Menemukan Makna Hidup yang Kekal Sejati

Khotbah Minggu, 9 November 2025

Warna Liturgi :Hijau
MingguBiasa XXXII
Perikop: Lukas 20: 27-38

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Hari ini, mari merenungkan sebuah pertanyaan yang pasti pernah terlintas di benak kita semua:  Apa arti hidup ini?  Apakah hidup adalah perjalanan singkat di dunia, atau adakah sesuatu yang lebih besar, lebih abadi, yang menanti kita dibalik misteri kematian?

Firman Tuhan dari Injil Lukas 20:27-38 mengajak kita untuk merenungkan tentang hidup yang kekal. Konsep yang mungkin terasa abstrak, namun implikasinya kuat dan nyata untuk cara kita menjalani kehidupan di dunia ini.

Dalam perikop ini, orang-orang Saduki, sebuah kelompok agama Yahudi yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati, mencoba menjebak Yesus dengan pertanyaan tentang kebangkitan. Mereka mengajukan sebuah skenario yang rumit tentang seorang wanita yang menikah dengan tujuh saudara laki-laki secara berturut-turut, sesuai dengan hukum levirat (hukum yang mewajibkan seorang janda untuk menikahi saudara laki-laki suaminya yang telah meninggal). Mereka bertanya kepada Yesus,  Di dalam kebangkitan itu kelak, ia akan menjadi istri siapa di antara mereka ketujuh itu?  Orang-orang Saduki, terkungkung dalam pandangan sempit tentang kehidupan setelah kematian dan keterikatan pada hal-hal materi. Hanya memahami realitas kebangkitan berdasarkan logika duniawi, tidak mampu membayangkan kehidupan yang melampaui pengalaman mereka.

Yesus, tidak hanya menjawab pertanyaan mereka, tetapi juga membuka pintu menuju pemahaman yang lebih luas tentang hidup yang kekal. Dalam pandangan Yesus, kehidupan setelah kebangkitan bukanlah sekadar kelanjutan dari kehidupan duniawi, melainkan sebuah transformasi radikal. Seperti ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah, kita pun akan dibangkitkan dalam wujud yang baru dan mulia, melampaui keterbatasan duniawi. Akan menjadi seperti malaikat, anak-anak Allah yang hidup dalam kemuliaan-Nya. Visi ini menawarkan harapan yang membebaskan, mengajak kita melihat melampaui batas-batas dunia fisik dan mempertimbangkan dimensi spiritual yang lebih dalam.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Konsep hidup yang kekal dalam teologi Kristen bukanlah sekadar eksistensi tanpa akhir, melainkan sebuah partisipasi dalam kehidupan Allah sendiri, yang ditandai dengan kasih, sukacita, dan kedamaian yang sempurna. Konsep eskatologis ini memberikan pengharapan akan suatu realitas yang melampaui keterbatasan dan ketidakadilan dunia ini. Dalam kehidupan yang kekal, relasi-relasi duniawi, seperti pernikahan, akan ditransformasi menjadi sesuatu yang lebih agung dan sesuai dengan kehendak ilahi. Seorang teolog kontemporer (N.T. Wright), menekankan bahwa hidup kekal bukanlah sekadar ‘kehidupan setelah kematian’, melainkan sebuah kehidupan yang telah dimulai saat ini, dalam hubungan kita dengan Allah melalui Kristus.

Bagi beberapa pihak bayang-bayang kematian mungkin terasa lebih gelap. Namun, iman Kristen menawarkan pengharapan yang tak tergoyahkan. Kematian bukanlah akhir yang menakutkan, melainkan sebuah gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya. Janji tentang hidup yang kekal memampukan kita mengatasi ketakutan akan kematian dan menemukan makna di tengah ketidakpastian hidup. Kematian menjadi sebuah pintu menuju kehidupan yang lebih penuh dan bermakna bersama Allah.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Yesus menegaskan bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Ini bukanlah sekadar pernyataan teologis, melainkan sebuah kebenaran yang menghadirkan penghiburan dan kekuatan. Bahkan ketika menghadapi kehilangan dan dukacita, kita dapat tetap teguh karena tahu bahwa orang yang kita kasihi telah beralih ke kehidupan yang lebih baik, dan suatu hari nanti kita akan bertemu kembali dalam pelukan kasih Allah. Hubungan kita dengan Allah tidak terputus oleh kematian; sebaliknya, kematian fisik justru membuka pintu bagi kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal bersama-Nya. Seperti benih yang ‘mati’ di dalam tanah namun kemudian menghasilkan kehidupan baru, demikian pula kita akan dibangkitkan dalam kehidupan yang baru dan mulia bersama Allah.

