Sejarah GKSBS Seputihjaya – Lampung Tengah

GKSBS Seputihjaya merupakan sebuah gereja dewasa yang dapat dikatakan masih berusia cukup muda. Perjalanan sejarah GKSBS Seputihjaya dimulai pada tahun 1965. Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Maron, Blitar, Jawa Timur memprakarsai keberangkatan delapan keluarga untuk mengikuti program transmigrasi dari pemerintah ke daerah Lampung. Kedelapan keluarga tersebut ialah: Kel. Bpk. Setu Sumarsono dengan isteri dan tujuh orang anak, Bpk. Palapian dengan isteri dan dua orang anak, Bpk. Sumarno dengan isteri dan empat orang anak, Bpk. Setyo Ngarso dengan isteri dan empat orang anak, Bpk. Pitoyo dengan isteri dan empat orang anak, Bpk. Miarso dengan isteri dan empat orang anak, Bpk. Sarbani dengan isteri dan empat orang anak, Bpk. Damin dengan isteri dan enam orang anak. Delapan keluarga ini bertempat tinggal di wilayah Seputih Jaya selama di Lampung. Alasan GKJW  mengutus delapan keluarga ini ialah untuk merintis GKJW di wilayah Lampung. Hanya saja dalam perkembangannya Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wilayah I tidak setuju dengan adanya GKJW sehingga usaha perintisan tersebut tidak lagi dilanjutkan. Lalu keberadaan delapan keluarga itu pada akhirnya diserahkan kepada GKJ.

Gereja di Seputihjaya muncul karena adanya permintaan dari GKJW kepada Kel. Bpk. Setyoadi dan Bpk. Dwinyo untuk mencarikan tanah pekarangan dan tanah peladangan yang letaknya di pinggir jalan besar di wilayah Kecamatan Terbanggi Besar. Dikarenakan pencariannya cukup sulit, akhirnya didapatlah tanah di Seputih Jaya, Kecamatan Gunung Sugih. Dengan tanah ini mulailah dibangun rumah dari kedelapan transmigran tersebut. Dan dari situlah muncul persekutuan ibadah di Seputihjaya. Delapan keluarga itu masuk dalam program transmigran, sehingga untuk biaya hidup mereka disubsidi oleh pemerintah. Sayangnya ketika waktu pemberian bantuan telah berakhir, dua keluarga lebih memilih untuk kembali ke Jawa. Tetapi dalam waktu selanjutnya, datanglah tiga keluarga dari Jawa ke Seputihjaya, yaitu: Kel. Bpk. Suparto dan kel. Bpk. Sudarto serta kel. Bpk. Soebardi Siswa Saputro. Dengan demikian kelompok persekuan orang Kristen di Seputihjaya tetap berlansung dan tidak menjadi hilang.

Menjadi Kelompok Gereja Kristen Lampung (GKL) Bandarjaya

Pada tahun 1968, kelompok persekutuan Seputihjaya bergabung dengan GKL Bandarjaya. Peresmian kelompok Seputihjaya menjadi bagian dari GKL Bandarjaya dilakukan oleh Pdt. Em. Efrayim PA, BTh. Pada saat itu jemaat GKL Bandarjaya dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Sedangkan kelompok Seputihjaya terbagi dalam 3 blok, yaitu blok X, XI dan XII. Pada saat itu kelompok Seputihjaya masih cukup sedikit, sehingga diambillah keputusan agar jemaat GKL Bandarjaya yang berdomisili di Rantaujaya 1 (saat ini menjadi Bandar Jaya Timur) beribadah di kelompok Seputihjaya. Jemaat tersebut terdiri dari: Kel Bpk. Trimo Pacel, Kel. Bpk. Sedyoadi, Kel. Bpk. Dwinyo Yotam, Kel. Bpk. Satuaji Simon, Kel. Bpk. Supardi, Kel. Bpk. Raidin dan Kel. Bpk. Marwoto.

Peribadahan kelompok Seputihjaya dilakukan di kediaman Bpk. Miarso. Dan setelah beberapa tahun beribadah di kediaman Bpk. Miarso, pada tahun 1969 kelompok Seputihjaya berinisiatif membuat tempat ibadah sederhana dan sejak saat itu semakin bertambahlah jemaat Seputihjaya. Pertambahan itu terjadi karena adanya perpindahan warga jemaat dari gereja lain, lalu jemaat yang sebelumnya beragama lain (non-Kristen) kemudian memilih mengikut Yesus dan pertambahan lainnya datang dari angka kelahiran warga jemaat Seputihjaya.

Keadaan Mula-Mula Kelompok Seputihjaya

Beberapa jemaat di kelompok Seputihjaya yang berlatar belakang suku Jawa bermayoritaskan suku dari Jawa Timur merupakan masyarakat yang mengikuti program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah. Karena masih berasal dari beberapa kampung atau desa yang sama saat di Jawa, beberapa anggota jemaat ternyata masih memiliki hubungan persaudaraan atau paseduluran. Dengan adanya hubungan itu, jemaat tidak lagi merasa asing antara yang satu dengan yang lain. Kemudian dengan adanya hubungan itu, jemaat juga memiliki kesadaran untuk saling mendukung satu sama lain. Kesadaran untuk saling mendukungan itu terlihat dari sikap saling membantu, memberi tempat tinggal dan peluang kerja bagi sesama anggota jemaat.

Beberapa anggota jemaat merupakan orang-orang yang cukup dihargai di lingkungan Seputihjaya. Hal ini dikarenakan mereka adalah orang-orang yang telah lebih dahulu/lama berada di Seputihjaya. Selain itu, mereka juga cukup dihargai karena memiliki karakter yang baik (senang membantu/menolong sesama, bukan hanya umat Kristen dan bukan hanya orang-orang bersuku Jawa). Tindakan menolong itu dinyatakan dengan memberi pendidikan bagi banyak orang. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi kesan positif dalam kalangan masyarakat tentang jemaat Seputihjaya pada saat itu. Tindakan dalam memberikan pendidikan yang dilakukan beberapa jemaat Seputihjaya pada saat itu sebenarnya tidak terlepas dari latar belakang jemaat yang berlatar belakang sebagai guru. Dan dari tindakan itu, dampaknya masih dapat dirasakan di kalangan masyarakat. Misalnya, masyarakat tetap mengingat para perintis jemaat Seputihjaya sampai saat ini. Hubungan jemaat Seputihjaya dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan sangat baik.

Bangunan gereja di Seputihjaya pada awalnya dibuat dengan sangat sederhana, sekalipun memiliki lahan yang cukup luas. Hal ini disebabkan karena kondisi tanahnya tidak memungkinkan (masih seperti kolam atau rawa), sehingga dibuatlah bangunan yang berukuran +5×7 meter. Bermodalkan semangat yang dimiliki kelompok Seputihjaya untuk memiliki bangunan gereja sendiri, mereka bersedia bergotong-royong membangun tempat ibadah sederhana. Pada akhirnya, kelompok Seputihjaya berhasil membangun tempat ibadah dan sejak saat itu, kelompok Seputihjaya terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, baik dalam pertumbuhan SDM, pelayanan, maupun pertumbuhan dana yang dimiliki.

Memilih Menjadi Dewasa

Kelompok Seputihjaya telah menjadi bagian dari GKSBS Bandarjaya selama 33 tahun. Kelompok Seputihjaya mulai mempertimbangkan statusnya sebagai kelompok dan memiliki kerinduan untuk dapat menjadi gereja yang dewasa. Kemudian di tahun 2001 muncullah permintaan agar kelompok Seputihjaya didewasakan. Pada tanggal 1 Juli 2002, kelompok Seputihjaya dinyatakan menjadi Calon Jemaat (CJ).

Kelompok Seputihjaya memiliki alasan dalam mengambil keputusan untuk menjadi gereja dewasa. Semangat menjadi dewasa itu muncul dari beberapa peristiwa yang terjadi pada saat itu.

  1. Kelompok Seputihjaya menemukan kerancuan dalam sentralisasi keuangan gereja yang berdampak pada pembangunan gereja yang tidak merata.
  2. Kelompok Seputihjaya merasa kecewa dengan proses dan hasil pemendetaan yang dilakukan pada tahun 1997-1998 di GKSBS Bandarjaya. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan jemaat dalam pelayanan pastoral secara kuantitatif.

Sekalipun semangat pendewasaan kelompok Seputihjaya muncul dari beberapa peristiwa di atas, tetapi sesungguhnya semangat pendewasaan itu lebih dirasakan ketika kelompok Seputihjaya menyadari akan adanya potensi dan modal yang cukup untuk menjadi gereja dewasa. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Kelompok Seputihjaya memiliki kesiapan/tekat yang kuat untuk dapat mengelola diri sendiri. Baik dalam mengambil kebijakan sendiri, mengelola keuangan sendiri dan memiliki pendeta sendiri.
  2. Kelompok Seputihjaya memiliki kerinduan untuk memperluas pelayanan/misi Allah di Kecamatan Gunung Sugih. Saat itu berfokus untuk melayani jemaat Tulung Itik yang pada saat itu kurang rutin dilayani oleh GKSBS Bandarjaya dan jemaat Bendosari yang kurang terlayani oleh GKSBS Simpang Agung (karena jarak yang cukup jauh).
  3. Kelompok Seputihjaya merasa mampu menjadi jemaat yang mandiri dengan melihat SDM yang dimiliki dan sumber dana yang cukup untuk menjadi gereja dewasa.
  4. Kelompok Seputihjaya melihat adanya peluang untuk menjadi satu-satunya gereja dewasa di Kecamatan Gunung Sugih yang letaknya cukup strategis (berada di pinggir jalan Lintas Sumatera), sehingga berpotensi untuk dihadiri banyak pendatang baru baik sebagai jemaat tetap maupun simpatisan.

Setelah kelompok Seputihjaya melewati beberapa proses dalam melengkapi syarat-syarat sebagai jemaat dewasa, akhirnya pada tanggal 9 April 2004 kelompok Seputihjaya resmi dinyatakan menjadi jemaat dewasa. Dengan demikian nama “GKSBS Bandarjaya kelompok Seputihjaya” berubah menjadi “GKSBS Seputihjaya”. Ketika GKSBS Seputihjaya telah dinyatakan dewasa, organisasi kemajelisan pun dibentuk dan di dalamnya ada: Pnt. Muji Raharjo, Pnt. Kurnaedi, Pnt. Marta Ekawati, Pnt. Budiyanto, Pnt. Basuki, Pnt. Tri Yosua Taruna, Dkn. Sri Mangantyo dan Dkn. Puji Rahayu. Majelis Jemaat ini juga yang menjadi utusan saat GKSBS Klasis Badarjaya melakukan Sidang ke-43 di GKSBS Seputihjaya.


Silakan dibagi