Sejarah GKSBS Tanjung Bintang

Gedung gereja GKSBS Tanjung Bintang di desa Sindang Sari, Tanjung Bintang. Lampung Selatan.

GKSBS dalam sejarahnya dikenal sebagai gerejanya orang “transmigrasi”. Sebagaimana sudah diuraikan di atas pada perkembangannya tidak selalu demikian, ada beberapa gereja yang merupakan hasil dari penginjilan dan pertobatan pendatang, atau pendatang yang telah menjadi Kristen. Demikian halnya dengan latar belakang jemaat GKSBS Tanjung Bintang, dimana jemaatnya merupakan kombinasi dari para transmigrasi dan pendatang yang beretobat, dan ada pula pendatang yang telah Kristen. Termasuk di dalamnya ada proses nglari untuk beberapa orang yang memang sebelumnya telah menjadi Kristen dari Jawa, sehingga menambah jumlah orang Kristen dan menjadi komunitas Kristen mula-mula.

Memang umumnya jemaat di GKSBS Tanjung Bintang adalah jemaat dengan suku Jawa, sebab banyak pendatang dari Jawa yang mencari nafkah atau mengadu nasib di Lampung. Namun ada juga yang dari suku Batak beberapa suku yang lain. Ada sebagian karena ikut program transmigrasi dari pemerintah, ada transmigrasi karena inisiatif sendiri dari Jawa ke Lampung, ada pula sebagian adalah pendatang atau transmigrasi lokal. Sebab beberapa orang yang datang ke daerah tersebut sudah lahir di Lampung. Ada sebagian dari pendatang adalah generasi kedua para transmigran. Memang keberadaan jemaat GKSBS Tanjung Bintang unik, dimana jemaat tidak semuanya transmigran karena ada juga yang pendatang. Jadi julukan untuk GKSBS Tanjung Bintang sebagai gereja transmigran kurang tepat, tapi tidak salah. Inilah keunikan GKSBS Tanjung Bintang dengan keberagaman menjadi sebuah kekayaan dengan berbagai nilai luhur yang saling menerima dan menghargai sebagai sedulur dalam tubuh Kristus.

Melihat perkembangan selanjutnya, perjalanan sejarah lahirnya GKSBS Tanjung Bintang memang tidak lepas dari kerjasama pelayanan dengan GKSBS Tanjung Karang. GKSBS Tanjung Bintang merupakan jemaat dewasa dan mandiri dari hasil Re-gruping dari wilayah II dan IV GKSBS Tanjung Karang.

Merintis Pelayanan

Pada tahun 1966-1969 terbentuk panitia persiapan GKL Tanjung Karang untuk kelompok Karang Anyar, Way Galih dan Wayhui, dan Sukadamai. Pertumbuhan kelompok terus berlanjut, bahkan ada kelompok pertubuhan baru di Wonodadi yang masuk area pelayanan Kelompok Way Galih. Hamba Tuhan pertama yang melayani oleh pembantu pendeta Purwoko Hadi Purnomo (hasil wawancara dengan Bpk. Ribut). Perkembangan selajutnya pelayan di bagi menjadi dua wilayah antara lain : kelompok Karang Anyar dan kelompok Sukadamai dilayani oleh pembantu pendeta Purwoko Hadi Purnomo. Sedangkan untuk kelompok Way Galih, kelompok Wayhui dan kelompok Wonodadi dilayani oleh pembantu pendeta Suwarjono. Dua wilayah tersebut masih dibawah asuhan GKL Tanjung Karang. Untuk pelayanan sakramen dilayani oleh Pdt. Pujo Suwito sebagai pendeta utusan (hasil wawancara dengan Ibu Tin Mustika) . Namun pada tahun 1971 kelompok Way Hui di kerjasamakan dengan GITJ yang dilayani oleh pembantu pendeta Edi Suharno. Setelah mengalami proses yang cukup panjang, akhirnya kelompok Way Galih di dewasakan pada tanggal 30 Oktober 1972. Yang saat ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok Way Galih, kelompok Wonodadi dan kelompok Sindang Sari sebagai pertumbuhan baru (Suyatno dkk, Buku Kehidupan Jemaat GKSBS Tanjung tahun 2000, GKSBS Tanjung Bintang, 2000, hal. 7).

Sedangkan untuk kelompok Karang Anyar dan kelompok Sukadamai ditinggal pembantu pendeta Puwoko Hadi Purnomo, lalu digantikan pembantu pendeta Guntur Sudarsono. Tapi kurang lebih satu tahun pelayanan, pembantu pendeta Guntur Sudarsono pindah ke Bengkulu. Kepindahan tersebut memberi pengaruh, sehingga pada tahun 1980 kelompok Sukadamai menyatakan diri pindah ke Gereja Methodis sektor Sukadamai. Sedangkan untuk kelompok Karang Anyar menyatakan diri bergabung dengan kelompok Marga Agung di bawah asuhan GKL Tanjung Karang (Suyatno dkk, tahun 2000, hal 7-8).

Kemudian GKL Way Galih sebagai jemaat dewasa membutuhkan pendeta. Sekalipun untuk sakramen masih mendapat pelayanan dari pendeta GKL Tanjung Karang. Kemudian pada tahun 1994 pendeta Eko Prih Joko Sungkowo dithabiskan sebagai pendeta GKL Way Galih. Berjalannya waktu GKL Tanjung Karang mengalami ke kosongan pendeta, sebab Pdt. Daniel Solikin mendapat tugas baru sebagai Pendeta Tugas Khusus untuk Angkatan Laut. Karena itu GKL Tanjung Karang meminta Pdt. Eko Prih Joko Sungkowo menjadi pendetanya. Dengan kesepakatan bersama maka tahun 1998 Pdt. Eko Prih Joko Sungkowo pindah menjadi pendeta GKL Tanjung Karang (hasil wawancara dengan Pdt. Em. Suyatno).

Membangun Mimpi Bersama

GKL Way Galih dan GKL Tanjung Karang telah melakukan kerjasama dalam hal pelayanan. Dimana GKL Way Galih memiliki wilayah pelayanan yang dekat dengan wilayah pelayanan GKL Tanjung Karang yaitu kelompok Karang Sari, Wawasan dan Tri Tunggal agar melayani kelompok tersebut untuk lebih optimal, dan disisi lain dapat mendukung kemandirian dari GKL Way Galih. Kerjasama tersebut berjalan selama tujuh tahun (1990-1997), walaupun memang perjalanannya tersedendat-sendat. Melihat perkembangan selanjutnya, mejelis GKSBS Tanjung Karang masih berusaha bagaimana kerjasama tersebut dapat berkembang lagi. Setelah bergumul dan mempertimbangkan keberadaan wilayah II GKSBS Tanjung Karang (kelompok Sumber Rejeki, Marga Agung dan Umbul Rejo) yang juga dekat dengan GKSBS Way Galih, membuka kemungkinan untuk menyatukan wilayah tersebut. Wacana Re-gruping GKSBS Way Galih dengan wilayah II dan IV pelayanan GKSBS Tanjung Karang dapat bersatu menjadi jemaat dewasa yang lebih mapan dan mandiri.

Menuju Pendewasaan

Dilihat dari jumlah warganya telah memenuhi syarat untuk mandiri maka melalui proses yang tanpa ada hambatan, mejelis GKSBS Tanjung Karang dengan sukacita melepas dua wilayah pelayanannya yaitu wilayah II (Sumber Rejeki, Marga Agung, Umbul Rejo) dan wilayah IV (Tri Tunggal, Wawasan, Karang Sari) untuk digabungkan dengan GKSBS Way Galih. Dan pada akhirnya majelis GKSBS Tanjung Karang dan GKSBS Way Galih membuat usulan tentang penggabungan ke dua jemaat tersebut pada sidang Klasis yang XXVII di Sindang Sari, tanggal 13-14 Juni 1997 dengan nama jemaat “GKSBS Tanjung Bintang”. Setelah mempelajari dengan seksama keadaan jemaat tersebut dalam persidangan, maka diambil keputusan sebagaimana terdapat dalam akta sidang XXVII Klasis Tanjung Karang artikel 28 butir 4 yang berbunyi “Untuk pelaksanaan pembentukan GKSBS Tanjung Bintang ini perlu dibentuk penitia pelaksana dari GKSBS Tanjung Karang Wilayah II dan IV serta GKSBS Way Galih.” Keputusan tersebut ditindaklanjuti melalui Musyawarah bersama yang dilaksanakan pada tanggal 09 Januari 1998. Dari pertemuan tersebut disepakati bersama dan dengan mengacu pada tata lasakana GKSBS ayat 4.2 dan menghasilkan keputusan :

  • Membubarkan kelembagaan jemaat Way Galih
  • Melepaskan keanggotaan wilayah II dan wilayah IV dari jemaat GKSBS Tanjung Karang.
  • Membentuk kelembagaan Jemaat GKSBS Tanjung Bintang dengan kelompok yang terdiri dari hasil pembubaran jemaat Wah Galih, hasil melepaskan jemaat wilayah II dan IV Jemaat GKSBS Tanjung Karang).
  • Melimpahkan seluruh harta milik yang bergerak maupun yang tidak bergerak serta uang, dari Jemaat GKSBS Way Galih yang dibubarkan kelembagaannya, Wilayah II dan IV GKSBS Tanjung Karang yang telah dilepaskan keanggotaannya.
  • Setelah GKSBS Tanjung Bintang terbentuk, kewilayahan klasisnya masuk pada Klasis Tanjung Karang.

