Sejarah GKSBS Seputih Surabaya

Keberadaan GKSBS Seputih Surabaya tidak lepas dari Sinode GKSBS karena GKSBS Seputih Surabaya bagian dari Sinode GKSBS. Perjalanan sejarah  GKSBS Seputih Surabaya memiliki kebanggaan tersendiri karena kesetiaan dan militannya para pendahulu perintis persekutuan.

Pada awal terbentuknya persekutuan di Seputih Surabaya adalah datangnya para transmigran yang sebagian besar adalah jemaat Gereja Jawa. Karena rindu bersekutu mereka berkumpul bersama dan membuat bangunan yang terbuat dari kayu besar bercabang agar dapat menopang kayu penghubung. Dikarenakan terbatasnya alat maka gereja dibuat dari bahan sekitar hutan dan bergotong royong mendirikan bangunan sederhana tersebut. Dari jemaat awal inilah berkembang sampai ke Bumiharjo, Rumbia, GB 5, GB 6 dan Rwo Betik.

Berikut sejarah GKSBS SEPUTIH SURABAYA diambil dari tulisan Pdt. Em. Saliyan CWD  yang dibacakan pada saat ulang tahun gereja.

Tahun 1965 Masa Transmigran Datang

Pada tahun 1965 berdatangan para transmigran dari Jawa Timur (Banyuwangi) dan dari Yogyakarta, dengan tujuan daerah tranmigrasi Seputih Surabaya. Karena daerah tersebut belum siap ditempati, artinya masih berbentuk hutan dan belukar. Maka transmigran dititipkan di daerah Rumbia. Diantara para transmigran itu terdapat beberapa keluarga yang beragam Kristen. Mereka sepakat untuk mengadakan persekutuan-persekutuan, ibadah Minggu yang diantarnya terdapat nama-nama saudara Sumpiadi, saudara Andris, Sutangkis dan Salam Suyanto.

Rumbia adalah tempat sementara bagi mereka. Dari sinilah terutama para bapak memulai pekerjaan dilahan Transmigran yang disediakan pemerintah. Di Seputih Surabaya, tepatnya di Gaya Baru IV lahan yang disediakan untuk bertani.

Masa Terbentuknya Kelompok-Kelompok Ibadah

Di Gaya Baru IV mereka masih tetap melanjutkan untuk mengadakan ibadah Minggu yang dipimpin oleh salah seorang dari mereka secara bergilir/bergantian. Kecuali itu di Gaya Baru V juga terbentuk kelompok ibadah yang berjumlah 3 keluarga. Sejak saat itu telah terbentuk 3 kelompok ibadah, yaitu:

  • Kelompok Rumbia ada 7 KK (24 jiwa)
  • Kelompok Gaya Baru IV ada 59 KK (237 jiwa)
  • Kelompok Gaya Baru V ada 3 KK (8 jiwa)

Dengan terbentuknya 3 kelompok ibadah dengan jumlah warga 69 KK/269 jiwa ini dirasa perlu bergabung dengan gereja yang ada. Jemaat Seputih Raman yang menerima bergabungnya mereka sehingga kelompok di Seputih Surabaya menjadi bagian / satu wadah jemaat Seputih Raman. Kelompok-kelompok tersebut mendapat pelayanan dari majelis Seputih Raman, yaitu Bapak Suwono, Bapak Martono dan juga Bapak Pdt. Siswo Dwijo sebagai pendeta konsulen jemaat Seputih Raman.

Masa Persiapan Pendewasaan Sampai Peresmian Jemaat

Klasis Lampung dalam persidangan berpendapat, karena wilayah lampung sangat luas dan tenaga gereja sangat kurang, maka dalam persidangan itu diputuskan:

  • Kelompok-kelompok yang diperkirakan bisa menjadi dewasa perlu didewasakan, termasukkelompok-kelompok di Seputih Surabaya.
  • Kelompok-kelompok yang sudah didewasakan perlu mengangkat warganya menjadi guru Injil.

