Bapak Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan, bacaan Alkitab kali ini akan lebih mudah kita pahami jika kita memilah menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu pengutusan Yesus kepada muridnya (ayat 1-5) dan bagian yang kedua adalah respon orang yang menjadi sasaran pengutusan (ayat 6-12). Dalam bagian respon kita melihat ada dua respon yang diberikan yaitu yang menerima kabar baik dan yang menolak kabar baik.
Mari kita mulai dengan bagian pengutusan dari ayat 1 dengan pertanyaan mengapa mereka diutus berdua-dua? Hal ini diperintahkan oleh Yesus bisa jadi karena budaya atau kebiasaan yang ada pada saat itu bahwa dengan kesaksian lebih dari satu orang atau lebih maka kesaksiaannya dapat dipercaya. Hal ini dapat kita temukan dalam Ulangan 19:15. Tentu di balik kebudayaan, dengan mereka berdua maka diharapkan ada hubungan saling membantu diantara mereka. Tuhan Yesus mengutus mereka untuk memberitakan kabar baik, dengan menekankan bahwa ada begitu banyak orang-orang yang siap untuk menerima kabar baik dan bahkan ada pula yang menolaknya. Perjalanan untuk melakukan tugas perutusan ini bukah hal yang mudah. Tuhan Yesus memberi gambaran “… seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” Kita harus benar-benar cermat membaca bagian ini, yaitu pada kata anak domba, bukan domba dewasa. Mengikuti gambaran yang diberikan Tuhan Yesus maka jelas bahwa murid-murid ini bisa berada dalam situasi sangat berbahaya, setidaknya ada beberapa hal yaitu karena masih anak domba maka kemungkinan mereka tersesat ada, dan yang kedua karena anak domba maka mereka bisa menjadi santapan lezat bagi serigala ataupun bisa masuk kedalam keadaan karena kepolosan mereka.
Ayat 4 lebih dipertegas lagi bahwa mereka tidak boleh membawa uang dan bekal dan tidak boleh menggunakan alas kaki. Penggunaan alas kaki pada masa itu tentu sangat diperlukan karena mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Maka alas kaki sangat diperlukan untuk melindungi diri. Sampai dengan bagian ini kita bisa membayangkan betapa rapuhnya keadaan mereka saat itu. Masih di ayat 4 selanjutnya dikatakan “… janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.” Tentu pertanyaannya apakah benar Tuhan Yesus melarang mereka untuk menerapkan sopan santu? Tentu tidak, di ayat 5 jelas Tuhan Yesus memerintahkan untuk mengucapkan salam “… damai sejahtera bagi rumah ini…” sehingga ayat itu bisa kita pahami bahwa Tuhan Yesus menekankan murid-murid untuk tidak membuang-buang waktu, kehilangan arah karena terlalu banyak basa-basi. Ayo fokus, konsisten jangan berleha-leha saja, lanjutkan dan tuntaskan tugas dengan baik, sekalipun keadaan tidak berpihak pada kita, sekalipun penderitaan bahkan keadaan kita bagai anak domba yang berada di tengah serigala sama sekali tidak menjadi penghalang bagi para murid untuk tetap menjadi pewarta kabar baik. Menariknya mereka diajar untuk hidup sederhana dan bersyukur memakan makanan dan minuman yang dihidangkan, tidak memilih-milih rumah untuk ditinggali dan di dalam kerapuhan para murid itu mereka harus menyapa orang orang yang sakit. Tugas mereka adalah hadir bagi orang-orang yang sedang rapuh, dimana Yesus memerintahkan kepada mereka “… sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ…” kata sembuhkanlah adalah terjemahan dari bahasa Yunani therapeuo atau biasa kita dengar dalam kata terapi yang dalam kata kerja juga berarti perawatan atau pengobatan. Dengan begitu para murid harus hadir merawat, mengobati, menyembuhkan orang-orang sakit. Selain kehadiran, perintah selanjutnya adalah membangun pengharapan bersama, dikatakan bahwa “… Kerajaan Allah sudah dekat…” yang berarti Allah sudah bersama-sama dengan mereka sejak dulu, yang juga dirasakan saat ini dan juga akan hadir di masa depan. Pengharapan akan hal ini tentu menjadi kekuatan baik itu bagi murid maupun bagi orang yang mendengarkan kabar baik itu.
Di dalam kerapuhan yang menjadi realitas para murid pada saat itu pertanyaannya apakah hasilnya minim atau bahkan nol? Apakah mereka kalah karena keadaan? Jawabnya tercatat pada Lukas 10 : 17-24. “… Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ”Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Terlihat jelas dalam catatan Injil Lukas bahwa mereka pulang dengan gembira. Dan di ayat 21 dikatakan “… Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: ”Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu”. Pada ayat 21 kita melihat tanggapan Yesus atas hasil pekerjaan yang dilakukan oleh para murid, tercatat bahwa Tuhan Yesus bergembira atas hasil pekerjaan mereka.
Pertanyaannya, bukankah mereka memulai dari keadaan rapuh? Mengapa mereka bisa menghasilkan karya yang bahkan menggembirakan Yesus? Melalui pertanyaan ini, kita dapat melihat bahwa keteguhan hati untuk mengalami realitas dan sikap berserah pada Tuhan tampaknya 2 hal yang tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya. Ketaatan dan mengandalkan Tuhan adalah kunci keberhasilan, itulah jawaban dari pertanyaan di atas, mengapa bisa begitu? Jawabnya menjadi jelas, karena mereka adalah orang yang tidak berserah pada realita kehidupan namun mereka adalah orang-orang yang tangguh untuk menghadapi setiap realita kehidupan dan Tuhan memberkati mereka.
Lalu bagaimana cerita yang indah ini kita refleksikan dalam kehidupan ber gereja di GKSBS? Penderitaan dan keadaan yang tidak berpihak adalah sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan, namun kadangkala itu harus menjadi realita kita. Seperti anak domba di tengah kumpulan serigala, tanpa uang dan bekal yang cukup, tidak ada perlindungan diri yang memadai, seperti itu yang dialami oleh pendahulu kita. Apakah mereka menyerah dengan keadaan itu? Tidak, mereka tidak kalah, malah berhasil. Mengapa bisa begitu? Sekali lagi, ketangguhan dan perlindungan Tuhan sedang bekerja bagi GKSBS. Bercermin pada bacaan Alkitab kita ini, membawa kita pada masa lampau yang akhirnya melihat para leluhur GKSBS yang tangguh dan sekaligus melihat betapa besar karya Allah untuk GKSBS. Lihat saja perjalanan kita dari 7 Klasis kini sudah 14 Klasis, tentu masih banyak kabar gembira lainnya yang bisa kita laporkan pada Tuhan Yesus tentang GKSBS, sebagaimana para murid yang diutus berdua-dua dan membawa hasil yang menggembirakan. Kabar baik ada di SUMBAGSEL Itu artinya kabar baik telah sampai dan akan terus dikabarkan. Sampai di sini tentu menjadi jelas untuk kita saat ini, kita mewarisi ketangguhan dan sikap berserah total pada Tuhan. Karena itu mari lanjutkan tugas perutusan untuk menjadi pewarta damai Sejahtera Kristus. Jangan pernah menyerah dengan keadaan tetapi berserahlah kepada Tuhan yang memberi kita kekuatan untuk terus mewartakan kasihNya dimanapun kita berada. Tuhan Memberkati kita senantiasa. Amin.
Nas Pembimbing : Yesaya 40:31
Berita Anugerah : 2 Korintus 12:9
Nas Persembahan : 2 Korintus 9:8
Nyanyian :
- Nyanyian Pembukaan : PKJ 220 : 1, 5, 6 dan 7
- Nyanyian Pujian : KJ 355:1-3
- Nyanyian Peneguhan : PKJ 183:1-2
- Nyanyian Responsoria : PKJ 164:1-3
- Nyanyian Persembahan : KJ 446:1-dsc
- Nyanyian Penutup : PKJ 182:1-3
Leave a Reply