Kebangkitan Kristus adalah bukti nyata bahwa kematian telah dikalahkan, dan bahwa kita juga akan dibangkitkan bersama Dia pada akhir zaman. Kebangkitan bukanlah sekadar kembali ke kehidupan duniawi, melainkan sebuah transformasi menuju kehidupan yang baru dan mulia, di mana kita akan dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya. Pengharapan akan kebangkitan ini memberikan kita kekuatan dan penghiburan di tengah pergumulan hidup. Ketika menghadapi kesulitan, kehilangan, atau bahkan kematian orang yang kita cintai, kita dapat tetap teguh karena kita tahu bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Ada kehidupan yang lebih baik menanti kita, di mana tidak ada lagi air mata, kesedihan, atau penderitaan.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Pengharapan akan hidup yang kekal bukanlah pelarian dari kenyataan hidup yang keras, melainkan sebuah motivasi untuk hidup lebih bermakna di dunia ini. Seorang teolog pengharapan (Jürgen Moltmann), mengajarkan bahwa pengharapan Kristen bukanlah sekadar optimisme kosong, melainkan keyakinan akan masa depan yang dijanjikan Allah, yang mendorong kita untuk bertindak dan berjuang untuk keadilan dan perdamaian di dunia ini. Teolog ini menulis, “Harapan Kristen bukanlah pelarian dari dunia, tetapi transformasi dunia sesuai dengan janji-janji Allah.”

Saudara-saudari, kita mungkin merasa lelah, atau bahkan putus asa menghadapi berbagai rintangan. Namun, pengharapan akan hidup yang kekal memberikan kita kekuatan untuk bertahan dan berjuang. Kita tahu bahwa perjuangan kita di dunia ini tidak sia-sia, karena ada upah yang jauh lebih besar menanti. Kesadaran akan hidup yang kekal membantu kita membuat keputusan yang bijaksana, menghargai setiap hubungan, dan menemukan tujuan hidup yang lebih besar daripada sekadar mengejar kesuksesan duniawi. Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, membagikan kasih Kristus kepada sesama, dan meninggalkan jejak kebaikan yang abadi. Dengan demikian, hidup kita akan memiliki dampak yang melampaui batas-batas waktu dan ruang.

Bayangkan seorang perantau yang telah meninggalkan kampung halamannya bertahun-tahun lalu. Ia telah membangun kehidupan baru di tanah yang asing, bekerja keras, dan bahkan mungkin telah mencapai kesuksesan. Namun, di lubuk hatinya, ada kerinduan yang tak terbendung akan kampung halamannya, akan tempat di mana ia merasa benar-benar diterima dan dicintai. Kerinduan ini adalah gambaran samar dari kerinduan kita akan hidup yang kekal, sebuah kerinduan akan rumah sejati kita di surga. Karena itu, hidup ini adalah perjalanan menuju kehidupan kekal bersama Allah. Marilah kita hidup dengan penuh pengharapan, kasih, dan pelayanan, mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan yang baru dan mulia itu. Ketika tiba saatnya kita meninggalkan dunia ini, kita akan melakukannya dengan penuh keyakinan, karena kita tahu bahwa hidup kita yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Hidup yang kekal bukanlah sekadar hadiah di masa depan, tetapi sebuah realitas yang dapat kita alami saat ini, melalui hubungan yang intim dengan Allah. Marilah kita membuka hati bagi karya Roh Kudus, sehingga kita dapat mengalami kasih, sukacita, dan damai sejahtera yang melimpah, yang merupakan gambaran sekilas dari kemuliaan surgawi yang menanti kita. Dengan demikian, kita tidak hanya akan hidup untuk saat ini, tetapi juga untuk kekekalan. Kita akan menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup, membawa harapan dan transformasi bagi dunia di sekitar kita. Dan ketika tiba saatnya kita meninggalkan dunia ini, kita akan melakukannya dengan penuh keyakinan, karena kita tahu bahwa hidup kita yang sesungguhnya baru saja dimulai. Amin.

Nas Pembimbing         : 1 Korintus 15:19-21
Berita Anugerah          : Roma 8:38-39
Nas Persembahan      : Mazmur 103:1-2

Nyanyian :

  1. Nyanyian Pembukaan : KJ 242
  2. Nyanyian Pujian : PKJ 132
  3. Nyanyian Peneguhan : KJ 395
  4. Nyanyian Responsoria : KJ 52
  5. Nyanyian Persembahan : KJ 393

Nyanyian Penutup : KJ 376

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *