Merendahkan Diri di Hadapan Allah
Merendahkan Diri di Hari ini kita melakukan kebaktian Rabu Abu sebagai awal memasuki masa prapaskah. Selama masa prapaskah ini kita akan melakukan sebuah refleksi yang dilakukan dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan sesama sebagai tanda pertobatan. Perendahan diri dan pertobatan dilakukan dengan cara berpuasa. Untuk itu kita akan merenungkan firman Tuhan melalui bacaan kita pada saat ini, secara khusus Yoel 2: 12-17.
Pada saat Nabi Yoel menyuarakan suara kenabian, kehidupan bangsa Israel sangat memprihatinkan. Walaupun bangsa Israel sebagai umat Tuhan, tetapi perilaku hidupnya jauh dari Allah dan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kerusakan moral dan kejahatan terjadi dalam kehidupan umat, mereka hidup seolah beribadah, tetapi dalam prakteknya melakukan dosa dengan berjalan melawan Allah. Para pemimpin agamapun dalam hidupnya tidak dapat menjadi panutan. Mereka hidup menurut kehendaknya sendiri dan tidak sesuai dengan tugas dan panggilannya sebagai pemimpin rohani. Para Imam gagal dalam memelihara dan menjaga kekudusan bangsa Israel sebagai umat Allah. Dalam situasi seperti ini, Allah mengutus nabi Yoel untuk memperingatkan bangsa Israel untuk berbalik ke pada Allah, apabila mereka tidak mendengar dan tidak segera berbalik kepada-Nya, Allah sudah siap untuk menghukum umat Israel.
Dalam ayat 12 dan 13, Nabi Yoel berseru menyampaikan Firman Tuhan kepada bangsa Israel, supaya mereka segera kembali kepada Tuhan melalui pertobatan. Pertobatan dilakukan dengan cara berdoa dan berpuasa, merendahkan hati dan berbalik kepada Tuhan. Berbalik kepada Tuhan dilakukan dengan segenap hati, tidak setengah-setengah. Berpuasapun tidak hanya sekadar mengoyakan pakaian sebagai simbol penyesalan dan pertobatan, melainkan harus mengoyakan hati sebagai wujud kesadaran diri, di mana merendahkan diri dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan hanya formalitas belaka yang tidak punya dampak ke arah yang lebih baik.
Apa yang menjadi dasar nabi Yoel menyerukan bangsa Israel berbalik kepada Allah? Walaupun bangsa Israel telah banyak melakukan dosa? Pertama, seruan berbalik adalah perintah Tuhan Allah sendiri yang memanggil umat untuk kembali. Kedua, dalam penghayatan dan pengenalan akan Allah, nabi Yoel memahami bahwa Allah adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal akan hukuman yang diberikan . Di sini ada anugrah Allah yang berupa pengampunan dosa. Meskipun begitu besar dosa umat Israel, tetapi Allah Maha pengampun yang mau mengampuni dosa umat, asalkan bangsa Israel mau berbalik kepada-Nya. Dengan Pengampunan yang diberikan ada harapan bahwa Tuhan akan memberikan berkat-Nya yang dapat digunakan sebagai persembahan kepada Allah.
Dengan dasar ini, Yoel menyerukan supaya ada pengumuman puasa dan pertemuan raya, dengan mengumpulkan segenap rakyak, tanpa terkecuali, baik yang muda, maupun yang tua, bahkan anak-anak dan bayipun juga diajak. Demikian juga para imam yang melayani Tuhan, supaya mereka merendahkan diri, menyesal dan menangis, serta memohon agar Tuhan tetap mengasihi umat Israel dan jangan membiarkan umat Tuhan menjadi cela bagi bangsa lain, sehingga bangsa lain menyindir dengan berkata “ di mana Allah mereka?”
Firman Tuhan pada saat ini, mau mengajar kepada kita. Di hadapan Allah sebagai manusia, kita tidak lebih dari debu. Terlebih lagi sebagai manusia berdosa, kita ada cela dan nista. Disadari atau tidak, kita kadang melakukan dosa. Bahkan dosa yang kita lakukan, seringkali berulang-ulang. Adakah dari kita yang tidak berbuat dosa? Baik dalam angan-angan, pikiran, penglihatan, perkataan dan perbuatan? Kalau ada yang tidak pernah berbuat dosa, silahkan tunjuk jari? Sudah benarkah relasi kita dengan Tuhan? Sudah benarkan relasi kita dengan sesama, baik dengan saudara maupun orang lain disekitar kita? Sudah benarkah perbuatan kita? Melalui Firman Tuhan pada saat ini, kita diingatkan, bahwa dosa akan membawa malapetaka bagi hidup kita,. Dosa tidak membawa kepada kedamaian dalam hidup. Untuk itu Firman Tuhan juga mengingatkan, bahwa pada saat ini, Tuhan memanggil kita untuk berbalik kepada-Nya. Datang kepada-Nya dengan kerendahan hati, mau menyesali setiap dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Bila saat ini, kita memasuki masa prapaska, yang diawali dengan ibadah Rabu Abu. Dalam ibadah ini, ada sebuah symbol abu yang dioleskan pada kening kita. Hal ini mau mnejelaskan bahwa kita hanyalah debu dan tanah di hadapan Allah. Debu dan tanah yang tidak punya arti apa-apa di hadapan-Nya. Abu di kening adalah symbol bahwa kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan. Seperti pesan dalam firman Tuhan pada saat ini, jangan kita hanya terjebak pada sebuah symbol belaka, di sini yang terpenting adalah hati kita. Jangan koyakan pakaianmu, tetapi koyakanlah hatimu. Bukan terjebak pada abu yang dioleskan ke kening kita, tetapi hati kitalah yang harus menyadari bahwa kita benar-benar manusia yang rendah, manusia yang berdosa, sehingga kita benar-benar mau mengakui dan menyesal akan kesalahan dan dosa kita, serta segera berbalik kepada Allah, dengan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Bila Selama 40 hari ke depan, kita memasuki masa puasa, dalam rangka untuk merendahkan hati dan pengendalian diri. Untuk itu. mari kita lakukan dengan benar, sehingga puasa kita mendatangkan berkat bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Leave a Reply