Sebagai bagian dari kesadaran akan konteksnya, GKSBS telah mengupayakan untuk menghadirkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam memberi arah strategis tindakan-tindakannya. Hal ini menjadi aset yang sangat berharga bagi GKSBS. Dengan adanya sumberdaya manusia yang besar, baik anggota jemaat, pendeta dan calon pendeta, penatua serta diaken, dengan segala berkat, karunia, talenta dan potensinya, jika diberdayakan bisa menjadi kekuatan besar bagi GKSBS kedepan.
Dalam lima tahun terakhir, arak-arakan menggereja GKSBS dihiasi dengan beragam warna. Keberagaman yang memang sudah ada sejak awal berdirinya GKSBS ini bisa menjadi kekuatan, sekaligus kelemahan. Menjadi kekuatan jika dapat dikelola dengan baik dan kelemahan jika dibiarkan berjalan dengan warnanya masing masing. Salah satu keberagaman yang nampak adalah dalam hal kebersamaan. Kebersamaan yang ditandai dengan ketaatan melakukan kesepakatan bersama majelis sinode dalam Musyawarah Majelis Sinode [MMS], ternyata mewujud dalam berbagai tindakan.
Persembahan Kebersamaan
Kebersamaan dalam menghimpun persembahan untuk sinode, ditafsirkan secara berbeda-beda oleh jemaat. Ada yang memahami sebagai 10% dari satu kantong persembahan minggu, ada pula pemahaman 10% dari semua persembahan minggu. Penerapannya pun beragam. Ada yang secara rutin mengirimkan persembahan kebersamaannya, ada yang kadang-kadang saja, dan ada juga yang tidak pernah mengirimkan sama sekali. Jumlahnya pun bervariasi, ada yang menghitung secara riil 10%, ada juga yang menetapkan nominal tertentu per bulannya. Nampaknya pola seperti ini bukan hanya terjadi kali ini saja, tetapi sejak awal berdirinya GKSBS, pola seperti ini terus terjadi. Sungguh ironis sekali.
Disatu sisi jemaat kurang setia memberi persembahan kebersamaan kepada sinode, tetapi disisi lain jemaat sangat setia melakukan kegiatan-kegiatan diakonia bagi anggota jemaat dan masyarakat yang memakan dana tidak sedikit. Meskipun demikian, kita masih bisa melihat semangat kebersamaan jemaat dalam berdiakonia, menjadi potensi yang dapat dikembangkan GKSBS dimasa yang akan datang.
Kebersamaan Tata Gereja GKSBS 2015
Penerapan Tata Gereja sebagai salah satu wujud kebersamaan pun cukup beragam, sekalipun Tata Gereja ini diputuskan bersama dalam Musyawarah Majelis Sinode [MMS]. Ada yang menerapkan Tata Gereja secara utuh, ada yang menerapkan sebagian, bahkan ada yang tidak menerapkan sama sekali. Artinya ada jemaat yang sudah menggunakan tata gereja baru, ada yang masih menggunakan tata gereja lama dan ada yang menggunakan sebagian tata gereja baru dan sebagian tata gereja lama secara bersamaan.
Persebarannya pun beragam. Ada klasis yang seluruh jemaatnya sepakat untuk menggunakan tata gereja baru, ada klasis yang seluruh jemaatnya sepakat menggunakan tata gereja lama. Namun ada juga klasis yang sebagian jemaatnya menggunakan tata gereja baru dan sebagian lagi menggunakan tata gereja lama. Bahkan ada klasis yang seluruh jemaatnya sepakat menggunakan sebagian tata gereja baru dan sebagian tata gereja lama.
Kebersamaan di Jemaat dan Klasis
Yang juga tidak kalah menarik adalah munculnya fenomena ketidak percayaan kepada lembaga GKSBS yang mengoyak kebersamaan jemaat. Ada sebagian anggota jemaat atau sekelompok jemaat yang tidak percaya dengan majelis jemaatnya, sehingga memilih keluar dari jemaat tersebut. Ada majelis pimpinan jemaat yang tidak percaya terhadap majelis pimpinan klasisnya sehingga memutuskan tidak terlibat dalam kebersamaan klasis. Ada juga sekelompok jemaat yang tidak percaya dengan kelompok lain dalam jemaat tersebut sehingga memutuskan untuk keluar dari jemaat tersebut dan bergabung dengan jemaat lain. Meskipun demikian, masih banyak jemaat yang tetap solid dalam kebersamaannya.
Pencideraan terhadap kebersamaan juga terjadi antara jemaat dan pendetanya. misalnya ada beberapa pendeta yang mengundurkan diri dari pelayanan di jemaatnya. Ada juga jemaat yang tidak percaya dengan pendetanya sehingga mendorong pendetanya untuk mencari pelayanan ditempat lain. Dan ada jemaat yang tidak mau lagi dilayani oleh pendetanya Hal ini sementara menunjukkan lemahnya komitmen pendeta dan jemaat dalam mempertahankan kebersamaannya. Meskipun demikian, masih banyak pendeta dan jemaat yang setia dalam kebersamaan di GKSBS sampai emeritus bahkan sampaiakhir hayatnya.Â
Keinginan untuk membangun dan membentuk jemaat baru, menunjukkan keinginan yang kuat dari jemaat-jemaat untuk mengefektifkan dan mengembangkan pelayanan di jemaat. Pembentukan jemaat baru terjadi bukan hanya karena kesiapan dari segi finansial dan pengorganisasiannya tetapi juga karena adanya potensi dan prospek yang bisa dikembangkan kedepannya. Namun disisi lain kita juga bisa melihat hal sebaliknya, kuatnya keinginan untuk membangun kebersamaan di jemaat baru juga bisa diartikan melemahnya keinginan untuk mempertahankan kebersamaan di jemaat lama.
Dengan alasan kebersamaan, ada klasis telah yang potensial untuk membentuk klasis baru, tetapi membatalkan atau tidak jadi melakukan sekalipun jarak satu jemaat dengan jemaat lainnya sangat jauh. Namun ada juga klasis yang berencana membentuk klasis baru, sekalipun jarak satu jemaat dengan jemaat lainnya tidak terlalu jauh. Nampaknya ada jemaat-jemaat yang masih ingin mempertahankan kebersamaan dalam klasisnya, dan ada jemaat yang ingin membangun kebersamaan di klasis yang baru
Kebersamaan Mewujudkan Nilai GKSBS
Dalam kebersamaan mewujudkan nilai-nilai GKSBS, ternyata tidak semua nilai berhasil diwujudkan dengan baik. Nilai yang berkembang dengan baik di GKSBS adalah: asketisisme berbagi [14%], spiritualitas [11%] dan menguatkan organisasi [10%]. Sedangkan nilai yang kurang berkembang adalah: sensitif etnis [6%] dan perbaikan ekologi [7%]. Enam nilai lainnya mengalami perkembangan biasa-biasa [sedang-sedang] saja, yaitu Dialog untuk partisipasi, Akuntabilitas, Pendidikan untuk kecakapan hidup, Keadilan gender, Keadilan yang berpihak dan Menguatkan lembaga keuangan lokal.
Kebersamaan Mewujudkan Visi dan Misi GKSBS
Dari evaluasi terhadap sinergisitas visi misi sinode, klasis dan jemaat terdapat 71,42% jemaat GKSBS menjadikan visi misi sinode, sebagai visi misi jemaat, dan 28,57% tidak menjadikan visi misi sinode sebagai visi misi jemaat. Demikian juga terdapat 12 klasis [85,71%] menjadikan visi misi sinode sebagai visi misi klasis dan 1 klasis [7,14%] tidak menjadikan visi misi sinode sebagai visi misi klasis. Sedangkan 1 klasis lainnya [7,14%] tidak tahu.
Dari jemaat/klasis yang menjadikan visi misi sinode menjadi visi misi jemaat/klasis, ternyata ada klasis/jemaat yang mengadopsi secara utuh visi misi sinode menjadi visi misi klasis/jemaatnya. Ada juga klasis/jemaat yang mengadopsi sebagian visi misi sinode menjadi visi misi klasis/jemaatnya. Dan ada klasis/jemaat yang tidak mengadopsi sama sekali visi misi sinode menjadi visi misi klasis/jemaatnya. Meskipun demikian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi sinergisitas antara jemaat, klasis dan sinode dalam mewujudkan visi dan misi GKSBS
Kebersamaan Dalam Melaksanakan Program Sinode
Seluruh program sinode yang dilaksanakan dengan melibatkan jemaat/klasis, baik program yang dilaksanakan di sinode maupun yang dilaksanakan di jemaat/klasis, mendapat dukungan dari jemaat/klasis. Dukungan berupa mengutus dan membiayai anggota jemaat/klasisnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sinode maupun memfasilitasi dan membiayai kegiatan kegiatan sinode yang dilaksanakan di jemaat/klasis. Hal ini menunjukkan bahwa kebersamaan jemaat/klasis dalam melaksanakan program-program sinode sangat baik.