Teruslah Bersaksi Sekalipun Dalam Kesukaran

Khotbah Minggu, 1 Juni 2025

Warna Liturgi :Putih
Minggu Ketujuh Paska
Perikop: Kisah Para Rasul 16:16-34

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Firman Tuhan saat ini berkisah tentang Paulus dan Silas yang dipenjarakan karena Injil. Dikisahkan bahwa pada waktu Paulus dan Silas berada di Filipi oleh kuasa Roh Kudus keduanya melepaskan seorang hamba perempuan yang dikuasai roh tenung. (Catatan : roh tenung dalam Bahasa Yunani : pneuma berarti roh piton. Menurut mitologi Yunani ular piton menjaga tempat dan orang yang menerima petunjuk dewa-dewi).

Tindakan yang dilakukan oleh Paulus dan Silas ini kemudian menimbulkan reaksi dari tuan-tuan hamba perempuan itu. Mereka marah karena tindakan Paulus dan Silas akan membuat usaha mereka gulung tikar atau penghasilan mereka lenyap. Lalu tuan-tuan itu memfitnah Paulus dan Silas. Dari fitnahan yang dilontarkan maka timbullah huru hara di Filipi dan keduanya berada dalam situasi yang semakin sulit dan genting karena ditentang oleh massa dan para penguasa di Filipi. Paulus dan Silas disiksa. Pakaian mereka dikoyakkan. Keduanya didera dan dijebloskan ke dalam penjara tanpa alasan yang jelas. Atas perintah sang kepala penjara, Paulus dan Silas ditempatkan dalam penjara paling tengah dengan posisi kedua kaki dibelenggu dalam pasungan yang begitu kuat. Dari situasi seperti ini, dapat kita lihat bahwa Paulus dan Silas mengalami penyiksaan dan penderitaan yang begitu hebat karena pemberitaan Injil yang mereka sampaikan. Pertanyaannya bagi kita ialah apa reaksi Paulus dan Silas dalam menghadapi situasi sulit itu?

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Hal yang dilakukan oleh Paulus dan Silas dalam situasi sulit yang mereka hadapi adalah keduanya tetap mengandalkan dan berharap kepada Tuhan. Ini diwujudkan dengan tekun berdoa dan memuliakan Tuhan. Pada ayat 25 tertulis, “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengar mereka”. Mereka berdoa dan memuliakan Tuhan. Tindakan Paulus dan Silas dapat menjadi contoh bagi orang-orang percaya. Keduanya tetap berdoa dan bersukacita sekalipun dalam penderitaan. Keduanya tidak mengeluh, tidak kecewa, tidak marah, tidak pasrah terhadap keadaan, apalagi menyalahkan Tuhan. Ko iso yo? Mereka bukan hanya tekun menanggung kesengsaraan yang dialami tapi mereka juga mempergunakan situasi yang ada untuk bersaksi tentang Kristus. Ko iso yo? dalam situasi sulit masih berani bersaksi, Yo iso! Iso karena mereka berharap kepada Tuhan, iso karena mereka mengandalkan Tuhan. Iso karena Roh Kudus berkarya atas mereka.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Berharap dan mengandalkan Tuhan menjadi permulaan dari sebuah mujizat. Dikatakan bahwa terjadi gempa bumi yang menyebabkan sendi-sendi penjara menjadi goyah. Paulus dan Silas terlepas dari belenggu pasungan.  Oleh karena mengetahui peristiwa tersebut dan menyangka kalau para tahanan telah kabur, kepala penjara menjadi sangat ketakutan dan hendak bunuh diri (ay. 27). Namun upaya bunuh diri kepala penjara itu, dicegah oleh Paulus. Dari peristiwa ini, sebenarnya Paulus dan Silas bisa saja melarikan diri, tapi hal itu tidak mereka lakukan. Dikatakan bahwa keduanya tetap memilih berada dalam penjara dan kepala penjara berlari masuk menemukan Paulus dan berlutut di depan kaki Paulus. Berharap dan mengandalkan Tuhan serta memuliakan Dia dalam situasi sulit yang dialami Paulus dan Silas menjadi sarana pewartaan Injil bagi kepala penjara dan keluarganya. Kepala penjara dan seisi rumahnya dibaptis, menjadi percaya dan diselamatkan. Paulus dan Silas pun dibebaskan. Sukacita dan rasa syukur dinyatakan oleh kepala penjara atas keselamatan yang telah diterima dengan membawa Paulus dan Silas ke rumahnya dan menjamu keduanya. Ini semua boleh terjadi karena karya Roh Kudus.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Melalui firman Tuhan saat ini, kita dapat mencontoh atau meneladan sikap  Paulus dan Silas dalam menghadapi penderitaan. Setidaknya ada dua hal yang dapat kita lakukan yaitu:

