Membuat Surga Bergembira

Khotbah Minggu, 14 September 2025

Warna Liturgi :Hijau
MingguBiasa XXIV
Perikop : Lukas 15:1-10

Saudara dan saudariku di dalam Tuhan,

Menurut saya, Tuhan itu memiliki perasaan. Tuhan kita bisa sedih, kecewa, merasa dikhianati, marah, dst tetapi Tuhan juga bisa merasakan senang, gembira dan bangga.   Bagaimana pendapat saudaraku sekalian?  Saya ingin membacakan ulang dua ayat dalam perikop yang tadi kita baca, yakni ayat 7 dan ayat 10. Tuhan Yesus Kristus bersabda : “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” Pada ayat 10 kembali Tuhan Yesus bersabda : “Aku berkata  berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”  Yang dimaksud sukacita adalah perasaan kesukaan besar, kegembiraan atau perasaan sangat bahagia. Jadi, benar kan bahwa Tuhan kita memiliki perasaan?

Saudara dan saudariku di dalam Kristus,

Gereja di segala zaman selalu menyambut peristiwa pertobatan dengan sukacita. Gereja Katolik misalnya, menyediakan serambi pertobatan bagi umat yang melakukan dosa dan kemudian seorang Pastor menyampaikan berita anugerah atas nama Tuhan. Biasanya diikuti perintah untuk mengucapkan doa doa tertentu, atau tindakan iman tertentu. Umat kemudian merasakan kelegaan. Gereja Protestan juga melayaninya. Ada yang dilayani dalam ruangan khusus, di mana Pendeta atas nama Majelis Jemaat menerima pertobatan anggota, pendeta kemudian memberitakan berita pengampunan dosa lalu bersama Penatua dan Diaken mendoakan secara khusus. Ada juga yang dilayani di depan jemaat dalam kebaktian Minggu. Di mana pelayanan pertobatan dilakukan sesuai kesepakatan antara anggota yang ingin menyatakan pertobatan dengan Majelis Jemaat. GKSBS sendiri dengan semangat apresiatif menyambut anggota jemaat yang ingin menyatakan pertobatannya dan memberikan dua pilihan di atas. Bisa di depan Mejelis Jemaat, boleh juga di depan Jemaat dalam kebaktian Minggu. Pelayanan pertobatan bukanlah media penghukuman tetapi media kelegaan bagi anggota jemaat yang membutuhkan pemulihan.

Saudara-saudariku, ……. Setelah Tuhan Yesus mengajarkan bahwa segala sesuatu harus dilepaskan sebelum mengikut Dia (Lukas 14:25-35), Injil Lukas mengisahkan sedikit persoalan mengenai kelayakan mengikut Yesus. Berawal dari sikap Tuhan Yesus yang menyambut semua orang yang datang kepadaNya termasuk para pemungut cukai dan orang orang berdosa, hal ini  ternyata tidak membuat beberapa pihak merasa nyaman. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli  taurat melihat bahwa Yesus bersikap ramah kepada pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu. Dalam pasal 14 disebutkan bahwa banyak orang berbondong datang kepada Yesus, dengan harapan bahwa mereka bisa diterima dalam Kerajaan Allah yang telah Yesus beritakan (Luk 14:25). Di sini kita melihat bahwa para pemungut cukai dan orang orang berdosa memiliki rasa rendah diri takut ditolak oleh Yesus, sementara para Farisi dan ahli taurat merasa cukup layak diterima dalam kerajaan Allah. Para pemungut cukai dibenci oleh orang-orang Yahudi karena bertugas mengumpulkan upeti kepada penjajah Romawi, sementara orang orang berdosa yang dimaksud adalah para pelacur dan orang orang bangsa kafir di luar seberang danau Galilea. Sementara banyak orang Yahudi yang menolak Yesus (perumpamaan orang-orang yang berdalih dalam pasal 14: 15-24) saat diajak menjadi warga kerajaan Allah, Yesus berjalan menuju luar wilayah, yakni perbatasan dengan negeri kafir. Di sanalah orang-orang, baik orang Yahudi yang masih bertahan percaya kepada Yesus, ahli taurat dan farisi yang lebih terbuka, maupun orang bangsa kafir mendatangi Yesus. Dalam konteks demikian, Orang Farisi dan ahli taurat merasa Yesus terlalu merendahkan diri jika bergaul dengan orang berdosa. Kekaguman kepada Yesus menjadi berkurang karena sikap Yesus.  Yesus dipandang melanggar adat istiadat Yahudi dengan menyambut orang berdosa dan makan bersama dengan mereka.

Dalam konteks seperti inilah, hadir 3 perumpamaan Yesus dalam pasal 15 ini. Perumpamaan tentang domba yang hilang, perumpamaan tentang dirham yang hilang dan perumpamaan tentang anak yang hilang. Pengajaran Tuhan Yesus ini hendak menegaskan bahwa di segala gereja dan di segala masa selalu ada dua kelompok yakni orang-orang yang dalam keadaan baik baik saja dan ada orang-orang yang sedang tidak baik baik saja. Ada yang sehat, ada yang sakit. Ada yang sedang bahagia, ada yang sedang susah hatinya. Ada yang bersemangat tapi ada juga yang sedang lelah.  Dalam kenyataan yang seperti ini, Gereja sebagai rumah bersama diharapkan menjadi alamat untuk pulang, tempat untuk memulihkan diri agar setelah pulih, semuanya siap pergi sementara waktu dari persekutuan untuk melanjutkan kerja dan karya di tengah dunia, sesuai tugas panggilan masing-masing.

Saudara dan saudariku di dalam Tuhan,

Yesus tidak berkompromi dengan dosa. Tetapi Yesus menyambut orang berdosa. Bagi Yesus, dosa tetaplah dosa yang harus disadari dan diakui. Yang harus dilakukan adalah membantu setiap orang terlepas dari belenggu dosa dan kesalahan. Hal inilah yang tidak dipahami para ahli taurat dan orang Farisi. Mereka mengenakan kaca mata penghakiman bukan kaca mata pengharapan dan pengampunan. Para ahli taurat dan orang farisi memberikan stigma / vonis sementara Yesus memberikan kesempatan kedua dan ruang bangkit untuk berkarya. Gereja harus seperti Yesus. Merangkul dan menyediakan diri memulihkan pendosa agar merasa mendapatkan kesempatan berubah menyongsong hari depan lebih baik. GKSBS sebagai rumah bersama memiliki kekuatan kasih, pengampunan dan pengharapan  bagi setiap anggotanya bahkan setiap orang yang datang kepadanya.

Saudara-saudariku di dalam Tuhan,

Orang orang yang hidup dalam dosa adalah gambaran domba yang hilang. Ia tersesat dari kawanannya, tidak tahu kemana arah jalannya, pergi ke sana ke mari tanpa arah. Terancam bahaya, ngeri dan jauh dari perlindungan gembalanya. Saat gembala menemukannya, maka diangkatnya sang domba, ditaruhnya di bahu dan pulanglah sang gembala dengan gembira. Orang orang yang tetap mengeraskan hati dalam dosanya juga digambarkan bagai dirham yang hilang. Dicari cari dengan segenap hati, pelita dinyalakan, disapulah ruangan dan saat ditemukan kembali maka bersukacitalah sang pemilik dirham.

Saudara dan saudariku di dalam Tuhan,

Saya membayangkan bahwa ada sukacita menembus dalam hati para pemungut cukai, orang-orang berdosa, mereka yang bukan Yahudi yang mendengarkan pengajaran Yesus bahwa mereka bagaikan domba dan dirham yang hilang itu. Mereka dipandang pantas diterima sebagai warga kerajaan Allah. Sebenarnya, saudaraku,… Kita juga adalah domba dan dirham yang hilang itu.  Kitapun dicari dan ditemukan Tuhan lalu mendapatkan anugerah Allah menjadi warga kerajaanNya. Kita bisa membuat sorga bersukacita dengan pertobatan kita.  Sebagaimana Yesus datang untuk mengampuni orang-orang berdosa, kita juga pergi menyerukan kabar baik ini kepada keluarga, sahabat dan siapa saja yang merindukan anugerah keselamatan di dalam Kristus. Mari kita membuat sorga bergembira.   Amin.

Nas Pembimbing         : Lukas 14:13-14
Berita Anugerah          : Lukas 15:18-20
Nas Persembahan       : Lukas 18:29-30

Nyanyian :

  1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 2
  2. Nyanyian Pujian : PKJ 127: 1-3
  3. Nyanyian Peneguhan : PKJ 153:1-3
  4. Nyanyian Responsoria : KJ 424 : 1-3
  5. Nyanyian Persembahan : KJ 403:1-dsc
  6. Nyanyian Penutup : PKJ 185:1-3

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *