Jemaat yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus
Hari ini kita merayakan Jumat Agung, yaitu hari kematian Tuhan Yesus. Disebut sebagai Jumat Agung karena pada hari ini Yesus mati disalibkan di Golgota dalam rangka menanggung dosa- dosa manusia. Dalam ibadah Jumat Agung, kita akan membahan tema “Berserah Kepada Kehendak Allah”. Tuhan Yesus sebagai Tuhan, tidak menggunakan ketuhanan-Nya untuk memgelak dan melarikan diri dari peristiwa yang menakutkan dan mematikan ini. Tuhan Yesus tidak mengelak untuk ditangkap dan dihukum serta disalibkan di Golgota. Akan tetapi Yesus berserah dan pasrah kepada kehendak Bapa yang mengutusnya ke dalam dunia sebagai tebusan umat manusia yang berdosa.
Jemaat yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus, melalui bacaan kita dari Yohanes 18:1-11, kita dapat melihat dan mempelajari sikap Yesus pada waktu ditangkap. Pertama, Tuhan Yesus berinisiatif untuk menyerahkan diri (ay 4-6). Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu yang akan mendatangi diri-Nya, dan dalam terang pengetahuan itu, Yesus justru memilih untuk keluar dan menemui para prajurit. Ia sebenarnya tidak dalam kondisi tertangkap oleh tentara Romawi saat itu, tetapi Yesus melakukan inisiatif dan menyerahkan dirinya sendiri kepada tentara. Pertama- tama Yesus bertanya mengenai siapa yang sedang tentara itu cari, dan mereka menyebut nama Yesus dari Nasaret. Langsung Yesus menjawab “Akulah Dia”. Di saat itu juga, para prajurit terjatuh ke tanah. Apakah yang membuat mereka terjatuh? Karena mereka menjadi panik dan terkejut bahwa orang yang mereka cari secara terang-terangan mendatangi mereka. Yesus menghadapi para tentara dengan bersenjata lengkap yang seperti hendak menangkap penjahat dengan gagah berani. Padahal bisa saja Dia menghindar dan memilih untuk bersembunyi dari pencarian para prajurit Romawi saat itu.
Kedua, Yesus berusaha melindungi murid- murid-Nya. Peristiwa penangkapan Yesus di taman itu menunjukan bahwa Yesus telah siap untuk memilih menderita dan mati. Ia tidak mau meninggalkan dan melarikan diri dari penangkapan itu, namun Ia justru lebih memilih mengasihi dan melindungi murid-murid-Nya. (Ayat 8). Kristus berusaha melindungi domba-domba-Nya. Gembala yang baik memikirkan domba-domba-Nya pada saat Ia menuju pada penangkapan pengadilan dan kematian. Ia seperti menolong para prajurit itu untuk melakukan penangkapan. Yesus ingin menunjukan kepatuhan- Nya pada panggilan untuk memngasihi dunia sampai paripurna, ketika Yesus berkata: Bukankah Aku harus minum cawan (penderitaan) yang di berikan Bapa kepadaKu…? (ayat 11).
Ketiga, dalam peristiwa penangkapan ini kita dapat melihat cinta dan kesetiaan Petrus kepada Yesus yang luar biasa. Cinta Petrus kepada Yesus bisa disebut cinta yang melampaui kata- kata, keberanian Petrus yang luar biasa menghunus pedang untuk melawan sepasukan prajurit dan para penjaga itu demi Tuhan Yesus Kristus. Hal ini patut menjadi contoh dan di teladani serta tidak boleh dilupakan dan patut di hargai. Sosok Petrus yang pemberani, setia dan sungguh-sungguh mengasihi inilah yang membuatnya setia melayani Kristus sampai akhirnya.
Semua peristiwa penangkapan Yesus yang tanpa melakukan perlawanan sedikitpun ingin menunjukan bahwa Yesus adalah pribadi yang berserah kepada kehendak Allah. Jemaat kekasih Kristus, sebagai orang Kristen marilah kita meneladani Yesus yang berserah kepada kehendak Allah meskipun Dia harus mengalami kepahitan hidup dan penderitaan yang luar biasa, Dia tetap taat kepada kehendak Allah.
Marilah kita menjadi orang Kristen yang setia kepada Allah. Jemaat yang setia kepada Allah tidak akan lari dari kenyataan hidup. Susah senang dalam hidup ini akan senantiasa dihadapi dengan berani dan berserah kepada kehendak Allah. Karena hidup ini adalah perjalanan bukan pelarian.
Demikian pula GKSBS ini ada samapai sekarang adalah perjuangan para perintis – perintis yang setia mencari, mengumpulkan dan melayani orang Kristen yang akhirnya menjadi gereja sumatera bagian selatan. Perjuangan para pirintis ini patut kita hargai, kita teladani yang dengan gigih tidak pasrah pada keadaan yang kurang mendukung, akan tetapi mereka tentunya berserah pada Kehendak Allah. Demikian seperti Petrus yang memiliki keberanian menunjukan kesetiaanya pada Yesus dengan berani menghadapi para prajurit.
Kita juga diajak dan diajari untuk senantiasa berserah pada kehendak Allah. Hidup di dunia adalah hidup yang penuh dengan pergumulan, ujian dan penderitaan. Oleh sebab itu sebagai orang percaya harus memiliki keberanian menghadapi dan menjalani kehidup di dunia ini. Yakin dan percayalah bahwa rencana Allah setiap pagi selalu baru. Orang percaya pasti mampu menghadapi itu semua, kalau kita benar- benar berserah pada kehendak Allah.
Semua peristiwa penangkapan Yesus yang tampa melakukan perlawanan sedikitpun ingin menunjukan bahwa Yesus adalah pribadi yang berserah kepada kehendak Allah.Bapak ibu saudara sebagai orang Kristen marilah kita meneladani Yesus yang berserah kepada kehendak Allah meskipun Dia harus mengalami kepahitan hidup, penderitaan yang luarbiasa untuk Dia berserah kepada kehendak Allah. Selamat merayakan Jumaat Agung Tuhan pasti menolong dan memberkati kita demua Amin.
Leave a Reply