Sejarah Berdirinya Jemaat
GKSBS Padang Ratu adalah sebuah Gereja Kristen Protestan yang berkantor di Dusun VII, RT 17/RW 7, Kampung Bandar Sari, Kecamatan Padang Ratu, Lampung Tengah, 34176. GKSBS Padang Ratu memiliki tujuh kelompok pelayanan yaitu: Srikaton, Kota Baru, Bandar Sari, Karang Sari, Negri Bakti, Kresnoasih dan Talang Rejo. Dari ketujuh kelompok ini, mulanya terletak di eks Kecamatan Padang Ratu Lama yang sekarang telah berkembang menjadi lima (5) kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Anak Tuha, Padang Ratu, Pubian, Selaggai Lingga dan Anak Ratu Aji.
Sejarah GKSBS Padang Ratu di tiap-tiap kelompok, dalam proses terbentuknya memiliki keunikan masing-masing. Dimulai dari para transmigran yang mencoba untuk mengadu nasib serta mencari lahan baru karena lahan di pulau Jawa yang kian sempit. Kemudian juga adanya peluang tawaran pekerjaan di perusahan milik pemerintah. Sampai terjadinya penggusuran lahan yang menyebabkan mereka berpindah tempat, dan lain-lain. Para pendahulu kita ini, berusaha menjalankan perannya sebagai gereja Tuhan. Mereka mencari dan mengumpulkan saudara-saudaranya satu iman, bahkan bersaksi dan memenangkan jiwa bagi Kristus, meskipun dalam keadaan yang sarat dengan kemiskinan dan kekurangan.
Berurutan dari kedatangan dan proses menjadi sebuah persekutuan, kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
- Kelompok Kota Bima (Kota Baru sekarang) yang dirintis oleh Bpk.Atmo Wiharjo pada tahun 1966.
- Kelompok Srikaton yang dirintis oleh Bpk. Mingan, dibantu oleh Bpk. Margi, Bpk. Karyo Setu dan Bpk. Sakiran, pada tahun 1971.
- Kelompok Bandar Sari yang dirintis oleh Bpk.Mudiono, yang kemudian dibantu oleh Bpk. Widodo, Bpk.Sujono, Bpk.Yosafat dan Bpk. Sayuti, pada tahun 1972.
- Kelompok Karang Sari yang dirintis oleh Bpk. Samuel Muslimin, yang kemudian dibantu oleh Bpk. Samuel Dapulangga, Bpk. A.Christyanto, dan Bpk.Teguh Sugiman, pada tahun 1975.
Keempat kelompok di atas tergabung menjadi anggota Gereja Kristen Lampung (GKL) Metro pada tahun 1976. Tiga kelompok lainnya bergabung pada tahun-tahun sesudahnya. Kelompok-kelompok itu antara lain:
- Kelompok Negeri Bakti dirintis oleh 6 KK yang berasal dari Bergen, Tanjung Bintang, yaitu keluarga Bpk.Supardi Pani, Sipon, Sutoto, Juri Purnomo, Jumino dan Mulyono, pada tahun 1981.
- Kelompok Kresnoasih dirintis oleh Bpk.Paniyo, yang kemudian dibantu oleh mbah Wiji, Bpk. Slamet, Bpk. Yanto, Bpk. Harjo, dan Bpk. Bari, warga pindahan dari Bandar Agung, Sribawono tahun 1986.
- Kelompok Talang Rejo dirintis oleh Bpk. Jarwo, Bpk.Mono, Bpk. Sidik, Bpk. Untung dan Bpk. Manurung, warga pindahan dari Bandar Agung, Sribawono, pada tahun 1989.
Sebelum didewasakan pada tanggal 15 Desember 1987 dengan nama Gereja Kristen Lampung (GKL) Padang Ratu, awalnya GKSBS Padang Ratu adalah Daerah Pertumbuhan Baru (DPB) wilayah pembinaan dari GKL Metro. Pada masa-masa dibawah pembinaan GKL Metro, pelayanan dilakukan oleh Pendeta Pelayanan Umum dari sinode yaitu Pdt. R.Siswodwijo, Pdt.Poejosoewito, Pdt.Joko Soedomo, guru Injil Bpk. Saliyan (1974-1977) sebelum dipanggil menjadi pendeta GKL Seputih Surabaya, dan Bpk. Suwarjono (1983-1985) sebelum kemudian dipanggil juga menjadi pendeta di GKL Baradatu. Sebelum memiliki pendeta sendiri setelah didewasakan, sinode mengutus pendeta konsulen untuk GKL Padang Ratu yaitu Pdt. Untung Marsudi, Pdt. Sayekti dan Pdt. Basuki Jati Murdowo.
Pada tanggal 1 Januari 1991, Majelis Jemaat GKSBS Padang Ratu menetapkan C.Pdt Sugianto, S.Th sebagai calon pendeta dan pada tanggal 15 Desember 1992 ditahbiskan menjadi pendeta GKL Padang Ratu. Pada Juli 1997 Pdt.Sugianto pindah ke GKSBS Jambi dan beliau diteguhkan menjadi pendeta disana. Pada masa-masa pelayanan Pdt.Sugianto telah diletakan dasar-dasar tri tugas gereja yakni bersaksi, bersekutu dan melayani. Untuk menghilangkan kepentingan kelompok yang lebih utama maka oleh Pdt. Sugianto, S.Th sistem sentralisasi keuangan diberlakukan. Tugas pokok dan fungsi majelis gereja dipertegas. Selanjutnya pada tanggal 26 Februari 1998 GKSBS Padang Ratu kembali dikonsuleni oleh Pdt. Basuki Jati Murdowo, S.Th, sampai bulan Mei 1999. Pada bulan Mei 1999 GKSBS Padang Ratu dikonsuleni oleh Pdt. Yohanes Fajar Handoyo, S.Th, sampai dengan penahbisan Pdt. Kus Aprianto, S.Si pada tanggal 7 Mei 2001. Pada masa Pdt. Kus Aprianto, S.Si penekanannya pada pendidikan anak-anak Sekolah Minggu, sosialisasi Perjamuan Kudus untuk Anak dan rencana strategis (renstra) GKSBS Padang Ratu. Pelayanan Pdt. Kus Aprianto, S.Si berakhir pada pertengahan Juli 2007 ketika beliau memutuskan menjadi dosen di STT Palembang. Pada bulan Februai 2008 panitia pemanggilan pendeta dibentuk dan berkomunikasi dengan Sekum GKSBS, MPK Klasis Metro dan Pdt. Ferry Rommel Orlando Panjaitan, S.Si yang semula melayani di GKSBS Belitang. Tanggal 1 April 2008 Pdt. Ferry R.O.P, S.Si dipanggil di GKSBS Padang Ratu untuk orientasi. Tanggal 28 Agustus 2008 beliau diteguhkan menjadi pendeta GKSBS Padang Ratu. Visi Pdt. Ferry R.O.P S.Si adalah menjadi hamba/alat jembatan Allah yang setia. Dengan misi selalu menjaga kekudusan diri, penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan menyatakan kebenaran-Nya di tengah masyarakat. Kemudian pada tanggal 14 Oktober 2014 pelayanan beliau berakhir karena mengundurkan diri dari pelayanan di GKSBS Padang Ratu, dengan mengajukan permohonan untuk mutasi dan jemaat Padang Ratu menyetujui hal tersebut. Sampai tahun 2017 GKSBS Padang Ratu di konsuleni oleh Pdt. Heri Surawan, S.Si sebelum digantikan oleh Pdt. Chandra Istiono, S.Th pada awal tahun yang sama. Saat ini, Pdt. Herwanto Budi Prasetyo, S.Th menjadi Pendeta Jemaat di GKSBS Padang Ratu setelah beliau ditahbiskan pada 5 Februari 2019.
Sejarah Berdirinya Kelompok-Kelompok
Sejarah tiap-tiap kelompok yang membangun komunikasi dengan gereja agar mendapat pemeliharaan rohani. Mereka awalnya adalah para transmigran, baik lokal ataupun dari luar pulau secara swadaya.
- Kelompok Srikaton
Kelompok Kristen di Srikaton bermula dari 4 KK, yaitu: Keluarga Bpk. Mingan yang berasal dari GPIB, kemudian keluarga Bpk. Margi, Bpk. Karyo Setu, Bpk. Sakiran, yang berasal dari GKJW Kali Gadung dan Ampel Gading, Jawa Timur. Mula-mula kegiatan ibadah bertempat di rumah Bpk. Mingan di desa Sriwayah pada tahun 1971. Selain 4 KK diatas, warga gereja yang hadir beribadah saat itu ada yang berasal dari karyawan PT. Tebu, yang ada berdekatan dengan daerah Sriwayah, sebelum PT tersebut bangkrut ( ± ) di tahun 1974. Keadaan ini mengakibatkan banyak karyawan Kristen yang ada bekerja di sana berpindah tempat untuk mencari kerja. Pelayanan pertama dilakukan oleh Pendeta Pelayan Umum yaitu Bpk. Pdt.Poejdosoewito yang kemudian dilanjutkan oleh Pdt.R.Siswodwijo.
Pada tahun 1974 datanglah keluarga Bpk. Slamet dari GKJW Ampel Gading dan menetap di Srikaton. Disusul dua tahun kemudian 1976, rombongan dari GKJW Puji Arjo, yaitu Keluarga Bpk. Winoto, Bpk. Citro, Bpk.Gudri, Bpk. Karyo Kendang, Bpk.Tyas Harjo, Bpk Hadi, datang dan menetap pula di Srikaton. Keadaan ini membuat jumlah warga Kristen di kelompok ini bertambah secara signifikan. Selain mendapatkan pelayanan secara berkala dari Pdt. R.Siswodwijo, dan guru Injil Bpk. Saliyan, pelayanan sekolah minggu di kelompok Srikaton ini dibantu juga oleh Bpk.Suyono Yuwono yang saat itu berprofesi sebagai guru SD di Purwosari tahun 1978. Di tahun-tahun berikutnya pelayanan dari guru Injil Suwarjono, ibu Anik, serta (konsulen) Pdt. Untung Marsudi, Pdt. Basuki Jati Wurdowo, mengisi perjalanan pertumbuhan kelompok ini.
Karena keadaan yang kurang secara ekonomi, pada sekitar tahun 1980’an banyak warga gereja yang berpindah tempat demi mencari kehidupan yang lebih baik dan layak. Beberapa keluarga kembali ke Jawa dan beberapa yang lainnya mencari wilayah transmigrasi yang lebih menjanjikan. Dikemudian hari, oleh karena warga gereja di Sriwayah hanya ada 1 KK, dan banyak warga gereja yang bertempat tinggal di wilayah Srikaton, maka atas inisiatif Bpk. Sarjuni dkk, tahun 1985 kebaktian pun berpindah tempat ke desa Srikaton hingga sekarang.
- Kelompok Kota Baru
Penduduk desa Kota Baru mayoritas perantauan berasal dari Kotabima, kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Barat. Awalnya bernama Kota Bima I, merupakan pecahan dari Umbul Tetayan, kampung Kauripan. Sedangkan Kota Bima II sekarang bernama Kampung Karang Tanjung.
Sekitar tahun 1967, Bpk. S. Atmo Wiharjo berpindah dari Sridadi, Bangun Rejo, ke Umbul Way Tetayan (‘Kota Baru’ sekarang). Banyak penduduk Jawa Barat di tahun 1964 yang sudah pindah sebelumnya ke wilayah ini. Pada waktu itu hanya Bpk. Atmo (nama panggilan) sendiri yang sudah menjadi Kristen, sementara anak dan istrinya masih memeluk agama Islam. Selanjutnya dalam kerinduannya untuk bersaksi kepada banyak orang tentang Kristus, Bpk. Atmo berinisiatif mencari hubungan dengan gereja, yang akhirnya mendapatkan hubungan yang tetap dengan GKL Metro, tahun 1971. Adapun pelayanan rohani pertama dilaksanakan oleh Pendeta Pelayan Umum (PPU), bapak Pdt. R. Siswodwijo. Awalnya kedatangan PPU ini hanya mengunjungi keluarga Bpk. Atmo saja. Namun, lambat laun banyak orang akhirnya tertarik untuk mendengarkan pengajaran tentang Injil yang disampaikan oleh Pdt. R.Siswodwijo dan menyerahkan diri kepada Kristus untuk dibabtis dan diselamatkan. Selain dilayani oleh Pdt. R. Siswodwijo, kelompok Kota Baru juga mendapatkan pelayanan dari Pdt. R.S.Poedjosoewito, PPU dari Tanjung Karang. Baptisan pertama terjadi pada tanggal 8 Januari 1972 dimana 11 KK menyerahkan diri kepada Kristus, yaitu: Keluarga Bpk Darmo, Bpk. Harsono, Bpk. Sastro, Bpk. Parman, Bpk. Nassukardi, Bpk. Sumarto, Bpk. Kuswandi, Bpk. Rukinta, Bpk.Tarnama, Sdr. Sunardi, dan Sdr. Hadi Nuryanto. Jumlah orang yang dibabtis saat itu ada 22 orang dewasa dan 11 orang anak-anak. Saat itu kebaktian masih menumpang di rumah Bpk. S. Atmo Wiharjo.