Pertama, sekalipun Paulus dan Silas dianiaya dan mengalami penderitaan yang begitu hebat tidak membuat mereka bersedih, mengeluh, kecewa, marah, putus asa apalagi menyalahkan Tuhan. Keduanya tetap berdoa, menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Dengan kata lain, keduanya senantiasa berharap dan menggandalkan Tuhan serta memuliakan Dia sekalipun menghadapi penderitaan.  Penderitaan bukanlah alasan bagi mereka untuk tidak terus berharap, mengandalkan Tuhan dan memuliakan Dia. Biasanya ketika orang berada dalam situasi sulit apalagi mengalami penderitaan bukankah orang akan bersedih, mengeluh, kecewa, marah bahkan putus asa? Sikap-sikap inilah yang nampak ketika manusia mengalami pergumulan atau kesukaran hidup. Namun tidak demikian yang terjadi dengan Paulus dan Silas. Berharap dan mengandalkan Tuhan serta memuliakan Dia inilah yang menjadikan Paulus dan Silas menjadi tangguh, kuat dalam menghadapi penderitaan. Karena itu, mari senantiasa berharap, mengandalkan Tuhan dan memuliakan Dia sehingga membuat kita tangguh, kuat dalam menjalani kehidupan ini sekalipun kita mengalami penderitaan.

Kedua, Paulus dan Silas bukan hanya tekun menanggung kesengsaraan atau penderitaan tapi mereka juga mempergunakan situasi yang ada untuk bersaksi tentang Kristus. Ko iso yo? dalam situasi sulit masih berani dan terus bersaksi! Bukankah ketika berada dalam situasi sulit : mengalami hambatan, penolakan bahkan tekanan karena memberitakan Injil atau menyatakan kasih Kristus, sebagian pegikut Kristus cenderung bimbang, ragu dan takut sehingga berhenti untuk tidak lagi memberitakan Injil. Kenapa harus takut? Kenapa diam? Kenapa tidak lagi memberitakan Injil? Padahal Injil yang kita beritakan itu Injil Kristus, bukan agama kita, bukan gereja kita.

Beritakanlah Injil itu dengan jelas dan benar. Injil adalah Kabar Baik, Kabar Gembira, Kabar Kesukaan. Jadi beritakanlah Kabar Baik, bukan kabar buruk. Kabar keselamatan, bukan kabar kebinasaan. Ada sebagian orang yang katanya memberitakan Injil tetapi isinya menakut-nakuti orang bukan tentang keselamatan tetapi tentang neraka. Bagaimana caranya memberitakan Injil yang terbaik? Jawabannya ialah “Lakukanlah apa yang ingin orang lain lakukan untuk saudara/i.” Bila ada orang lain dari agama lain memanfaatkan orang-orang yang kekurangan atau tidak punya pekerjaan di jemaat saudara dengan menawarkan bantuan dan pekerjaan asal saja mereka mau pindah agama, apakah saudara suka? Apakah saudara senang? Tentu tidak! Kalau demikian jangan lakukan itu kepada orang lain. Memberitakan Injil adalah memberitakan Kristus yang benar-benar kita percayai dan alami dalam kehidupan kita. Memberitakan Injil adalah bersaksi tentang pengalaman iman kita. Kalau cara seperti ini, mungkin orang tidak akan berkeberatan untuk mendengar. Orang percaya atau tidak itu haknya dan kebebasannya penuh untuk mengambil keputusan. Orang harus diberi kesempatan untuk secara sadar dan bebas mengambil keputusan sendiri apapun keputusannya.

Tetaplah kuat, tangguh dalam menanggung penderitaan dan teruslah memberitakan Injil dalam situasi apapun. Apa iso yo? Yo iso! Berharaplah kepada Tuhan dan andalkan Dia senantiasa maka Roh Kudus akan berkarya atas saudara. Terpujilah Allah.

Nas Pembimbing          : Matius 28:18-20
Berita Anugerah           : Roma 9:35-36
Nas Persembahan        : 1 Tesalonika 5:18

Nyanyian :

  1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 8:1-3
  2. Nyanyian Pujian : KJ 292:1-3
  3. Nyanyian Peneguhan : KJ 383:1-3
  4. Nyanyian Responsoria : PKJ 183:1-3
  5. Nyanyian Persembahan : KJ 439
  6. Nyanyian Penutup : KJ 341:1-3

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *