GKSBS dalam Konteks Indonesia dan SUMBAGSEL

Dialog dan transformasi menjadi penting dalam menyikapi kemajukan dan ekses yang dibangun olehnya. Pemanfaatan kondisi keberagaman (Agama dan Suku) efektifitasnya berkurang di masa depan atau bahkan menjadi blunder. Sejauhmana agama mencoba memaksa kehendaknya lewat alat-alat politik atau digunakan untuk kepentingan politik, sejauh itu kebenaaran agama akan diragukan dan pengaruhnya akan melemah.

Identitas untuk kebangsaan seharusnya digunakan dalam fungsi merangkum kebinekaan. Penggunaan identitas-identitas sektarian baik berdasarkan agama, suku, daerah dan lain-lain yangmencuat pasca-reformasi 1998 adalah Indikasi potensi yang   besar   untuk terjadinya konflik.
Dalam kelembagaan agama, keterlibatannya secara politik justru menjadi kontra produktif terhadap agama itu sendiri. Dalam jangka panjang, agama yang mencoba memaksa kehendaknya lewat alat-alat politik atau digunakan untuk kepentingan politik, sejauh itu kebenaaran agama tersebut akan diragukan dan pengaruhnya akan melemah. Kesalahan dan ambiguitas politik akan melekat kepada agama yang terikat dengan kekuasaan politik. Kekuasaan tidak melebihi kebenaran.Pembangunan Identitas dalam situasi keberagaman bertujuan untuk membangun kesetaraan bukan privilege atau kekuasaan.

GKSBS Sebagai gereja terbesar di Sumbagsel telah menetapkanwilayah pelayanan sebagai gereja daerah. Penetapan ini memberi konsekuensi hak dan kewajiban. Secara khusus, GKSBS perlu menyiapkan diri dengan isue isue yang khas Sumbagsel seperti, kerusakan ekologi, kebencanaan dan kehidupan pertanian.

Petani sebagai profesi yang terdegradasi dan termarginalisasi oleh perubahan. Data BPS menyebutkan ada 55 % petani hanya memiliki lahan pertanian  sekitar 0,5 Ha. Mereka  harus tetap bermartabat sekalipun dalam kondisi yang sulit. Dalam hal ini ketersediaan pangan menjadi banteng terakhir saat terjadi hal-hal yang luar biasa. Ketahanan pangan selain membuat orang tetap mampu bertahan,  juga membuat orang masih bisa berpikir sehat, memiliki kesempatan untuk bangkit. Alam sumbagsel cenderung potensial dan strategis dalam wilayah pertanian. Penguatan pertanian ke depan memberi ciri khas GKSBS yang menancapkan identitas di gereja-gereja di Indonesia.
GKSBS harus peduli ekologi. Hutan di Sumbagsel kondisinya semakin memprihatinkan.  Dari data nampak hutan-hutan di Sumbagsel mengalami penurunan drastis terutama di Bengkulu. Hutan telah beralih menjadi lahan sawit dan pertambangan batu bara. Nilai yang selama ini nyaris terlupakan harus digaungkan terus menerus

.