Pada tanggal 18 Mei 1972, didatangkanlah seorang guru Injil bernama ibu Sihani Darmawati untuk melayani di kelompok Kota Baru. Selain mengembangkan pelayanan sekolah minggu, ia juga memperkenalkan pemahaman Alkitab (PA) kepada warga dewasa yang diadakan di luar hari minggu. Yang dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok bapak-bapak dan kelompok ibu-ibu. Di tahun 1974-1977 datanglah guru Injil Bpk. Saliyan. Pelayanan secara terartur terjadi sekitar tahun 1976, setelah sekitar 15 KK memerlukan pelayanan Katekisasi. Pada tahun ini pula, sinode GKSBS menjadikan GKL Padang Ratu sebagai Daerah Pertumbuhan Baru (DPB), yang meliputi kelompok Kotabaru, Srikaton, Bandar Sari dan menyusul Karang Sari. Di tahun 1977 Bpk. Saliyan dipanggil oleh GKL Seputih Surabaya dan ditahbiskan menjadi Pendeta disana. Kemudian di tahun (1983-1985) datanglah guru Injil Bpk. Suwarjono. Namun pada tahun 1985 beliau harus pergi dari GKL Padang Ratu karena dipanggil oleh GKL Baradatu dan ditahbiskan menjadi pendeta disana. Sinode pun akhirnya mengutus pendeta konsulen untuk GKSBS Padang Ratu yaitu Pdt.Untung Marsudi, dan Pdt.Basuki Jati Murdowo, untuk mempersiapkan gereja yang baru dewasa ini agar memiliki pendetanya sendiri. Pendampingan ini dimulai sejak peresmian calon jemaat Padang Ratu menjadi DPB (GKL) Padang Ratu. Yang berarti bahwa ada pergantian konsulen yang diutus oleh sinode. Dari Pdt.Poejosuwito kepada Pdt. R.Siswodwijo kepada Pdt.Untung Marsudi dan berikutnya Pdt. Basuki Jati Wurdowo.
- Kelompok Bandar Sari
Kelompok Bandarsari bermula dengan adanya hubungan Bpk.Mudiono dengan Pdt. Joko Soedomo dari Simpang Agung/Sidowayah. Dimana beberapa KK orang Kristen berhimpun beribadah di rumah Bpk.Mudiono tersebut, yaitu: Bpk. Widodo, Bpk.Sujono, serta Bpk.Yosafat dan Bpk. Sayuti dari Umbul Gedek. Pelayanan pertama pada minggu ke 3 tahun 1972. Dan baptisan pertama dilakukan pada tanggal 23 Desember 1972. Kebaktian berikutnya bergilir ke rumah-rumah warga. Dan akhirnya kebaktian menetap di keluarga Bpk. Sujono.
