Pemimpin yang Melayani dan Rendah Hati

Khotbah Kamis Putih, 17 April 2025

Perikop Bacaan: Yohanes 13:4-15
Warna Liturgi :
Putih

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Pernahkah saudara-saudara memperhatikan para pemimpin di negara kita dalam memimpin rakyatnya? Mungkin di antara para pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada yang otoriter, yaitu menggunakan kekuasaan mutlak pada diri si pemimpin itu sendiri. Ada juga otokratis, di mana segala sesuatu berpusat pada pemimpin. Ada juga demokratis, di mana gaya kepemimpinan ini mengikutsertakan bawahan atau rakyat dalam mengambil keputusan, dan masih banyak lagi gaya kepemimpinan yang ada di dunia ini. Namun, apapun gaya kepemimpinan tersebut, semuanya memiliki satu kesamaan, yakni pemimpin berlaku sebagai pihak yang dilayani dan mengambil keuntungan dari orang-orang yang mereka pimpin.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Bagaimana dengan kepemimpinan Tuhan Yesus? Dalam bacaan kita Yohanes 13:4-15, menceritakan bahwa Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan yang adalah pemimpin membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan yang dilakukan oleh Yesus sangatlah janggal dan tidak biasa dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan. Membasuh kaki bawahan atau orang lain adalah tindakan yang dipandang sangat rendah. Membasuh kaki ini seharusnya dilakukan oleh seorang budak terhadap bosnya atau tuannya, bukan sebaliknya. Tetapi murid-murid Yesus membiarkan kaki mereka di basuh atau dicuci oleh Tuhan Yesus, sebagai Guru dan Tuhannya! Ketika pada giliran Petrus yang dibasuh kakinya oleh Yesus, ia merasa tidak pantas, sehingga Yesus harus menjelaskan kepada mereka tentang pembasuhan kaki yang sedang Ia lakukan kepada para murid. Walaupun kemudian, banyak di antara murid masih belum paham mengenai tindakan Yesus ini, terbukti saat Petrus justru meminta kepada Yesus untuk membasuh tangan dan kepalanya juga.

Mengapa Tuhan Yesus mau membasuh kaki murid-murid-Nya? Tindakan Yesus ini sebagai wujud kasihNya kepada murid-muridNya. Dengan jelas Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-muridNya; “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu”.(ay 14) “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. (Ay 15).

Dalam waktu yang semakin dekat dengan penderitaan-Nya, Ia ingin para murid memahami bahwa dari tindakan yang “merendahkan diri” itulah yang memungkinkan semua murid-Nya berolah bagian dalam Dia. Harapan-Nya adalah ketika nanti para murid tidak lagi bersama dengan Yesus, mereka dapat hidup meneladani tindakan-tindakan kerendahhatian Yesus yang luar biasa sebagai sikap yang terwujud dalam kasih dan pelayanan-Nya. Kini mereka diajar untuk mewujudkan keikutsertaan mereka dalam Tuhan dengan jalan mengikuti teladanNya yaitu saling mengasihi dan saling melayani dengan kerendahan hati. Keteladanan yang telah Yesus lakukan harus menjadi model dan bentuk spiritualitas para murid dalam kehidupan sehari-hari dan dalam melakukan tugas panggilannya. Melalui peristiwa pembasuan kaki para muridNya tersebut Tuhan Yesus memeberikan perintah baru yaitu firman-Nya;  “ Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34) . Para murid mendapatkan tugas, yaitu hidup saling mengasihi dengan dilandasi oleh kasih Yesus dengan saling merendahkan diri dan saling melayani seperti firman-Nya dalam Matius 20:26-27, “Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.  Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”. Jelas hal yang di sampaikan oleh Tuhan Yesus ialah ketika kita ingin menjadi “besar dan terkemuka” atau ingin menjadi pemimpin, maka kita harus mejadi pelayan dan merendahkan diri seperti hamba bagi yang lain. Dari pembasuhan kaki para murid oleh Tuhan Yesus dapat dilakukan secara ritual dan harus dinyatakan dalam kehidupan setiap murid sebagai pelayan Jemaat.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Pemimpin yang  melayani dan rendah hati, tentu juga dirindukan dalam kehidupan kita dalam  bergereja dan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita menemukan beberapa pemimpin yang sombong, tidak mau bergaul dengan orang lain, arogan, korupsi, hanya memikirkan dirinya sendri, tidak memperhatikan dan memikirkan kehidupan rakyatnya. Apa lagi dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi masyarakatnya. Ada pemimpin yang terlibat dalam tindakan kejahatan, pelecehan terhadap rakyatnya tentu hal ini sangat memprihatinkan.

Bagaimana dengan pemimpin GKSBS? Kita sangat memerlukan para pemimpin gereja yang memiliki keteladanan terhadap kehidupan jemaat, baik dalam kata dan perbuatan. Tidak ada alasan  untuk tidak melakukannya karena Tuhan Yesus sendiri memberikan keteladanan kepada kita. Melayani dan rendah hati,  hal ini adalah yang terutama dan yang pertama untuk dilakukan oleh para pemimpin GKSBS.  Pengajaran dan keteladanan Tuhan Yesus ini hendaknya menjadi model, gaya dan spiritualitas dalam kepemimpinan gereja kita. Pemimpin gerejawi yaitu Pendeta, Penatua, Diaken dan Komisi-komisi gereja dan penggerak lainnya harus, dekat, akrap dengan Tuhan dan kehidupan jemaat, tidak menyombongkan jabatan dan kewenangannya. Pemimpin gereja yang dapat menjadi contoh dan teladan bagi setiap orang terkusus bagi jemaat yang dipimpinnya. Dengan demikian jemaat akan meneladani pemimpinnya yang memiliki iman dan spiritualitas hidup yaitu  saling melayani dan saling merendahkan hati.  Marilah saudara-saudara terkasih hidup dalam rumah bersama GKSBS,  kita  saling melayani, dan saling merendahkan hati agar damai sejahtera akan terwujud dalam persekutuan kita dalam ber-GKSBS dan bermasyarakat di sumatera bagian selatan. Selamat menjadi pemimpin yang melayani dan rendah hati. Amin

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Math Captcha
+ 75 = 82