sdr. Iyon Sih Mirmo tidak dilanjutkan. Pada tanggal 30 Agustus 2007, MJ Lembah Seputih memanggil  Sdr.Thomas Johannis Tupan S.Si. setelah yang bersangkutan lolos seleksi yang dilaksanakan oleh MPS GKSBS untuk membantu pelayanan di CJ BAHARI. Setelah melewati tahap perkenalan dan orientasi, maka rapat MJ GKSBS Lembah Seputih memutuskan untuk melanjutkan proses pemanggilan Pendeta ke tahap Pembimbingan Calon Pendeta. Pada tanggal 16 Desember 2008 merupakan momen yang sangat penting yaitu penahbisan pendeta atas diri Pdt. Thomas Johannis Tupan S.Si dan sekaligus pendewasaan jemaat dari Calon Jemaat BAHARI  menjadi jemaat dewasa yaitu GKSBS BAHARI. Dan kesempatan itu pula dilaksanakan penyerahan 4 KK jemaat yang ada di kelompok KM 52 Indo Lampung dari GKSBS TIRTA KENCANA ke GKSBS Bahari, sehingga ada 5 kelompok yaitu;  Kelompok KrosokImpra, Sri Pendowo, Dente dan KM 52 Indolampung.

Pada tahun 2010 terjadi pergolakan dikelompok Sri Pendowo terkait nama GKSBS “BAHARI”. Bagi teman-teman di kelompok Sri Pendowo nama “BAHARI” identik dengan perusahaan CPB (Central Pertiwi Bahari) sehingga tidak mengakomodir  mereka yang diluar CPB. Hal ini membuat sebagian besar jemaat yang ada di GKSBS BAHARI kelompok Sri Pendowo pindah ke GPIB. Dari jumlah 19 KK, 12 KK pindah ke GPIB dan 7 KK tetap bertahan di GKSBS. Memang, dari 12 KK itu sebagian besar ada hubungan kekerabatan dan ada beberapa KK yang berlatarbelakang GPIB Gedung Aji Baru. Dari Peristiwa itu pada bulan Agustus 2010 dalam rapat MJ GKSBS BAHARI diputuskan untuk menggati nama GKSBS BAHARI menjadi GKSBS LEMBAH KASIH.

Pada tahun 2013, pergolakan terjadi kembali. Kali ini antara para petambak udang dan pihak perusahaan yang tentu saja berimbas pada kehidupan bergereja. Dari peristiwa itu, ada sebanyak 27 KK atau 83 jiwa jemaat GKSBS Lembah Kasih yang selama ini sebagai petambak dan karyawan perusahaan, meninggalkan wilayah Bratasena. Ada yang pindah bekerja ke tempat lain dan ada yang pulang ke kampung asal. Kegiatan bergereja tetap berjalan di  lima  kelompok tersebut. Tetapi pada tahun 2017 terjadi pengurangan tenaga kerja karyawan perusahaan. Ada 7 KK yang terkena PHK dan akhirnya mereka pulang ke kampung asal. Melihat situasi dan jumlah yang bekerja sebagai petambak tinggal 4 KK, maka MJ memutuskan untuk ibadah kelompok Krosok digabungkan di Sri Pendowo. Saat ini GKSBS LEMBAH KASIH memiliki 3 kelompok yaitu; kelompok Sri Pendowo, Dente dan KM.52 Indo Lampung dengan total 48 KK (141 Jiwa).

Silakan dibagi