Deputat Klasis, atas diri bapak Pdt. Filemon di damping majelis jemaat Seputih Raman diutus untuk menjajagi kemungkinan-kemungkinan untuk didewasakan. Berdasarkan keputusan tersebut, maka kelompok-kelompok ibadah di daerah Seputih Surabaya resmi didewasakan pada tanggal 23 November 1969, dengan diteguhkannya anggota Majelis Jemaat adalah Pnt. Sumpiadi, Pnt. Purwinadi, Pnt. Mirmoadi, Pnt. Andris, Pnt. Suwandi, Pnt. Wanijan, Dkn. Mugi Raharjo, dan Dkn. Mariman.

Akhirnya pada tanggal 27 januari 1970 jemaat Seputih Surabaya resmi mengangkat saudara sumpiadi umenjadi Gru Injil.

Masa Kehidupan Jemaat Sampai Pemanggilan Pendeta

Tahun 1970 jemaat Seputih Surabaya menerima Pelayanan Pdt. Sumino sampai tahun 1974. Pada tahun 1970 terbentuk kelompok baru yaitu Gaya Baru VI dengan jumlah warga 6 KK / 15 jiwa. Pada tahun 1972 kelompok Gaya Baru I juga terbentuk dengan Jumlah 7 KK / 10 jiwa. Pada tahun 1976-1977 yang menjadi konsulen adalah Pdt. Siswo Dwijo, di bantu oleh saudara Sih Hananto yang ikut berkecipung dalam bidang SOSEK.

Pada tahun 1974 rombongan transmigrasi dari Boyolali Jawa Tengah tiba didaerah Bumi Harjo. Di sana terdapat orang-orang Kristen membentuk kelompok ibadah dengan jumlah warga 7 KK / 14 jiwa. Sangat disyukuri bawasanya orang-orang Kristen di daerah baru tetap setia membentuk persekutuan. Namun disisi lain warga yang telah bergabung dalam sebuah jemaat akhirnya menyurut karena banyak warga yang pindah ke daerah lain dan banyak warga yang murtad. Dengan demikian muncul pemikiran akan kebutuhan adanya seorang Pendeta.

Pada saat itu jumlah warga jemaat mencapai 111 KK / 326 jiwa maka sangat dibutuhkan adanya seorang pelayan yaitu Pendeta. Atas saran dan harapan dari Pendeta Konsulen dan saudara Sih Hananto, jemaat di Seputih Surabaya memanggil saudara Saliyan CWD yang saat itu sudah melayani kelompok-kelompok daerah pertumbuhan baru di Padang Ratu sejak 6 Mei 1974. Panggilan sebagai calon pendeta tersebut oleh sdr. Saliyan CWD yang saai itu telah mempunyai 2 orang anak laki-laki diterima dengan gembira. Pada tanggal 6 September 1977 akhirnya boyongan dari Padang Ratu dengan diantar oleh beberapa warga ke Seputih Surabaya. Demikian juga di Seputih Surabaya disambut dengan gembira oleh warga jemaat dan majelis jemaat. Perlu diingat kehadiran calon pendeta telah mempunyai momongan pasti membutuhkan tempat tinggal / pastori, tetapi kenyataan belum ada, sehingga keluarga calon pendeta di titipkan dirumah sdr. Sumpiadi 3-4 bulan.

Setelah melalui proses sesuai dengan Hukum Gereja, maka calon pendeta mendapat pembinaan dari Pdt. R. Siswodwijo, Pdt. Untung Marsudi, Pdt. Yusaryanto kemudian di uji, dalam ujian peremtoir. Dalam   sidang kontrakta Klasis Seputih Raman di kota Gajah dengan hasil dianggap layak untuk memangku jabatan Pendeta dan diserahkan kepada Jemaat di Seputih Surabaya untuk ditahbiskan.