Maka pada tanggal 21 Februari 1998 di Sumber Rejeki, secara resmi GKSBS Tanjung Bintang telah dikukuhkan melalui ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Tri Joko Hadi Nugroho S.Th sekaligus penahbisan Pdt. Suyatno sebagai pendeta serta diteguhkan dan diserahkan kepada jemaat GKSBS Tanjung Bintang sebagai Gembalanya.

Letak Geografis

GKSBS Tanjung Bintang memiliki kebijakan bahwa tidak adanya gereja induk. Sebagaimana tertuang sebelumnya bahwa mereka adalah gereja wilayah yag dipersiapkan untuk madiri. Untuk mempermudah melihat letak geografis pelayanan GKSBS Tanjung Bintang, maka saat ini penulis akan memberikan gambaran umum dengan acuan wilayah I (Kelompok Sindang Sari) sebagai barometernya. Sebab hanya wilayah I saat ini yang berada desa Sindang dan kecamatan Tanjung Bintang. Letak desa Sindang Sari adalah sebagai berikut :

  • Jarak antara desa Sindang Sari dengan ibu kota kecamatan ± 5,4 km.
  • Jarak antara desa Sindang Sari dengan ibu kota kabupaten ± 66 km.
  • Jarak antara desa Sindang Sari dengan ibu kota propinsi ± 23 km.

Sedangkan letak desa Sindang Sari dengan wilayah II yang terbagi menjadi tiga kelompok yang lain adalah sebagai berikut :

  • Jarak antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Sumber Rejeki ± 22 km.
  • Jarak antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Marga Agung ± 18 km.
  • Jarak antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Umbul Rejo ± 34 km.

Kondisi Geografis

Secara umum kondisi geografis GKSBS Tanjung Bintang adalah daerah yang lebih tinggi dari permukaan laut. Jauh dari laut atau sungai besar dan tekstur tanah beragam, mulai dari yang subur, berpasir dan ada juga berupa tanah kerikil krokos. Namun secara umum kondisinya cocok untuk disektor pertanian dan perkebunan.

Sarana infrastuktur jalan untuk menghubungkan antar kelompok saat ini sudah sangat memadai. Hampir disemua kelompok akses jalan sudah beraspal. Apalagi di wilayah II merupakan daerah pengembangan perkotaan, khususnya di kelompok Marga Agung dan kelompok Sumber Rejeki. Hanya wilayah pelayanan wilayah I untuk kelompok PA Way Galih yang masih berupa jalan berbatu. Sarana komunikasi berupa telepon selular sudah bisa digunakan di semua wilayah guna menghubungkan satu dengan yang lain.

Kehidupan Jemaat

Untuk memenuhi butuhan hidup sebagian besar jemaat bermata pencaharian sebagai petani. Biasanya mereka menanam palawija atau tanah mereka dibuat perkebunan, baik sawit maupun karet. Untuk kepemilikan tanah memang bervairiasi, mulai 1 – 3  ha. Walaupun saat ini sebenarnya pertanian bukan menjadi pilihan utama. Sebab sebagian dari jemaat memilih untuk menjadi karyawan swasta, PNS atau wiraswasta. Ada beberapa jemaat yang merantau baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Sesuai dengan tuntutan jaman, saat ini jemaat juga sudah mulai sadar akan kebutuhan pendidikan. Sudah sebagian besar jemaat memiliki pendidikan terakhir SMA. Pendidikan untuk anak-anak sebagian besar ditempuh di desa sekitar, namun untuk yang berkuliah ada yang di ibu kota propinsi, tapi ada juga yang ke luar propinsi.

Pemetaan Pelayanan

Secara klasikal GKSBS Tanjung Bintang tergabung dalam Klasis Tanjung Karang. Hal ini didasarkan pada letak geografis dan sejarah pendewasaan gereja. Saat ini GKSBS Tanjung Bintang masih berada di kabupaten Lampung Selatan. Terdiri dari dua kecamatan yaitu kec. Tanjung Bintang dan Jati Agung. Dengan letak gereja yang saling berjauhan dan geografis pelayanan mencakup wilayah yang luas maka untuk mempermudah jangkauan pelayanan GKSBS Tanjung Bintang mengeluarkan kebijakan untuk ada pembagian wilayah. Berikut adalah pembagian wilayah dan keanggotaannya :

