Pokok Ajaran GKSBS

Ajaran gereja adalah suatu bentuk sistematisasi iman yang penting bagi perkembangan iman jemaat dan sebagai usaha gereja untuk terus mencari dan menggumulkan karya Allah di dalam kehidupannya dalam konteks yang terus berubah. Dari kalimat ini, ditemukan gambaran “bagaimana kedudukan sebuah ajaran gereja?” dan “apakah sebuah ajaran itu bersifat kaku atau kontekstual?”. Oleh karena itu, usaha gereja dalam menyusun pokok-pokok ajaran gereja harus melibatkan berbagai unsur sebagai sarana untuk mencari kehendak Allah. Apa saja unsur yang diperlukan dan bagaimana menyusun sistematika ajaran gereja tersebut?

Unsur yang perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun ajaran menggunakan referensi secara kritis teologi kontekstual menurut Bevans, yaitu unsur teks Alkitab, konteks dan tradisi. Selama ini, GKSBS menyadari betul akan pentingnya perumusan ajaran gereja bagi perkembangan iman jemaat dan semangat pembaharuan terus menggema dalam rangka berusaha menemukan diri di tengah rencana Allah yang luas bagi dunia. Usaha penyusunan ajaran gereja harus di mulai dari rumusan teologi kontekstual GKSBS yang diperoleh dari perjumpaan konteks GKSBS dengan teks Alkitab dan tradisi gereja. Tradisi yang dimaksud di sini adalah tradisi reformasi gereja. Tradisi tidak sejajar dengan teks, melainkan tradisi masuk dalam konteks. Seberapa kuat pengaruh tradisi terhadap ajaran GKSBS? Ini yang menjadi pergumulan bersama selama ini.

Melihat sejarah GKSBS yang terbentuk dari arus transmigrasi yang orang-orangnya terdiri dari berbagai latar belakang denominasi gereja, tradisi menjadi hal yang tidak begitu dipersoalkan. GKSBS lebih ingin membangun dirinya berdasarkan konteks di mana GKSBS berada yaitu persaudaraan yang multikultural. Dengan demikian, pokokpokok ajaran GKSBS disusun lebih berdasarkan konteks ketimbang tradisi, meskipun pengaruh tradisi reformasi masih terasa di dalamnya. GKSBS memiliki tradisi terbuka bagi perjumpaan semua tradisi dan latar belakang seluruh warganya.

Setelah mengetahui konteks GKSBS yang sebenarnya maka kita akan sampai pada pertanyaan penting, kenapa kita bisa seperti itu? Bagaimana kita memandang diri kita di tengah rencana Allah yang luas itu? hal inilah yang menjadi poin penting untuk merefleksikan diri melalui sebuah usaha refleksi teologis. Mengapa GKSBS perlu merefleksikan dirinya? Tentu saja agar GKSBS tidak berhenti pada yang senyatanya saja, melainkan mampu melangkah pada yang seharusnya; “Bagaimana rencana Allah bagi hidup GKSBS?”, “Bagaimana GKSBS mampu melayani dan menyatakan kehadiran pemerintahan Allah?”. Untuk melakukan refleksi teologis, GKSBS harus berani bercermin pada cermin/reflektor “perjumpaan konteks GKSBS dengan kitab suci”. Dari refleksi teologis atas peristiwa sosio-historisnya, GKSBS menyatakan kemuliaan Allah dan memproyeksikannya sebagai mandat Pemerintahan Allah bagi ajaran GKSBS. Sebagai usaha lanjutan memperjumpakan konteks dengan teks kitab suci, digunakanlah pendekatan John Trokan untuk menentukan langkah-langkah dalam berefleksi teologis. Langkah-langkah refleksi teologisnya, yaitu; 1) Memperoleh kembali pengalaman signifikan, 2) Menceritakan ulang pengalaman, 3) Membingkai ulang pengalaman-pengalaman, 4) Menghubungkan kembali pengalaman dengan cerita Kristen, dan 5) Memvisikan ulang.1 Melalui pendekatan refleksi teologis John Trokan ini, diperoleh gambaran bahwa setelah kita mampu menemukan diri kita saat berjumpa dengan teks-teks kitab suci – kita baca, kita tafsirkan dan kita hayati secara transformasional masuk ke dalam konteks kehidupan kita – kita juga akan menemukan diri kita dalam bingkai sejarah keselamatan dalam pemerintahan Allah. Di situ kita akan menyadari bahwa pemerintahan Allah sedang berlangsung dan akan menuju pada kesempurnaannya kelak. Kita akan menemukan visi kita yang baru apa yang akan kita lakukan di dalam rangka melayani pemerintahan Allah itu. Dalam tahap ini, sesungguhnya kita sedang memperjumpakan konteks dengan teks kitab suci dengan cara yang sangat indah, di mana perjumpaan tersebut menjadi sebuah penemuan diri yang baru dalam bentuk doxologi GKSBS yang kemudian menuju teologi sistematika GKSBS. Selanjutnya hasil rumusan teologia sistematika GKSBS yang kita sebut dengan PAGKSBS itu dapat digunakan sebagai konfesi iman jemaat dalam memberi kerangka segenap kehidupan bergereja.