Pelayanan selanjutnya dilakukan oleh Bpk. Pdt.Poedjosoewito dan kemudian dilanjutkan oleh Bpk. Pdt.R.Siswodwijo. Sekitar tahun 1980’an, Bpk.Suyono Yuwono mulai bergereja di Bandar Sari dan menyusul kemudian Bpk Samuel Muslimin pada tahun 1982. Kedua orang ini mengambil peran dalam panitia pembangunan gereja, juga dalam hal pembinaan iman di kelompok ini. Warga gereja rindu memiliki gedung gereja sendiri agar tidak berpindah-pindah tempat ibadahnya. Karenanya mereka membentuk panitia pembangunan gereja yang saat itu diketuai oleh Bpk. Subardi Siswo Saputro karena beliau berperan penting di pemerintahan sebagai pengawas/penilik SD Padang Ratu. Meskipun menghadapi banyak hambatan dari berbagai pihak, namun akhirnya pada tahun 1982 pembangunan gereja kelompok Bandar Sari mulai dilakukan sampai selesai. Kelompok Bandar Sari ini juga pernah mendapatkan pengkonsulenan dari Pdt. Untung Marsudi, Pdt. Sayekti, dan Pdt. Basuki Jati Murdowo. Perkembangan berikutnya kelompok ini adalah berasal dari warga pendatang dan dari warga yang ada lewat pernikahan dan kelahiran.
- Kelompok Karang Sari
Diawali dari kehadiran Bpk. Samuel Muslimin, datang dari Jogja 19-25 Desember 1974 ke Lampung. Beliau bekerja sebagai mantri kesehatan di perkebunan pemerintah (PNP 19), di wilayah Padang Ratu. Karena keadaan rumah bedeng yang kurang nyaman, akhirnya beliau memutuskan untuk membeli tanah di desa Karang Sari. Dari sinilah beliau mulai rindu mengadakan PI dibantu oleh Bpk. Samuel Dapalangga, PI tersebut menjangkau penduduk desa setempat. PI tersebut tidak hanya dilakukan dari rumah ke rumah, beliau juga mendirikan sekolah menyulam dan menjahit untuk warga, sambil mengajarkan cerita-cerita Alkitab kepada anak-anak di hari rabu. Kemudian ditahun 1975 datanglah Bpk. Teguh dan Bpk. Christyanto, yang mula-mula diminta untuk mengajar Sekolah Minggu, namun dikemudian hari membantu melayani dan ber-PI bersama. Kedua orang ini sangat efektif dalam membantu melayani jiwa-jiwa bagi Kristus di kelompok ini. Dalam proses pembangunan gereja, atas bantuan Ir. Wahyono dari PNP 19 memerintahkan kepada warga gereja dan masyarakat untuk mengambil kayu secukupnya untuk pembangunan rumah ibadah (gereja). Kamituo/sesepuh desa mengkoordinir proses pengergajian kayu mulai dari Rt 01 sampai Rt 10 bergiliran untuk pembangunan gereja tersebut. Kebaktian dimulai pada 31 Juli 1975, diadakan di rumah warga yaitu Bpk. Samuel Muslimin, yang dilayani oleh Bpk. Saliyan. Ada juga Bpk. Suyono Yuwono yang saat itu dilibatkan juga kesediaannya untuk mengajar Sekolah Minggu di tahun 1976. Anak rohani pertama yang mereka menangkan adalah Keluarga Bpk. Roslan, kemudian menyusul keluarga Bpk. Giono, Bpk. Sutris, Bpk. Rono Sastro, Bpk.Gimin. Pernikahan pertama tanggal 24 Juli 1977 adalah Bpk.Hadi Suparno dan Ibu. Titik Rahayu. Pada tahun 1978 datanglah Bpk.Ranto dari GKJ Nyamak, Salatiga dan tahun 1979 datang juga warga Kristen dari Gandrung, Cilacap Keluarga Bpk.Mustakim saudara dari Bpk. Samuel Muslimin, yang kemudian diajak untuk terlibat juga dalam PI dan pelayanan. Dan semakin bertambahlah jiwa-jiwa yang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai juruselamat.
Pembangunan gereja yang permanen peletakan batu pertama dilakukan pada 31 Juli 1978, oleh Pdt. R. Siswodwijo. Pelayanan rohani oleh konsulen mula-mula dilakukan oleh Bpk. Pdt.R.Siswodwijo. sebelum akhirnya digantikan oleh Pdt. Untung .M, Pdt. Sayekti dan Pdt. Basuki Jati Murdowo.
- Kelompok Negeri Bakti
Kelompok Kristen di Negri Bakti dimulai dengan 6 KK yang berasal dari Bergen, Tanjung Bintang, yaitu keluarga Bpk.Supardi Pani, Sipon, Sutoto, Juri Purnomo, Jumino dan Mulyono. Sebanyak 22 KK tapol (tahanan politik), yang merupakan korban dari peristiwa orde baru (1965-1966), dipekerjakan oleh pemerintah dengan pengawasan dari Korem 043 Gatam mengerjakan proyek membuat kebun kelapa di daerah Kertasari, Bergen. Pada tanggal 5 Mei 1981 memutuskan untuk berpindah ke proyek pancasila milik YOSK di wilayah Padang Ratu, tepatnya di Negeri Mertani, karena diperintahkan untuk mengosongkan wilayah proyek perkebunan kelapa tersebut oleh pihak yang berkuasa saat itu.
Keluarga-keluarga Kristen yang ada di sana, mencari saudara-saudara satu imannya yang terdekat di wilayah Karang Sari. Awalnya mereka beribadah di Karang Sari di rumah bapak Mustakim, sebelum akhirnya meminta pelayanan yang lebih teratur. Pelayanan ibadah mula-mula dilayani oleh Majelis Gereja yang berada di Karangsari saat itu, yaitu: Bpk. Samuel Muslimin, Christyanto, Teguh Sugiman. Lalu mendapat pelayanan pula dari guru Injil Bpk. Suwarjojo, serta konsulen Pdt. Untung Marsudi dan Pdt. Basuki Jati Murdowo. Pembangunan gereja di wilayah ini adalah pada tahun 1983. Bpk. Juri Purnomo belum bergabung dengan kelompok GKL saat itu, karena beliau berasal dari gereja Advent, beberapa tahun sesudahnya baru menggabungkan diri ± 1991. Perkembangan warga di Negri Bakti ini selain berasal dari kedatangan warga gereja dari tempat lain juga dari warga setempat.
- Kelompok Kresno Asih
Kelompok Kristen di Kresno Asih berasal dari warga gereja yang pindah dari Bandaragung, Sribawono, Lampung Timur. Mereka adalah transmigran yang berasal dari Tawang Sari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Berpindah mencari penghidupan yang lebih layak dari Jawa ke Lampung sekitar tahun 1965. Karena adanya penggusuran lahan oleh pemerintah, maka Bpk. Paniyo berinisiatif untuk mencari daerah transmigrasi yang baru di wilayah Kresnoasih. Awalnya beliau sendiri yang datang ke Kresnoasih ini tahun 1986, kemudian baru membawa keluarga dan saudara-saudaranya yang lain, yang tahun kedatangannya berbeda-beda. Kemudian Bpk. Panio berusaha mencari hubungan dengan saudara-saudara seiman yang lain dan menemukan GKL kelompok Karang Sari (DPB), serta meminta bantuan pelayanan dari majelis kelompok ini. Mulanya warga berjumlah 6 KK yaitu Keluarga mbah Wiji, Bpk. Slamet, Bpk. Yanto, Bpk. Harjo, Bpk. Bari, Bpk. Paniyo.
Sebelumnya jemaat di kelompok ini beribadah ke kelompok Karang Sari. Kemudian kebaktian secara rutin baru dimulai pada tanggal 2 Nopember 1986, bertempat di rumah warga yaitu Bpk. Paniyo. Pembangunan gereja di tempat ini pada tahun 1991. Pembukaan kebaktian mendapat dukungan dari masyarakat setempat dan dihadiri oleh pamong desa. Kelompok ini mendapatkan pelayanan konsulen dari Pdt. Untung Marsudi dan Pdt. Basuki Jati Murdowo.
