Bapak, Ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan,
Hidup orang Kristen adalah hidup dalam kasih. Demikian juga persekutuan orang-orang Kristen sebagai pengikuit Kristus adalah hidup persekutuan didalam kasih. Persekutuan dimaksud sudah barang tentu jauh berbeda dari persekutuan-persekutuan lainnya diluar gereja. Misalnya : persekutuan atau ikatan dalam organisasi sosial, politik, budaya, ekonomi, ikatan suku, dll.
Dalam perikop bacaan kita hari ini Tuhan Yesus berkata kepada para pengikutNya. Kepada murid-murid-Nya dan kepada kita juga, Ia berkata supaya kita hidup didalam kasihNya. Suatu perintah dari seorang guru kepada para murid dan sekaligus saudaranya yaitu untuk saling mengasihi. Dasar dan sumber kehidupan baru tersebut adalah bahwa Allah Bapa telah mengasihi Anaknya, yaitu Yesus Kristus, Ia telah datang, lahir, berkarya dan mati untuk kita manusia yang berdosa.mengapa itu ia lakukan , karena Ia begitu mengasihi manusia.
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan,
Dengan jelas dan tanpa ragu-ragu, Tuhan Yesus didalam perintahNya, menggaris bawahi bahwa semua orang percaya tinggal didalam kasihNya, suatu ketentuan surgawi yang sekaligus jalan kehdupan manusia. Sebagaimana Yesus sebagai Putra tunggal Bapa, menerima perintah dan tinggal didalam kasihNya , demikian kita supaya tinggal di dalam kasih itu.
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana agar kasih itu dapat kita praktekkan dengan benar?
Disinilah melalui perikop bacaan Yohanes 13: 31-35 kita akan belajar dari keteladanan yang diberikan Tuhan Yesus bagaimana agar kasih yang benar itu dipraktekkan:
- Kasih Itu Harus Memiliki Daya Tahan (ayat 31, 34)
Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan.
Seringkali kita memiliki kasih yang tidak awet, gampang luntur, lebih-lebih kalau kita sudah di kecewakan orang, maka kita akan sulit untuk bisa mengasihi dengan sungguh. Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana kasihnya tidak pudar, tidak luntur dan goyah, walau Ia menyadari betul saat itu, ketika nanti saatnya tiba Ia akan dihianati oleh Yudas, disangkali oleh Petrus dan ditinggalkan para murid dan pengikutNya. Yesus justru member perintah baru untuk saling mengasihi (ayat 34). Yang menarik di sini kata ”baru” berarti ”segar” artinya kasih kita harus selalu segar kepada orang lain. Punya daya tahan, bersifat awet, tidak luntur dan goyah karena sikap orang lain yang mengecewakan kita . Itulah kasih Tuhan Yesus yang selalu segar, memiliki kekuatan dan daya tahan. Sehingga walau Ia dihianati, disangkali dan ditinggalkan sendirian kasih Tuhan tidak pernah berubah
- Kasih Itu Bukan Sekedar Teori Tapi Dilakukan (ayat 34)
Bagi Tuhan Yesus kasih itu bukan hanya sekedar ungkapan retorika yang di jadikan simbol, slogan dan wacana semata. Tetapi lebih dari itu, kasih harus melekat dan menjadi gaya hidup orang Kristen, menjadi cirri kas keberadaan orang percaya. Untuk itu, Tuhan Yesus memberi taladan dan pengajaran. Ia berkata “Supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu” (ayat 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah melakukan kasih itu lebih dahulu, sama seperti Aku telah mengasihi kamu. Tuhan Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupnya adalah bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihnya yang tiada taraNya bagi kita.
- Kita Harus Memiliki Kasih Agape (ayat 31 ,34-35)
Apakah kasih Agape itu ? kasih Agape adalah kasih yang rela berkorban tanpa pamrih. Bila hal ini dikaitkan dengan konteks saat itu, berarti adanya kesediaan dari Tuhan Yesus untuk mengampuni murid-muridnya, bahkan yang menghianatinya sekalipun meski itu sulit.
Adanya kesediaan Tuhan untuk menerima keadaan para murid dengan latar belakang dan kekurangan mereka, sekalipun sangat mengecewakan. Adanya kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih, adanya kesediaan untuk tetap mengasihi, walaupun kasih itu tak terbalas.
Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, itulah model kasih yang seharusnya juga kita terapkan dalam hidup ini sebagai anak-anakNya. Kasih agape, bukan kasih “karena”. Saya mengasihinya “karena” ia baik. Tetapi kasih agape adalah kasih yang “walaupun”. Saya mengasihinya “walaupun” ia membenci saya. Kasih agape harus menjadi identitas orang percaya, orang lain dapat mengenal kita sebagai murid Tuhan, bukan karena warna atau model pakaian yang kita kenakan, bukan hanya sekedar ibadah minggu yang setia kita lakukan, bukan hanya sekedar kata-kata berbau agama yang kita lontarkan, bukan dari seberapa banyak ayat Alkitab yang kita hapalkan dan bukan pula karena jabatan yang kita sandang diluar dan didalam gereja.
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Dari ketiga hal yang menjadi perenungan kita saat ini nyatalah bahwa identitas orang percaya diukur dari bagaimana relasi yang penuh mesra dengan Tuhan dan sesama. Pertanyaan refleksi bagi kita semua sebagai jemaat GKSBS yang hidup dibumi Sumatera Bagian Selatan, apakah kita mau terus mengulurkan tangan kepada mereka yang tersisih? Apakah kita rela berbagi dan memberi dengan mereka yang menderita? Apakah kita mau terus tersenyum dan menyapa dengan mereka yang tidak dipandang dunia ini? Apakah kita akan terus mengasihi dan mengampuni kepada mereka yang menyakiti dan membenci kita? Dan apakah kita mau terus bersikap terbuka, menerima orang lain apa adanya, bahkan mereka yang berbeda dengan kita?
Kasih Tuhan Yesus itu terlalu tinggi,luas dan dalam untuk dibicarakan, tak akan cukup waktu untuk merenungkannya. Ada ungkapan yang mengatakan demikian “ Satu tindakan kasih jauh lebih berarti daripada seribu kata – kata tentang kasih ”. Sebab itu, ada baikknya jika kita mulai melakukannya, sebab hanya dengan melakukan kasih yang nyata, kita dapat menjadi saksi Tuhan yang berguna.
Tuhan menolong kita. Amin.
Nas Pembimbing : Roma 12: 9-10
Berita Anugerah : 1 Kor 13: 4-7
Nas Persembahan : Amsal 3: 9-10
Nyanyian :
- Nyanyian Pembukaan : PKJ 120:1-2
- Nyanyian Pujian : PKJ 277:1-2
- Nyanyian Peneguhan : PKJ 179:1-2
- Nyanyian Responsoria : PKJ 128:1-2
- Nyanyian Persembahan : PKJ 216
- Nyanyian Penutup : PKJ 251:1-2
Leave a Reply