  • Pembagian Wilayah Pelayanan; Pelayanan GKSBS Tanjung Bintang dibagi menjadi dua Wilayah dan setiap wilayah dibagi menjadi kelompok-kelompok. Jumlah kelompok ada empat kelompok dan empat pos PI, sehingga pelayanan mimbar setiap minggu ada delapan. GKSBS Tanjung Bintang kini mempunyai empat gedung gereja sebagai tempat peribadahan dan empat rumah untuk tempat beribadah di pos PI. Keberadaan struktur sosial membentuk sense tersendiri bagi kehidupan berpelayanan di masing-masing tempat tersebut. Empat gedung gereja dan pembagian Wilayah serta kelompok dengan rincian sebagai berikut :
    • Wilayah I : Kelompok Sindang Sari, berada di desa Sindang Sari, kecamatan Tanjung Bintang – Lampung Selatan. Wilayah I terbagi menjadi kelompok persekutuan PA : kel. Sindang Sari, kel. Palputih, kel. Siranji, kel. Way Galih dan kel. Bandar Lampung, tapi masih satu gedung gereja.
    • Wilayah II, kelompok Sumber Rejeki, berada di desa Sumber Rejeki, kecamatan Jati Agung – Lampung Selatan,dengan Pos PI yaitu Pos PI Purwotani, PosPI Sidoarjo (Umbul Warno), dan PosPI Sinar Rejeki (Sri Mukti).
    • Wilayah II, kelompok Marga Agung, berada di desa Marga Agung, kecamatan Jati Agung – Lampung Selatan, dengan pos PIKarang Turi (Karang Anyar).
    • Wilayah II, kelompok Umbul Rejo, berada di desa Rejomulyo 5, kecamatan Jati Agung – Lampung Selatan.
  • Data statistik Warga Jemaat; Saat ini anggota jemaat GKSBS Tanjung Bintang berjumlah 164 KK dengan jumlah jiwa 507 orang. Anggota jemaat dewasa atau sidi 380 orang dan belum sidi 127 anak. Untuk jumlah jemaat wilayah I : Kelompok Sidang Sari yaitu 54 KK dengan 161 jiwa, kelompok Marga Agung 59 KK dengan 178 jiwa, kelompok Sumber Rejeki 42 KK dengan 132 jiwa, dan kelompok Umbul Rejo 9 KK dengan 36 jiwa.

Komisi-Komisi dan Badan Pembantu Majelis

Kemajelisan yang ada di GKSBS Tanjung Bintang, juga dibantu oleh Badan-Badan Pembantu Majelis. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komisi-Komisi yang membidangi pelayanan tertentu di gereja, antara lain :

  • Komisi Sekolah Minggu; Komisi ini bertugas menjangkau pelayanan anak-anak dan remaja dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sekolah minggu. Mengirimkan peserta baik guru sekolah minggu ataupun anak sekolah minggu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau pembinaan.
  • Komisi Pemuda; Komisi pemuda memiliki tugasuntuk membuat perencanaan dan pelaksanaan program bagi pemuda.Mengirimkan peserta untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan mengkoordinir kegiatan gerejawi bagi pemuda.
  • Komisi Wanita Jemaat ; Komisi ini bertugas membuat perencanaan dan pelaksanaan program bagi kaum ibu-ibu. Mengirimkan peserta untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan baik secara lokal, klasikal dan sinodal.
  • Komisi Liturgi ; Komisi liturgi memiliki tugas untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan liturgis gerejawi. Merancang liturgi gerejawi yang kreatif dan membantu persiapan ibadah gerejawi.
  • Komisi Hari Raya ; Komisi ini bertugas untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan ibadah baik perayaan hari besar agama Kristen maupun Nasional, serta ibadah-ibadah khusus.
  • Komisi Sosial ; Komisi sosial bertugas membuat perencanaan dan pelaksanaan diakonia bagi jemaat dan masyarakat. Mengkoordinir kegiatan gerejawi yang bersifat insindentil untuk kebutuhan sosial.
  • Komisi Rumah Tangga ; Komisi ini memiliki tugas untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan dan perawatan gedung serta sarana dan prasarana di lingkungan jemaat lokal.
  • Komisi Wira Usaha ; Komisi Wira Usaha bertugas untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan program bagi penambahan income gereja melalui usaha mandiri. Bekerjasama dengan jemaat untuk mengembangkan ekonomi jemaat dengan membangun usaha bersama.
  • Delta Young Leader ; Komisi ini bertugas untuk membuat perencaan dan pelaksanaan untuk pembinaan bagi remaja, pemuda, aktivis dan pelayan gereja. Komisi ini telah mandiri dana dan diberi kewenangan untuk menjalin dengan berbagai mitra agar memperluas area pelayanan.
Silakan dibagi