- Kelompok Talang Rejo
Beberapa keluarga di tempat ini adalah para transmigran dari Tulung Agung, Jawa Timur. Sekitar 1964 mereka berpindah dari Jawa Timur ke pulau Sumatera. Mereka menetap di Lampung. Tepatnya di wilayah Bandar Agung, Sribawono. Disana mereka adalah jemaat dari GKSBS Sribawono, beberapa anggota jemaat dibabtis oleh Pdt. Abner, sebelum digantikan oleh Pdt.Joko Sudomo. Tahun 1987 mereka pindah ke Talang Rejo, Padang Ratu, karena lahan tempat tinggal mereka akan digusur oleh pemerintah. Bermodalkan surat dari Pdt. Joko Sudomo keluarga-keluarga Kristen di kelompok ini meminta bimbingan rohani dari GKL Padang Ratu yang tidak lama kemudian berganti nama menjadi GKSBS Padang Ratu. Jemaat mula-mula kelompok ini adalah keluarga Bpk. Sidik, Untung, Manurung, Mono, dan Jarwo. Pembangunan gedung gereja di tempat ini diresmikan pada tahun 1989. Karena situasi yang tidak aman, banyak anggota jemaat berpindah tempat ke wilayah yang lebih aman. Dan yang bertahan tersisa keluarga Bpk.Mono dan Bpk. Sujarwo. Pelayanan mula-mula dilakukan oleh Majelis Gereja dari Karangsari dan kemudian konsulen Pdt. Untung M, Pdt. Sayekti dan Pdt Basuki Jati M, sebelum akhirnya Pdt.Sugianto ditahbiskan menjadi pendeta di wilayah Padang Ratu.
Komisi-Komisi
Dalam pelayanannya GKSBS Padang Ratu dilayani oleh seorang pendeta konsulen dan sembilan belas orang majelis dan dibantu oleh komisi-komisi. Nama komisi-komisi tersebut adalah sebagai berikut:
- Komisi Pembinaan Warga Jemaat (PWG)
Komisi ini bersama majelis bertugas melakukan pembinaan kepada warga jemaat melalui program-program pengajaran dan pembinaan-pembinaan iman. Di awal tahun 2017 komisi ini bersama majelis telah mengadakan kunjungan-kunjungan pastoral ke wilayah-wilayah yang dianggap kurang semangatnya dalam beribadah, kemudian mengadakan kegiatan paskah gabungan untuk menyemangati mereka.
- Komisi Komunikasi Massa (KOKOMAS)
Komisi yang melakukan interaksi dan kerjasama serta menjalin komunikasi dengan pemerintah dan masyarakat. Di tahun 2016, komisi ini telah mengkomunikasikan agar bersama semua pemuka agama dan warga beragama melakukan doa bersama untuk keutuhan bangsa di Gedung Nuwo Balak, Gunung Sugih.
- Komisi Pelayanan Anak
Bersama dengan majelis dan jemaat melaksanakan pelayanan kepada anak-anak, melalui ibadah sekolah minggu. Di tahun 2016 komisi pelayanan anak mengadakan pelatihan untuk guru, juga ibadah raya anak dan ibadah natal bersama.
- Komisi Pemuda
Bersama dengan majelis dan jemaat melaksanakan pelayanan kepada muda/i , melalui ibadah pemuda klasikal dan ibadah kategorial. Di tahun 2016 komisi ini mengadakan pertemuan klasikal di Metro.
- Komisi Diakonia
Memberikan bantuan kepada warga gereja yang jompo, yang sedang sakit, tertimpa musibah dan memberikan beasiswa kepada anak jemaat yang layak menerimanya. Ditahun 2016 banyak warga sakit, terkena musibah (Kristen, Hindu dan Islam) yang diberi bantuan diakonia karitatif, dijenguk saat sakit, dll.
- Komisi Pembangunan
Melaksanakan perawatan terhadap gedung-gedung gereja yang ada, melakukan perbaikan bangunan gereja, dan pengadaan mebeler. Di tahun 2016 komisi ini melakukan perbaikan ruangan di kantor gereja.
- Komisi Kematian
Melaksanakan pengadaan pelayanan jenazah dan perlengkapan untuk pemakaman. Seperti peti, kain hitam atau kain mori, dll. Di tahun 2016 komisi ini mempersiapkan 2 peti mati dan kelengkapannya, serta membeli stok kelengkapan yang lain untuk persiapan.
- Komisi Kehartaan
Bersama majelis melakukan pendataan aset yang dimiliki oleh GKSBS Padang Ratu, baik aset bergerak maupun tidak bergerak.
- Komisi Sosial Ekonomi Jemaat
Bekerjasama dengan pihak-pihak lain mendirikan koperasi, memberikan uang pinjaman tanpa bunga ditiap-tiap kelompok Rp.1.000.000,- bergilir bagi yang membutuhkan, dll.