Masa Kehidupan Jemaat dari Tahun 1977-2005

Pada tanggal 25 Desember 1977 dalam suasana yang menggembirakan karena Hari Natal, sdr. Saliyan CWD ditahbiskan menjadi Pendeta jemaat Seputih Surabaya. Dalam acara pentahbisan tidak semeriah suasana Natal  karena pada acara tersebut terasa kering, sebab hanya Pdt. R. Siswodwijo sendiri yang mentabiskan dan dihadiri oleh beberapa orang dari Deputat Klasis Seputih Raman (Bpk. Broto, Bpk. Alip, Bpk. Suwono).

Usai pentahbisan pdt. Saliyan CWD bertempat dirumah pastori yang disediakan jemaat dengan ukuran 4 x 6 meter, itupun belum tertutup semuanya hanya untuk kamar tidur yang belum penuh sampai atas dan beratapkan welit. Dari pastori kecil ini Pdt. Saliyan CWD mulai melangkahkan kakinya untuk melaksanakan pelayanannya yang berjumlah 6 kelompok, juga sebagai Pendeta Konsulen dan bahkan masih dibebani sebagai Ketua Deputat Klasis seputih Raman. Untuk kebutuhan hidup keluarga hanya dari bantuan sinode, sedangkan dari jemaat diberi jika ada uang sisa kegiatan.

Pada tahun 1985 lahir kelompok baru di Rawa Betik, itupun sebagian adalah dari  warga  Gaya Baru IV yang pindah. Dan pada tahun ini juga secara Klasikal mengadakan kebersamaan untuk membantu biaya hidup Pendeta sampai Tahun 1999. Pada tahun 1996  terbentuk kelompok baru yaitu kelompok Rantau Jaya dengan jumlah warga 6 KK / 19 jiwa.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Pdt. Saliyan CWD juga bercocok tanam. Selanjutnya pada tahun 1999 ada kesepakatan supaya tidak mengalami kekosongan tenaga gereja, jemaat memutuskan untuk menyekolahkan salah seorang pemuda yang dianggap memiliki kemampuan. Hal ini dapat terlaksana sampai sekarang, bahkan telah selesai study. Pada tahun 2005 adalah tahun terahir pelayanan Pdt. Saliyan CWD, karena  akhir tahun 2005 memasuki masa pensiun.

Masa Kehidupan Tahun 2005-2019

Pada masa setelah Pdt. Saliyan CWD memasuki emiritasi jemaat  GKSBS Seputih Surabaya dilayani oleh pendeta Konsulen. Hingga sampai saat ini  GKSBS Seputih Surabaya telah dilayani 4 pendeta konsulen dari Klasis Seputih Raman, diantaranya :

  • Pdt. Bambang Nugroho Hadi, melayani dari Januari sampai April 2006.
  • Pdt. Riyadi Basuki, melanjutkan setelah Pdt. Bambang NH yang kemudian tahun 2008 GKSBS SEPUTIH SURABAYA, mulai proses pemanggilan pendeta. Pada bulan Juni 2008 Pdt. Jefrry perkenalan dan diteguhkan menjadi Pendeta GKSBS SEPUTIH SURABAYA. Pada tahun 2010 Pdt. Jefrry melanjutkan study lanjut S2 dan pindah pelayanan ditempat yang lain.
  • Pdt. Thomas Johanis Tupan melayani konsulen 2 tahun (2011-2013).
  • Pdt. Parningotan Siagian melayani konsulen 2 tahun  (2013-2015).
  • Pdt. Riyadi Basuki kembali melayani konsulen 2016 sampai saat ini dan mendampingi proses pemanggilan pendeta kembali yang ditahbiskan 2019.
  • Penthabisan Pdt. Dwi Urip TS pada tanggal 23 November 2019 bersamaan dengan HUT GKSBS SEPUTIH SURABAYA.

Silakan dibagi