Sepeda Ontel GAZELLE ini merupakan pemberian dari Zinding komisi Belanda merupakan saksi bisu sejarah yang dulunya digunakan oleh para guru Injil dalam pelayanannya pada saat itu.
Sejarah singkat perkembangan Gereja Kristen Jawa di Sumatera yang sekarang menjadi GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN (GKSBS) MUSI RAWAS.
Sinode Gereja yang kini bernama Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) memiliki latar belakang sejarah yang panjang. Bermula dengan adanya orang-orang Kristen dari pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi (kolonisasi) mulai pada tahun 1936. Dua tahun kemudian, yaitu tahun 1938 Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) terpanggil untuk melayani mereka dan mengirimkan para pelayannya ke Sumatera Bagian Selatan. Seiring dengan maraknya program transmigrasi di Sumatera Bagian Selatan yang diprakarsai baik oleh pemerintah, ABRI, Pramuka, Badan Swasta dan transmigran spontan (swakarsa) pada periode 1960-1980, maka secara berangsur-angsur semakin marak pula pertumbuhan jumlah gereja-gereja dan anggotanya di Sumatera Bagian Selatan baik di kota maupun di desa-desa.
Sejarah GKSBS berawal dari pemberitaan Injil dari GKJS di lingkungan trasmigran di Lampung pada zaman Hindia Belanda, mulai tahun 1938. Pdt.E.Hoogerwerf berjasa menulis sejarah GKSBS dengan judul Gereja di Tanah Seberang dalam buku terbitan BPK. Pemerintah Hindia Belanda menyelenggarakan kolonisasi dari Jawa sejak tahun 1905 ke daerah Gedong Tataan (1905), Wonosobo (1921), Metro (1935), Sukadana (1935), Belitang (1937), Lubuk Linggau (1937) dan Bengkulu / Kepahiang (1909). Kegiatan yang terkait dengan kolonisasi ialah pembukaan lahan, pemukiman (bedeng), pembangunan bendungan/saluran irigasi (Way Sekampung dan Komering), jalan-jalan, lintas kereta api Tanjung karang-Palembang-Lubuk Linggau dan sekolah-sekolah. Di samping kolonis, banyak juga trasmigran spontan. Sesudah kemerdekaan pemerintah RI menyelenggarakan transmigrasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa. Pemerintah RI juga membuka daerah-daerah baru di Sumatera Bagian Selatan. Orang-orang Kristen dari Jawa ikut serta dalam kolonisasi dan transmigrasi ini.
Warga GKSBS pada umumnya adalah para pendatang (transmigran) yang berasal dari berbagai latar belakang daerah, suku dan gereja asal. Sebagian besar dari mereka berasal dari Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam perkembangannya, di beberapa daerah mulai berdatangan juga orang-orang dari Sumatera Utara dan dari Indonesia Timur. Perjumpaan dengan warga masyarakat dari berbagai daerah, suku, agama, ras dan antar golongan serta asal gereja ini melahirkan sebuah dinamika tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat di Sumatera Bagian Selatan, termasuk didalamnya, dinamika bergereja.
Gereja yang bernama Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Musi Rawas juga berwal/bermula dari Orang–orang kristen yang berasal dari orang-orang kolonesari/transmigrasi tahun 1937 di desa A.Widodo, Kecamatan Tugumulyo. Tahun 1938 mulai ada persekutuan yang dipimpin oleh guru injil Bpk. Mulyono dari GKJ Sragen (Jawa Timur). Kemudian oleh bapak Bupati Notowijoyo diperintahkan semua orang yang beragama kristen yang berasal dari desa G.1 Mataram, desa J. Ngadirejo, mereka berkumpul di desa A.Widodo yang berjumlah 84 KK. Sehingga pada tahun 1939 diresmikan menjadi gereja dewasa dengan nama Gereja Kristen Jawa Widodo “GKJW”
Kegiatan gereja dari tahun 1939-1943, jalannya kebaktian tertib dan lancar. kegiatan kunjungan tiap-tiap minggu dilakukan secara rutin karena kegiatan dilayani oleh pendeta konsulen dari sinode GKJ Jawa tengah.
Akibat dengan adanya Perang Dunia II pada tahun 1943 jemaat GKJ Widodo menjadi bubar dan karena jemaat banyak yang takut pada Jepang meyebabkan orang-orang kristen mengumpulkan semua buku-buku kristen dimasukkan ke dalam peti disusun dengan rapi dan dipendam di dalam tanah di rumah Bpk. Wir Setyorejo (salah satu anggota jemaat gereja). Dan dengan adanya Perang Duni II banyak jemaat yang disuruh kerja paksa oleh Jepang dan mengakibatkan banyak jemaat yang meninggal dunia akibat terkena penyakit dan kelaparan sehingga dari tahun 1943 – 1946 persekutuan/ kebaktian tidak berjalan.
Kemudian pada tahun 1946 kegiatan gereja mulai berjalan dengan kedatangan orang Belanda yang beragama Kristen, datang dari Jawa ke A.Widodo untuk mencari orang-orang Kristen yang masih hidup. Dan setelah kedatangan Pdt. Kurvinus dan Pdt. Harja Warsito orang-orang Kristen mulai berkumpul lagi untuk mengadakan persekutuan/kebaktian yang dipimpin oleh bpk. Yohanes dari tahun 1946 s/d tahun 1949.
Pada tanggal 5 Juli 1950 GKJ Widodo disahkan menjadi gereja dewasa yang ke II
Pada tahun 1955 GKJ Widodo berkembang dengan berdirinya pepantan (kelompok) di U.Pagersari, dan kemudian tahun 1957 berdiri pepantan didesa Bumi Agung dan juga melayani orang-orang suku anak dalam di desa Q.1 Tambahasri. Kemudian karena keadaan ekonomi, anggota jemaat dari desa Bumi Agung sebagian bergabung ke desa U. Pagersari. Begitu juga dengan anak suku dalam menjadi bubar mereka pergi masuk hutan dan akhirnya mereka berkumpul di Tanjung Harapan yang sekarang dilayani oleh Pendeta dari Gereja Kristen Injili Indnesia (GKII) Tugumulyo.
Pada tahun 1972 jemaat memanggil pendeta yang pertama yaitu Pdt. Kastadi, kemudian pada tahun 1982 beliau dipanggil untuk melayani di Gereja Kristen Lampung (GKL) Seputih Rahman, sehingga tahun 1986 jemaat mengalami kekosongan maka pelayanan dikonsuleni dari GKP Siloam (Palembang).
Pada tahun 1986 jemaat memanggil pendeta yang ke II yaitu Pdt. Bambang Supriyadi. Dengan berkembangnya kelompok pelayanan maka jemaat memanggil satu pendeta yaitu Pdt. Rumekso pada tahun 1996.
GKSBS Musi Rawas yang terdiri dari 16 kelompok jemaat yang tersebar di 6 wilayah kecamatan dan kota, yaitu di Kelurahan Marga Rahayu (kota Lubuklinggau) kecamatan Tugumulyo, Sumberharta, Purwodadi, Megang sakti, Tuah Negeri dan Muara Kelingi diruang lingkup kabupaten Musi Rawas dan kota Lubuklinggau. Dalam pelayananya GKSBS Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang terdiri 16 kelompok dibagi menjadi 3 wilayan pelayanan, yaitu:
Wilayah I terdiri dari 5 kelompok yaitu:
1. GKSBS A.Widodo
2. GKSBS Maraga Rahayu
3. GKSBS U.Pagersari
4. GKSBS Leban Jaya
5. GKSBS Sri Rahayu Malus
Wilayah II terdiri dari 5 kelompok yaitu:
1. GKSBS Sumberejo
2. GKSBS Megang Sakti
3. GKSBS Jajaran Baru
4. GKSBS Rejosari
5. GKSBS Senaro
Wilayah III terdiri dari 6 kelompok yaitu:
1. GKSBS Sungai Dangko
2. GKSBS Sungai Benai
3. GKSBS Bamasko
4. GKSBS Sungai Tapah
5. GKSBS Suka Menang
6. GKSBS Bumi Makmur (Secar)
Dalam perkembangan pelayanan di GKSBS diruang lingkup Musi Rawas, maka oleh karena itu pada tanggal 21 Mei 2012 GKSBS Musi Rawas Wilayah III menjadi gereja yang mandiri dengan nama GKSBS MURA Silampari. Dan pada periode berikutnya 2 tahun kemudian dalam perkembangan dalam pelayanan di GKSBS Wilayah II yang terdiri dari GKSBS Megang Sakti, Sumber Rejo, Jajaran Baru II, Senaro dan Rejosari, mandiri menjadi gereja dewasa pada tanggal 22 Oktober 2014 dengan nama GKSBS MURA Anugerah. Oleh karena itu GKSBS diruang lingkup kabupaten Musi Rawas terdiri dari 3 gereja dewasa yaitu GKSBS Mura, GKSBS Mura Anugerah dan GKSBS Mura Silampari
Leave a Reply